PREVIOUS CHAPTER
"Ada tiga golongan yang ingatannya tidak bisa kuhapus. Orang-orang yang menjadi pelayan setia Dewa di kehidupan terdahulu, orang-orang yang taat pada agamanya, dan wanita yang membawa separuh hatiku," ujar Daxraj seraya menoleh pada Haala.
Braheim memalingkan wajah Daxraj dengan pedangnya. "Apa maksudmu melihat ke arahnya?"
"Karena bisa saja dia termasuk golongan yang terakhir."
Braheim berjalan mendekat pada Daxraj tanpa menurunkan pedangnya. "Kenapa kau seolah mengesampingkan golongan pertama dan kedua?"
"Karena sudah lama sekali aku menunggu wanita yang membawa separuh hatiku."
"Jangan terbawa suasana. Masih ada miliaran wanita di luar sana," sahut Braheim.
"Sejauh ini hanya dia wanita yang ingatannya tidak bisa kuhapus, dan itu adalah ciri dari golongan ketiga."
Braheim terdiam, bukan karena merasa kalah telak atau kehabisan kata-kata untuk menampik, tetapi karena yang lebih ingin dilakukannya saat ini adalah menebas kepala pria beserban hitam di depannya. Lalu andai saja Haala terus mematung sambil mengunci mulutnya sampai akhir, Braheim jelas akan benar-benar memandikan pedangnya dengan darah segar.
"Aku tidak yakin termasuk golongan yang pertama atau kedua. Namun jika aku memang termasuk golongan yang ketiga, apa yang kau harapkan? Separuh hatiku pun sudah dibawa orang lain."
Semilir angin malam yang semula berhembus tenang, perlahan mengamuk, sesaat setelah Haala mengakhiri ucapannya yang penuh penekanan. Angin itu seketika menerbangkan apapun yang tampak lemah, termasuk serban yang menutupi hampir seluruh wajah Daxraj. Serban berwarna pegam itu pun terlepas, menampakkan wajah rupawan yang seolah memiliki kuasa mengusir kesadaran siapa saja.
Tetapi tak berselang lama, Daxraj menghilang bersamaan dengan padamnya seluruh penerangan di dalam dan di luar Kumari Kandam. Daxraj pergi karena merasa sangat tidak nyaman, tidak nyaman oleh sebab perubahan sikapnya yang semakin aneh sejak bertemu Haala. Padahal sebab sebenarnya adalah, hatinya yang baru pertama kali tergores.
Wakil pemimpin suku pengembara, Aryesh Farorz, mendatangi Daxraj yang terlihat asing. Pembawaan Daxraj yang selalu tenang, kini tampak mengkhawatirkan. Aryesh yang tidak pandai berbasa-basi pun langsung meluapkan tanya yang berputar di kepalanya. Namun belum sempat Aryesh mengajukan pertanyaan pertama, Daxraj sudah membeberkan sendiri alasan dibalik sikap mengkhawatirkannya itu.
"Benar-benar kekanakan."
"Memangnya apalagi yang kau lakukan kali ini?" tanya Aryesh pada Daxraj.
"Mengatakan omong kosong, menyulut api cemburu, melarikan diri."
"Ternyata tidak cukup dengan dalih konyol."
Daxraj diam. "Berhenti menjatuhkan wibawamu. Lebih baik segera membuat rute untuk pengembaraan kita selanjutnya," imbuh Aryesh.
"Aku tidak menyangka cintanya pada Raja Kumari Kandam sebesar itu."
Aryesh mengurungkan niatnya untuk beranjak. "Meski pria yang dicintainya adalah Raja Kumari Kandam, kelak pria yang akan dinikahinya adalah kau."
"Sepertinya dia tidak akan memilihku," sahut Daxraj seraya beranjak.
"Apa kau sedang meragukan ramalan leluhur kita?"
Daxraj kembali diam, enggan menjawab pertanyaan dari satu-satunya orang kepercayaannya itu. Tidak mungkin Daxraj meragukan ramalan leluhurnya yang tersohor lebih hebat dari Jyotishee*. Nampaknya sikap kekanakan Daxraj memang dipicu oleh rasa cinta yang meledak-ledak karena Haala, wanita yang sudah sejak lama dinantinya, wanita yang di masa depan akan dinikahinya.
*Jyostishee* peramal masa depan yang berasal dari wilayah Narak*.
Aryesh beranjak. "Perang kebinasaan akan terjadi dalam waktu dekat. Bukan Raja Kumari Kandam yang akan menghentikan perang itu, melainkan putra dari pemimpin suku pengembara dan penerus sumpah setia Yusef Bahadir."
Daxraj masih diam. "Kuharap kau selalu ingat ramalan leluhur kita. Kita harus memenangkan perang kebinasaan apapun yang terjadi," tambah Aryesh.
"Ya."
Aryesh menepuk pundak Daxraj. "Maka sudahilah menemuinya dengan dalih konyol seperti menghapus ingatan. Kau tahu jika ingatannya tidak akan bisa dihapus karena dia wanitamu. Tidak perlu melakukan apapun. Kelak dia yang akan datang untuk meminta dinikahi. Lindungi saja dia seperti biasa."
...¤○●¤○●¤○●¤...
Terlihat para prajurit Kumari Kandam tengah berbaris rapi memasuki ruangan kerja Braheim. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu-tunggu setelah sebelas bulan penuh bertugas mengamankan Kumari Kandam dari segala macam kejahatan. Mereka akan menemui Braheim secara langsung untuk menerima upah, dan setelahnya diizinkan pulang ke kampung halaman selama satu bulan.
Ruang kerja Braheim yang hampir setiap hari diseraki gulungan laporan, akan tampak berbeda saat hari ini tiba. Baik di lantai pun di atas perkakas, hanya akan ada tumpukan kantong koin emas. Selama sepanjang hari, Braheim, Murat, menteri keuangan berikut orang-orangnya akan terus berada di ruangan misterius yang pintu dan jendelanya itu hanya bisa dibuka dengan suara Braheim.
Dan di tengah kesibukan Braheim serta yang lain, Jihan tiba-tiba datang membuat keributan. Tanpa peduli dengan pandangan sekitar, Jihan langsung berseru meluapkan amarahnya pada Murat. Murat yang dengan cepat mengerti sebab kemarahan Jihan, langsung meminta izin pada Braheim untuk meninggalkan tempat, namun sialnya Braheim sedang dalam suasana hati yang buruk.
"Utamakan para parjurit yang ingin segera bertemu keluarganya. Tapi jika memang terdesak oleh masalah, maka selesaikanlah sambil terus bekerja."
Jihan mendecak menanggapi Braheim. "Temui aku setelah pekerjaanmu selesai, Murat Iskender."
"Tidak kuizinkan. Selesaikan masalah kalian di sini."
"Kenapa kau sangat penasaran? Mungkinkah kau takut jika masalah kami akan menyangkut kekasih gelapmu?" tanya Jihan pada Braheim.
"Perhatikan ucapanmu, Ratu."
Jihan kembali mendecak, "Munafik. Tapi baiklah, akan kuberitahu masalah kami."
"Yang Mulia Ratu, tolong jangan terbawa amarah." Murat sedikit meninggikan nada suaranya.
"Ya, benar. Masalah kami memang menyangkut kekasih gelapmu. Ternyata penasihatmu ini sudah sangat dibutakan cinta sampai-sampai mencurigai pelayan pribadiku akan berbuat buruk padanya."
"Bukan seperti itu, Yang Mulia Ratu," sahut Murat pada Jihan.
"Lalu kenapa kau selalu mengacaukan pekerjaanku!"
Murat diam sesaat. "Hamba hanya membereskan yang tidak perlu."
"Aku tidak pernah melakukan pekerjaan yang tidak perlu, Murat Iskender."
"Lalu untuk apa Anda mengirim pelayan pribadi Anda ke istana prajurit sementara ranah pekerjaan Anda bukan di sana?"
Jihan menyeringai menanggapi Murat. "Aku hanya ingin memberi hadiah pada salah seorang prajurit. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongku yang hampir terpeleset dari kereta kuda tempo hari."
Murat kembali diam, bingung harus berkata apa. Jelas sekali jika Jihan tengah berbohong. Karena siapa pun yang mengenal Jihan, tahu pasti maksud dari seringainya itu. Braheim yang paham dengan kebingungan Murat akhirnya turun tangan, tapi belum sempat dirinya merangkai kata-kata perdamaian, kepala pengurus harem, Leyla, datang membawa laporan pemicu pertikaian dahsyat.
"Yang Mulia, para selir memaksa bertemu karena tidak mampu lagi menahan kerinduan pada Anda yang sudah hampir satu tahun tidak mengunjungi harem."
"Lancang sekali wanita-wanita rendahan itu!" seru Jihan pada Leyla seraya berjalan keluar dari ruangan Braheim.
...Berikut merupakan visualisasi para tokoh dalam novel 'TEARS OF KUMARI KANDAM'. Visual yang akan ditampilkan murni hanya imajinasi dari penulis, dan sama sekali tidak ada unsur kesengajaan meniru visualisasi tokoh dari novel-novel lain 🙏...
...Nama : Braheim Bhaavesh...
...Umur : 36 tahun...
...Kedudukan : Raja Kumari Kandam...
...Ps : braheim 100% visualnya kaya gini....
...Nama : Haala Anandmayee...
...Umur : 27 tahun...
...Kedudukan : Komandan Perang Kumari Kandam...
...Ps : nyari visual haala beneran yg setengah mati bund wkwk. visual ini udah yg paling pas dari segi muka, berat badan, warna kulit, dan model rambut. tinggal diimajinasiin aja warna rambutnya emas....
...Nama : Daxraj Natesh...
...Umur : ?...
...Kedudukan : Pemimpin Suku Pengembara...
...Ps : nyari visual manusia misterius ini pun setengah mati bunda wkwk. sebenernya daxraj tuh pake sorban yg nutupin mukanya juga, jadi bener2 yg keliatan cuma mata aja. visual ini udah yg paling pas sama karakter daxraj. diimajinisaiin aja warna sorbannya item....
...Nama : Jihan Joozher...
...Umur : 30 tahun...
...Kedudukan : Ratu Kumari Kandam...
...Ps : visual jihan 100% kaya gini. cuma perhiasannya kurang banyak dan bajunya kurang terbuka. pokoknya imajinasiin aja si jihan ini wujudnya kaya toko perhiasan+kaya penari telanjang wkwk....
...Nama : Murat Iskender...
...Umur : 36 tahun...
...Kedudukan : Penasihat Raja...
...Ps : looknya Murat hampir mendekati ini. murat tuh imut2 serius gituloh bund wkwk. murat juga kadang pake sorban, soalnya dia muslim. di kumari kandam, sorban warna terang identik sama agama islam....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nindira
Oke suka suka sama semua visualnya lanjut baca deh
2022-11-08
0
Nindira
Haala keren, keren🥰😍
2022-11-08
0
auliasiamatir
daxraj labeih ganteng sih menurut ku
2022-10-26
0