CHAPTER 5

KLEK!

Pintu rumah Haala terbuka, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan si pengetuk, pun jejak kakinya atau tunggangannya di tanah merah yang tergenangi air hujan sejak beberapa pekan lalu. Haala menajamkan penglihatannya ke sekitar, berharap saat ini dirinya tidak sedang berurusan dengan kawanan pencuri.

Rintik hujan mulai turun, ketika samar-samar Haala mendengar langkah kaki kuda. Haala hendak mengejar asal suara, tetapi sebuah kantong kecil misterius yang hampir diinjaknya menghentikan geraknya yang gesit. Dengan kesiagaan penuh Haala pun mengambil kantong tersebut, dan perlahan membukanya.

Haala menoleh pada sang ibu, sembari menunjukkan sebotol ramuan misterius berisi air yang sangat jernih. Ibu Haala seketika terkejut, karena wujud berikut isi ramuan dalam botol itu tampak sama persis dengan wujud dan isi ramuan penyembuh milik suku pengembara yang ada dalam dongeng anak-anak.

Ibu Haala menggeleng, menolak percaya jika apa yang dikatakannya dengan maksud membuat Haala menyerah, malah kian membangkitkan semangat Haala. Haala menggenggamkan ramuan itu pada ibunya, sebelum hilang di tengah hujan yang mulai lebat, demi mengejar suku pengembara untuk berterima kasih.

Sementara ibu Haala, bergegas mengunci pintu rumah, dan melangkah setengah berlari memasuki gudang. Wanita paruh baya berambut putih itu berniat mencari buku-buku dongeng tentang suku pengembara, yang dulu selalu dibacakan untuk Haala kecil keras kepala agar lekas tertidur.

SRAK! SRAK! SRAK!

Lembar demi lembar buku dongeng dibalik dengan cepat, hingga sampai di halaman yang memperlihatkan penampakan botol ramuan penyembuh milik suku pengembara. Ibu Haala lalu menyandingkan botol misterius yang dikantonginya tepat di samping gambar botol ramuan penyembuh milik suku pengembara di dalam buku.

"Mustahil. Tidak mungkin mereka benar-benar ada di dunia ini," gumam ibu Haala.

SRAK! SRAK! SRAK!

Ibu Haala kembali membuka lembaran buku dongeng lusuh itu, karena rasa tidak percaya yang semakin erat memeluknya. Begitu pun Haala, yang kini tengah menolak memercayai suguhan di depan matanya. Setelah mati-matian mengikuti suara kuda misterius, Haala sampai di suatu tempat yang tak kalah misterius.

Haala menoleh ke belakang, semuanya tampak sangat gelap karena hari memang telah larut. Namun tempat misterius di hadapan Haala tampak sebaliknya, sangat terik, seolah sang mentari sedang asyik bertengger tepat di ubun-ubun. Meski ragu, Haala sangat ingin memasuki tempat misterius itu, namun.

"Cukup sampai di situ." Suara seorang pria terdengar jelas dari dalam tempat misterius.

"Karena sudah mendapatkan yang kau inginkan, jangan mencari kami lagi," imbuh pria yang sama sekali tidak terlihat sosoknya itu.

"Maafkan aku karena telah membuatmu dan sukumu merasa tidak nyaman."

"Jika sudah paham maka enyahlah," balas si pria misterius.

"Tunggu. Ada yang ingin kutanyakan."

Si pria misterius tidak menjawab, namun Haala yakin dia masih bergeming di tempatnya. "Bolehkah aku melakukan Suraksha*?"

*S**uraksha** merupakan ritual singkat untuk mendoakan seseorang yang telah berjasa besar dalam hidup orang lain. Suraksha dilakukan dengan cara menyanyikan lagu berisi lirik keselamatan dunia akhirat, sambil mengelilingi si orang berjasa sampai lagu tersebut habis.

"Tapi setelahnya aku akan menghapus ingatanmu."

Haala diam sesaat. "Tidak masalah."

"Kalau begitu lakukanlah."

Haala bergegas turun dari kuda, dan bersabar menanti sosok di depannya menampakkan wujudnya yang misterius. Haala langsung membungkuk hormat, ketika sosok itu sepenuhnya terlihat. Sesosok pria beserban hitam dengan warna kulit eksotis, serta perawakan yang tidak lebih bugar dari wakil komandan perang Kumari Kandam.

"Aku akan memulai ritualnya." Haala melangkah mendekati si pria beserban.

"Tinggalkan dulu pedangmu."

Spontan Haala menghentikan langkahnya. "Ya?"

"Di tempat ini tidak diizinkan membawa benda peninggalan orang mati."

Haala kembali diam. "Kalau begitu sepertinya aku tidak bisa melakukan Suraksha."

"Kenapa?" tanya pria beserban.

"Yang berhak melucuti senjataku hanya orang dengan pangkat setara, atau orang yang berpangkat lebih tinggi."

"Kenapa kau sangat yakin jika aku tidak setara denganmu atau tidak memiliki pangkat yang lebih tinggi darimu?" tanya pria beserban lagi.

"Karena kau terlihat lemah."

Terlihat angin mulai berhembus kencang di tempat misterius, sesaat setelah Haala menanggapi pertanyaan ke sekian si pria beserban. Tak lama, sesosok pria beserban lain muncul. Pria beserban lain dengan perawakan bak raksasa itu memiliki aura dan tatapan yang kompak membuat bulu kuduk siapa saja meremang.

"Apa aku masih terlihat lemah?" tanya pria beserban lain yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Haala.

...¤○●¤○●¤○●¤...

HIKS.. HIKS.. HIKS..

"Kakak." Laasya menghambur memeluk Haala.

Haala tak kuasa berkata-kata, begitu pun sang ibu, yang beberapa saat lalu masih berdebat hebat perihal kebenaran ramuan penyembuh milik suku pengembara. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminumkan ramuan misterius tersebut pada Laasya, setelah sebelumnya memastikan bahwa tidak ada racun di dalamnya.

Meski sulit diterima akal sehat, nyatanya Laasya langsung dapat berbicara sesaat setelah ramuan misterius itu membasahi kerongkongannya. Lalu daripada terus bergelut dengan ketidakpercayaan, Haala dan ibunya lebih memilih merayakan kesembuhan Laasya. Ketiganya terus memanjatkan syukur pada Tuhan, juga pada suku pengembara.

Hampir setiap hari selama satu bulan penuh, Haala dan ibunya membagikan manisan pada orang sekitar. Bahkan hari ini Haala berencana melakukan Suraksha pada Murat yang dianggapnya tak kalah berjasa dari suku pengembara. Murat terdiam seribu bahasa, saat Haala tiba-tiba mendatanginya dan menceritakan hal-hal di luar nalar.

"Jadi sekarang adikmu sudah kembali bisa berbicara?"

"Benar, Penasihat," jawab Haala dengan nada bahagia.

"Setelah memberinya ramuan yang kau ambil dari depan pintu rumahmu, begitu?"

Haala mengangguk menanggapi Murat. "Benar."

"Lalu karena penasaran dengan siapa pemberi ramuan itu kau mengejarnya ke dalam hutan, dan menemukan tempat yang memiliki waktu berbeda dengan saat ini."

Haala kembali mengangguk. "Dan di tempat itulah aku bertemu dengan pemimpin suku pengembara serta bawahannya."

"Kemudian pemimpin suku pengembara menghapus ingatanmu, tapi kau mengingat semuanya dengan jelas sampai sekarang."

"Ya. Bukankah itu aneh? Karena seharusnya aku tidak mengingat apapun," sahut Haala.

"Bolehkah aku bertemu dengan adikmu?" tanya Murat ragu.

"Tentu saja. Aku tahu kau akan memintanya, jadi kami sudah menyiapkan jamuan."

Murat pun tiba di kediaman Haala. Sebuah rumah sederhana di dalam hutan yang dikelilingi kebun labu serta obat-obatan itu tampak sangat terawat meski sudah berumur ratusan tahun. Kedatangan Haala dan Murat langsung disambut hangat oleh ibu Haala, dan Laasya yang hampir selalu menghambur memeluk Haala saat melihat kedatangannya.

"Terima kasih sudah mau datang berkunjung, Penasihat."

"Aku yang berterima kasih karena telah dijamu dengan sangat luar biasa," balas Murat pada Haala.

"Kalau begitu aku akan kembali melatih."

Murat mengangguk. "Komandan."

"Ya?"

Murat berjalan menghampiri Haala. "Karena situasiku sangat rumit, jangan terlalu memercayaiku."

"Aku memang tidak memercayaimu, Penasihat."

Murat diam sesaat, lalu berdeham, "Baguslah. Kau terlihat sangat memercayaiku maka dari itu aku mengatakannya."

"Aku belum pernah memberikan kepercayaan pada siapa pun."

"Maka beruntunglah dia yang berhasil mendapatkan kepercayaanmu," ujar Braheim yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam.” Haala dan Murat kompak membungkuk dan memberi salam pada Braheim.

"Sepertinya gosip yang beredar akhir-akhir ini bukan sekadar omong kosong. Jadi kalian benar-benar sedang berkencan? Hei komandan, kau tidur denganku tetapi berkencan dengan penasihatku? Tega sekali."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Tiga orang pelayan wanita tengah sibuk menghidangkan beraneka makanan mewah untuk makan malam Jihan, tetapi anehnya Jihan hanya diam. Padahal biasanya Jihan langsung mencicipi satu per satu hidangan yang tersaji, dan tak segan menjungkirbalikkan meja makan bundar berukuran sedang itu ketika rasa hidangan yang dicicipinya tidak sesuai selera.

Ketenangan Jihan malah membuat para pelayannya merinding bukan main. Bagi mereka yang sudah bertahun-tahun melayani Jihan, sikap tenang seperti itu sangat tidak cocok dengan tuannya. Mereka malah akan merasa lega jika Jihan berteriak, memaki, dan mengasari mereka. Kemungkinan besar perubahan sikap Jihan dikarenakan kabar buruk yang disampaikan Murat satu jam yang lalu.

Ya, satu jam yang lalu Murat membubarkan para penari yang sedang menghibur Jihan, dan tanpa basa-basi mengatakan sesuatu yang paling dibenci Jihan. Jihan tidak lagi memiliki kelemahan Haala karena adik Haala yang secara ajaib sudah kembali bisa berbicara. Dan Braheim, terlihat mulai menyukai Haala. Karena ketika Braheim menyukai seseorang, dia tidak akan ragu berkelakar.

"Suku pengembara? Lelucon macam apa itu? Dia pikir berapa usianya sampai masih memercayai dongeng?" Jihan beranjak dari sandarannya dan mulai menyentuh hidangan.

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

"Katakan," balas Jihan pada pelayan pribadinya.

"Hamba dengar dulu kepala pengurus harem pernah bertemu dengan suku pengembara. Ingatan Beliau dihapus, tetapi Beliau masih mengingat semuanya sampai sekarang."

Jihan menghentikan keasyikannya mengaduk-aduk sup. "Apa maksudmu?"

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

Jihan mengangguk pada pelayan pribadinya yang lain. "Menurut dongeng, mereka yang mendapat bantuan dari suku pengembara akan langsung dihapus ingatannya. Itu dilakukan agar mereka tidak menjadi ingkar pada Tuhan," imbuh pelayan Jihan.

Jihan melempar sendok makannya. "Bawa kepala pengurus harem dan, adik Haala Anandmayee ke hadapanku sekarang juga."

"Sesuai perintah Anda, Yang Mulia." Pelayan pribadi Jihan kompak membungkuk hormat sebelum hilang dari balik pintu kamar Jihan.

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

ini seperti kekuatan sebuah keyakinan y, padahal si Murat cuma menipu dengan memberi tahu cara memanggil suku pengembara, dn si ibu hanya asal bicara supaya membuat keyakinan halaa yg tak masuk akal menurut orang" itu luntur, tapi malah benar" langsung datang orang mengetuk pintu dn meninggalkan obat misterius yg benar" bisa menyembuhkan adik haala

2023-02-09

1

Nindira

Nindira

Tak ada yang mustahil bu Haala, apa pun bisa terjadi kalau tuhan sudah menghendaki

2022-11-01

0

Nindira

Nindira

Bisa jadi itu ramuan yang selama ini dicari

2022-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!