CHAPTER 13

Tampak Laasya begitu antusias menuntun Haala ke suatu tempat rahasia, hingga langkah mengendapnya terhenti di belakang kebun labu rumah mereka. Haala menyelisik sekitar, mengira jika Laasya ingin menunjukkan betapa suburnya kebun labu milik sang ibu, tetapi salah. Laasya tiba-tiba saja berjongkok, mencari sesuatu di tanah, dan kemudian menggeser sebuah pintu misterius.

"Aku menemukannya kemarin malam. Kau pasti akan menyukainya, Kak. Ayo."

"Laasya tu--"

"Tidak perlu khawatir. Hanya ada harta karun di dalam sana," sela Laasya pada Haala seraya hilang dari balik pintu misterius.

Ya, benar. Memang hanya terdapat harta karun di dalam ruang bawah tanah berukuran cukup luas itu. Selain koin emas yang menyelimuti hampir seluruh lantai, ada beragam perhiasan di dalam tumpukan peti kayu, juga zirah bertabur batu zamrud langka. Namun yang paling membuat silau kedua mata Haala adalah, lukisan tua yang tergantung tak seimbang di dinding.

Sementara Laasya sibuk menggeledah peti kayu, Haala sibuk memandangi lukisan di hadapannya. Terlihat dalam lukisan, sepasang pria dan wanita tengah berdiri menantang terik matahari. Tak ada yang istimewa dari lukisan yang sedari tadi dipandanginya tanpa berkedip, namun entah kenapa Haala merasa ada banyak makna tersembunyi dalam lukisan yang hanya dihiasi hitam itu.

"Kakak, mungkinkah ayah atau kakek meninggalkan ini semua untuk kita?"

"Entahlah. Sebaiknya jangan mengambil apapun. Karena kita belum tahu siapa pemilik sebenarnya," jawab Haala pada Laasya.

"Sudah pasti ini semua milik kita. Buktinya saja ada tepat di belakang rumah kita."

Haala membersihkan debu pada lukisan dengan ujung bajunya. "Banyak orang berdosa di masa lalu yang dikubur Tuhan hidup-hidup. Bisa jadi merekalah pemilik yang sebenarnya."

Laasya menunjuk lukisan. "Kupikir pasangan itulah pemilik sebenarnya."

Haala kembali memandangi lukisan yang ada tepat di hadapannya. "Entah kenapa pria di lukisan itu tampak tidak asing. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat," imbuh Laasya.

"Jika kau pernah melihat pria ini, berarti aku harus memanggilmu leluhur. Ayo kembali." Haala membenahi posisi lukisan itu, lalu menggandeng Laasya menaiki tangga.

"Tunggu, itu seperti buku harian kakak."

Spontan Laasya melepas gandengan tangannya dari Haala dan berlari menuruni anak tangga. Laasya lalu menarik laci sepenuhnya, dan mengambil buku itu dari dalam sana. Laasya terbatuk berulang kali setelah tanpa sadar meniup tumpukan debu tebal pada buku tersebut. Keasyikan Laasya mengintip isi buku itu tersudahi saat Haala mendekatinya dan melontarkan sebuah pertanyaan.

"Dari mana kau tahu jika buku harianku mirip dengan buku itu?"

"Hm? Aku hanya asal menebak saja," jawab Laasya pada Haala.

"Lalu dari mana kau tahu jika aku memiliki buku harian?"

Laasya terdiam cukup lama. "Baiklah-baiklah aku tidak asal menebak. Buku harian kakak memang mirip seperti ini karena aku pernah melihatnya di gudang."

"Dan membacanya."

Laasya mengangguk menanggapi Haala sembari tersenyum paksa. "Sedikit."

"Kau tahu itu tidak sopan, bukan? Sekarang kembalikan buku itu padaku."

"Mmm maaf, tapi sepertinya itu cukup sulit," balas Laasya.

"Kenapa?"

Laasya kembali terdiam, namun tatapan Haala yang menusuk membuatnya tak memiliki pilihan selain mengatakan yang sejujurnya pada sang kakak. Dengan terbata Laasya mengaku jika buku harian itu sudah sejak lama ada pada Braheim. Saat itu Laasya dengan senang hati memberikannya karena Braheim berkata jika buku harian Haala akan membantunya dalam hal penyelidikan.

Seketika Haala kehilangan keseimbangannya dan hampir saja jatuh terguling dari tangga sesaat setelah mengetahui buku hariannya kini berada di tangan orang yang sangat salah. Wajah Haala memerah sejadi-jadinya karena tak kuasa lagi membendung rasa malu. Haala sama sekali tidak pernah menyangka jika akan ada hari di mana buku hariannya dibaca oleh pria yang dicintainya.

"Tidak apa-apa. Karena Yang Mulia Raja tidak akan membacanya."

"Sayangnya Yang Mulia Raja membacanya. Bahkan di depanku," sahut Laasya pada Haala.

Spontan Haala menoleh. "Apa?"

"Kupikir Yang Mulia Raja membutuhkan buku harian kakak untuk penyelidikan dalam arti sebenarnya, tapi ternyata dalam arti lain."

Kini berganti Haala yang terdiam. "Apa kakak bersedia menjadi selir? Karena aku sangat yakin jika buku harian kakak digunakan Yang Mulia Raja untuk keperluan ini," imbuh Laasya sambil menyentuh jantungnya.

Haala menggeleng. "Itu tidak mungkin. Pernah ada insiden pembunuhan di dalam harem. Mungkin saja Yang Mulia Raja memang sedang melakukan penyelidikan lewat buku harianku karena masih mencurigaiku sebagai pembunuhnya."

"Kuharap juga demikian. Jujur saja aku tidak rela jika kakak harus hidup sebagai selir. Sekali pun bukan sebagai selir, aku tetap tidak rela karena kakak harus berbagi pria dengan wanita lain. Hiduplah dengan pria biasa yang jiwa dan raganya hanya bisa kakak miliki seorang."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Setelah bersusah payah merayu hatinya agar bersedia untuk bekerja sama, akhirnya Haala beranjak dari ranjang, dan langsung bergegas menemui Braheim demi mendapatkan buku hariannya kembali. Namun, lautan manusia di depan istana timur membuat semangat berkobar Haala dan kuda putihnya perlahan meredup.

Wajar jika istana timur disesaki para prajurit, karena hari ini merupakan hari di mana mereka akan menerima upah dan izin resmi pembebasan tugas langsung dari Braheim. Tetapi bagaimana mungkin para selir juga ikut menyesaki istana timur. Haala yang sangat penasaran pun langsung turun dari kudanya, dan bergabung ke dalam lautan manusia.

Terlihat Jihan tengah menampar kepala pengurus harem, Leyla, berulang kali. Jihan juga tidak ragu mendaratkan tamparan murkanya pada selir-selir yang berdiri tak jauh darinya. Dengan suara melengking yang sangat memekakkan telinga, Jihan terus memaki Leyla serta para selir yang dianggapnya telah bersikap terlewat lancang.

PLAK!

"Beraninya kau datang menghadap suamiku dengan membawa serta wanita-wanita rendahan ini!"

"Ampuni hamba, Yang Mulia Ratu. Hamba tidak tahu jika para selir mengikuti hamba sampai ke istana timur," balas Leyla pada Jihan.

PLAK!

"Tutup mulutmu, Leyla Rahsheda! Enyahlah sebelum aku menyeretmu dan para rendahan ini ke alun-alun kota!"

Leyla membungkuk hormat pada Jihan. "Belas kasih Anda tiada tara, Yang Mulia Ratu."

"Tunggu. Dengarkan baik-baik kalian semua. Jiwa dan raga Yang Mulia Raja telah diberikan sepenuhnya padaku, karena saat ini aku sedang mengandung anaknya. Jadi ingat posisi kalian dasar rendahan."

Suara gaduh semakin tak terkendali saat Jihan hilang dari balik gerbang megah istana timur. Sebagian dari mereka bersuka cita menyambut penerus tahta yang telah lama dinanti, sementara sebagian yang lain menangis dengan emosi beragam. Berbeda dengan Haala yang malah tersenyum malu. Ya, malu. Malu akan ketepatan ucapan sang adik.

"Hiduplah dengan pria biasa yang jiwa dan raganya hanya bisa kumiliki seorang. Ya, dengan pria biasa, yang jiwa dan raganya hanya untukku," gumam Haala seraya berjalan keluar dari lautan manusia.

Haala menuntun kudanya menuju istana prajurit dengan langkah berat. Kedua tangan Haala bergemetar hebat, karena ucapan terakhir Jihan yang semakin nyaring terngiang di telinganya. Butir demi butir air matanya menetes tanpa izin, membuat semilir angin kewalahan mencari cara mengeringkan basah di kedua pipi tanpa riasan itu.

Haala kian terhanyut dalam kenyataan pedih, hingga seseorang menghentikan langkah beratnya. Haala masih menunduk, memandangi ujung alas kaki orang tersebut juga ujung alas kakinya yang kini dihujani air mata. Usapan lembut yang tiba-tiba mendarat di sebelah bahunya spontan membuat Haala mendongak karena terkejut.

"Jangan percaya pada apapun yang wanita gila itu katakan padamu."

Haala tak menjawab. "Aku tidak akan membiarkan penerus tahta lahir dari rahim wanita yang masih haus akan urusan duniawi. Yang Mulia Raja pernah mengatakan itu padaku," imbuh Murat.

"Kurasa kau tidak boleh memberitahukannya pada sembarang orang, penasihat."

Murat mengangguk-angguk menanggapi Haala. "Ya, kau benar. Seharusnya aku memberitahukannya pada Yang Mulia Ratu. Mungkin dengan begitu kegilaannya bisa berkurang. Tapi entahlah. Terkadang aku suka bertindak tanpa berpikir."

"Aku harus pergi."

"Komandan, tetap berhati-hati dengan makanan dan minumanmu."

"Terima kasih, penasihat."

"Komandan."

Haala kembali menghentikan langkahnya. "Wanita gila itu adalah satu-satunya yang kumiliki di dunia ini. Aku ingin dia hidup berkecukupan bersama pria yang dicintainya. Jadi, bisakah kau juga mengingat posisimu?" tambah Murat.

"Akan kuingat, penasihat."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Tampak dua orang pelayan perempuan tengah sibuk bertugas. Keduanya kompak mengawasi gerak-gerik Haala dari balik lubang kecil di dinding. Dua kamar prajurit di sisi kanan dan kiri kamar Haala sengaja dikosongkan tanpa sepengetahuan Haala demi memudahkan tugas mereka. Lalu lubang-lubang kecil itu digunakan untuk menjadi bukti kuat laporan yang akan mereka berikan pada sang tuan, Jihan.

Berbeda dengan para selir yang bisa dengan mudah mereka kelabui untuk mengonsumsi racun, Haala yang memiliki kewaspadaan tinggi cukup sulit dipancing perhatiannya. Hingga akhirnya mereka menaburkan racun Shaant* ke dalam bak mandi Haala. Racun mematikan itu memang akan lebih ampuh jika bercampur dengan air liur, namun tetap bisa bekerja selama masuk ke dalam tubuh.

*Shaant* adalah madu dari bunga langka yang dipercaya bisa membuat wanita menjadi mandul*.

Air hangat yang berfungsi membuka pori-pori kulit, akan menjadi jalan mulus bagi racun Shaant untuk menggerogoti kesehatan rahim Haala. Kedua pelayan Jihan menahan teriakan kemenangannya ketika jari kaki Haala hampir menyentuh permukaan air. Namun seorang pria yang muncul entah dari mana menggagalkan semuanya. Spontan Haala meraih kain penutup, dan mengangkat pedangnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menyelamatkan dunia," jawab Daxraj pada Haala.

"Apa maksudmu?"

Daxraj menunjuk bak mandi. "Ada racun di dalam sana."

"Apa?"

"Mungkinkah kau kehilangan siagamu karena air mata patah hati?" Daxraj berbalik menanyai Haala.

"Keluar dari sini sekarang."

Daxraj berjalan mendekati Haala. "Air matamu terlalu berharga untuk menangisi hal yang sia-sia."

"Berhenti di sana. Atau aku tidak akan segan melukaimu."

Daxraj menghentikan langkahnya. "Kau sudah melukaiku, Haala."

TOK.. TOK.. TOK..

"Kau di dalam?"

Spontan Haala berlari menuju pintu. "Yang Mulia? Ada perlu apa Anda sampai datang ke sini?"

"Dengan siapa kau berbicara?" tanya Braheim lagi.

Haala menoleh pada Daxraj, menyuruhnya untuk segera pergi. "Buka pintunya," imbuh Braheim.

"Hamba baru saja akan mandi, Yang Mulia."

"Bersama pemimpin suku berwajah seperti siluman itu? Buka pintunya. Ini perintah," balas Braheim.

TOK.. TOK.. TOK..

Haala terlonjak kaget, karena Braheim yang kembali mengetuk pintu dengan kasar. Daxraj masih berdiri di tempatnya, menatap Haala dengan mimik wajah menyayat hati. Tidak terpikirkan cara apapun di kepala Haala untuk keluar dari situasi saat ini. Di satu sisi Braheim tak henti menggedor pintu kamar mandinya, sementara di sisi lain, Daxraj juga tak henti menyuguhinya tatapan duka.

Daxraj melanjutkan langkahnya mendekati Haala. "Ketahuilah satu hal. Sejak dulu keturunan Yusef Bahadir ada di sisi Raja Kumari Kandam bukan untuk menjadi kekasih, melainkan untuk menjadi perisai hidup. Jangan lupakan itu dan, ingat posisimu."

BRAK!

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

aku lebih suka haala sama daxraj yah

2023-01-05

0

auliasiamatir

auliasiamatir

benar itu lasya

2023-01-05

0

Nindira

Nindira

Nah loh ketahuan Haala nulis tentang Braheim yaᕦ😌ᕤ 𓆩🥰𓆪

2022-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!