CHAPTER 14

"Di mana siluman itu?" tanya Braheim seraya memeriksa setiap sudut kamar mandi dengan teliti.

Haala hanya diam. "Sebenarnya sepenting apa pembicaraan kalian berdua sampai harus membahasnya di sini?"

Haala masih diam, karena sibuk menjadi penengah untuk hati dan logikanya yang kini sedang bercek-cok sengit. Perkataan Daxraj, Jihan, Murat, dan Laasya yang mulai terngiang di telinga Haala seakan kembali menyeretnya pada kenyataan pedih. Tidak ada yang salah dari apa yang mereka katakan mengingat dirinya memang sempat melupakan posisi, sebab tanpa sadar telah terlena pada perlakuan istimewa Braheim.

Haala menoleh ke sisi kirinya, di mana terdapat cermin berukuran sedang yang memantulkan wajah memesona Braheim. Entah petaka sedahsyat apa yang akan menghampiri jika Haala terlena lebih dalam oleh pesona itu. Kini tiba waktunya logika Haala memegang kendali, setelah sekian lama diperbudak hatinya yang lemah. Tidak boleh ada lagi debaran cinta, pun fantasi romantis dengan pria yang mustahil dimilikinya itu.

"Tidak perlu seserius itu memikirkan jawabannya. Lagipula jawaban apapun yang kau berikan tetap akan membuatku jengkel."

Haala berbalik, lalu membungkuk hormat pada Braheim. "Ampuni hamba, Yang Mulia."

Braheim menghela napasnya. "Tidak ada siapa pun di sini, jadi berhenti membuatku semakin jengkel dengan sikap seperti itu."

"Seorang bawahan sudah seharusnya bersikap sopan, Yang Mulia."

Braheim diam sesaat. "Kurasa ada maksud tersembunyi dibalik perkataanmu. Aku bukan orang yang sabar jadi jangan bermain teka-teki."

"Hamba hanya seorang bawahan, dan hamba tidak berniat untuk menjadi selir."

Braheim kembali diam. "Lalu, kau ingin menjadi ratu?"

"Tidak, Yang Mulia. Hamba hanya ingin menjadi perisai untuk Anda dan tanah Kumari Kandam," balas Haala.

"Seharusnya kau katakan itu dua belas tahun yang lalu."

Braheim menghampiri Haala dengan langkah sangat cepat, hingga dalam sekejap sudah berdiri tepat di hadapan Haala. Haala buru-buru menunduk, ketika Braheim menangkap gerak kedua bola matanya. Namun Haala kembali mendongak, karena tangan halus Braheim yang tiba-tiba menyentuh sebelah pipinya. Jantung Haala mulai berdebar tak karuan, sebab ini kali pertama dirinya berada sangat dekat dengan Braheim.

"Aku akan menutup harem, mengosongkan singgasana ratu, dan memercayakan penerus tahta di sini," ujar Braheim sembari menyentuh perut Haala.

Jantung Haala kian berdebar tak karuan, bahkan pijakan mantap kakinya perlahan melemah karena sulit memercayai apa yang baru saja dikatakan Braheim dengan suara bergetar itu. Haala sama sekali tidak pernah menyangka jika perlakuan istimewa Braheim padanya bukan sekadar apresiasi atasan pada bawahannya yang sangat berjasa, melainkan cinta diam-diamnya selama dua belas tahun yang ternyata bersambut.

"Ada banyak rahasia yang ingin kuberitahukan padamu, tapi terlalu banyak pasang mata dan telinga di sini. Bersediakah kau memercayaiku dan bertahan sedikit lagi?" imbuh Braheim dengan suara yang masih bergetar.

Tanpa sadar Haala mengangguk, dan menutup mata ketika Braheim mengecup bibirnya. Ada sesuatu yang panas yang seolah melesat sampai ubun-ubun saat kecupan sekian detik itu berubah menjadi ciuman menggebu. Dan andai saja gerak bersemangat Braheim tidak mengganggu pedang Yusef Bahadir yang lolos dari tangan Haala, rahim yang sangat diincar Ratu Kumari Kandam itu benar-benar akan tertanam benih penerus tahta.

"Beritahu hamba satu rahasia Anda, Yang Mulia."

Braheim mendecak menanggapi Haala. "Kau memang keras kepala."

Haala tak menjawab. "Dan sangat kaku," imbuh Braheim.

"Hamba tidak bisa berbicara tidak sopan. Akan berbahaya jika hamba menjadi terbiasa di depan umum nantinya."

Braheim mengangguk. "Ya, kau ada benarnya. Aku memang selalu menjadi bodoh saat berada di dekatmu."

"Jadi apa rahasia Anda?"

"Itu ciuman pertamaku," jawab Braheim.

"Apa kepala hamba masih akan ada di tempatnya meski hamba tidak memercayai ucapan Anda?"

Braheim tertawa. "Belum saatnya untuk menjelaskan apapun padamu, jadi bersabarlah dan percaya saja padaku. Aku harus pergi."

Haala mengangguk. "Ah, satu lagi. Tidak perlu khawatir pada makanan, minuman, atau pun air di bak mandimu. Kau aman karena aku berusaha semampuku untuk melindungimu," tambah Braheim.

"Yang Mulia."

Braheim menoleh pada Haala. "Sejujurnya yang tadi itu bukan ciuman pertama hamba," imbuh Haala.

"Apa? Jangan katakan padaku jika si siluman itulah yang pertama ka--"

"Itu ciuman kesekian hamba jika dihitung dengan ciuman hamba dengan Anda di dalam mimpi selama dua belas tahun," sela Haala.

"Apa kau sedang menggodaku? Jika iya jangan coba-coba melakukannya pada selain aku. Mengerti? Aku pergi. Jangan memanggilku lagi karena aku tidak akan menahan diri untuk panggilan yang kedua."

"Yang Mulia."

Braheim mendecak, seraya berjalan menghampiri Haala. "Hah, Kumari Kandam bisa dalam bahaya jika memiliki ratu yang mahir menggoda seperti ini."

...¤○●¤○●¤○●¤...

PRANG!

"Keluar kalian semua dari sini dasar tidak becus!" seru Jihan sambil melemparkan sebuah gelas.

Belasan pelayan pribadi Jihan yang teramat ketakutan itu pun langsung berlari saling mendahului demi segera keluar dari kamar tidur Jihan, terutama demi menghindari nasib nahas seperti seorang pelayan yang beberapa hari lalu mati di tempat setelah mengalami pendaharan hebat di kepalanya akibat tabiat buruk Jihan yang gemar melempar barang-barang berbahaya ke sembarang tempat.

Jihan yang sudah tak sabar menanti kabar baik dari dua orang pelayan setianya terpaksa harus kembali menggigit jari. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada dua pelayan tersebut. Ketika dihadapkan pada Jihan, keduanya malah berubah menjadi seperti orang tolol. Jangankan mengingat tugas yang tengah diemban, keduanya bahkan bertanya-tanya kenapa saat ini mereka mengenakan pakaian pelayan.

Jihan yakin jika Murat kembali mencampuri urusannya, sebab tidak ada lagi orang yang akan tertarik pada rencana busuknya selain Murat. Murat yang mengetahui rencana Jihan berniat melindungi wanita yang dicintainya, Haala, dengan segala cara hingga berani membungkam mulut kedua pelayannya. Jihan terus bergelut dengan keyakinannya itu tanpa menyadari jika pembungkam yang sebenarnya adalah, Daxraj Natesh.

"Sebenarnya penasihat sialan itu ada di pihak siapa? Dia terus menolongku, bukankah itu artinya dia menyukaiku? Tapi kenapa dia selalu mengacau? Dia juga tidak tertarik dengan koin emas maupun tubuhku. Lalu apa tujuannya?" tanya Jihan dalam hati.

Jihan pun berniat menemui Murat detik itu juga. Dengan seruan menggelegar Jihan memanggil para pelayannya, meminta mereka untuk mempersiapkan keberangkatan ke istana timur. Namun di tengah persiapannya, Jihan tak sengaja menemukan sebotol ramuan di pojok laci meja rias. Jihan menghentikan gerak sibuk para pelayan yang tengah menghias rambutnya, karena tertarik dengan ramuan beraroma menenangkan itu.

"Apa ini?"

"Hamba kurang yakin karena baru pertama kali melihatnya, Yang Mulia," jawab salah seorang pelayan pada Jihan.

Jihan memutar dan memandangi isi botol yang kini digenggamnya. "Aku juga baru pertama kali melihatnya."

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

Jihan mengangguk menanggapi pelayannya yang lain. "Mungkin tabib kerajaan bisa memberikan jawaban yang Anda inginkan, Yang Mulia."

"Kau benar. Kalau begitu tunda keberangkatan ke istana timur. Aku ingin menemui tabib kerajaan terlebih dahulu."

"Sesuai perintah Anda, Yang Mulia." Semua pelayan Jihan membungkuk hormat.

Setelah melewati beberapa koridor istana utara*, Jihan dan dua orang pelayan pribadinya pun tiba di ruang kerja tabib kerajaan. Si tabib Kerajaan, Sanjeev Rajak, langsung beranjak bersemangat dari kursinya dan menyambut Jihan dengan senyum merekah. Jihan merasa risih, karena Sanjeev yang tampak begitu alami saat berbicara dengannya, seolah dirinya pernah menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama Sanjeev.

*Istana utara* atau yang lebih dikenal dengan istana gaduh, merupakan istana yang paling banyak dikunjungi. Karena ada rumah sakit, akademi meramu obat, juga kebun tanaman herbal langka. Tabib Kerajaan juga tinggal di sini sebab selain bertanggung jawab pada para pasien selama dua puluh empat jam, dia juga mengajar di akademi*.

"Ada yang bisa hamba bantu, Yang Mulia Ratu?"

Jihan memberikan sebotol ramuan pada Sanjeev. "Ramuan apa ini?"

"Ah, ini adalah ramuan kejujuran. Satu tetes untuk tiga buah pertanyaan."

"Apa kau yang memberikannya padaku?" tanya Jihan lagi.

"Benar, Yang Mulia. Karena Anda yang memintanya."

Jihan menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Kapan aku memintanya? Dan lagi, untuk apa aku memintanya?"

"Sulit untuk menjelaskannya, Yang Mulia. Hamba ragu Anda akan memercayainya."

"Jangan membuang waktuku, Sanjeev Rajak."

"Andai ingatan Anda tidak dihapus, Yang Mulia."

"Apa maksudmu?"

Sanjeev beranjak dari kursi, dan berdiri di samping Jihan yang tengah duduk elegan sembari menggoyangkan gelas berisi Goan Feni*. Tetapi tak lama Jihan beranjak, dan melayangkan sebuah tamparan pada Sanjeev yang tiba-tiba membelai rambutnya. Reaksi Sanjeev yang malah tertawa geli membuat Jihan tak kuasa menahan tamparan keduanya. Namun Sanjeev menghindar, dan mendudukkan Jihan kembali ke tempat semula.

*Goan Feni* adalah minuman beralkohol yang hanya diproduksi di Goa, India. Goan Feni dibuat dari getah kelapa atau apel mete dan kandungan alkohol di tiap botolnya mencapai 43-45*%.

"Lancang ka--"

"Sssttt, bibir indahmu ini akan lebih baik jika digunakan untuk mengerang," sela Sanjeev seraya menjelajahkan jarinya di bibir Jihan.

"Singkirkan tangan kotormu itu dasar tua bangka kurang ajar!"

Sanjeev kembali tertawa geli. "Ya, aku memang tua bangka. Tua bangka yang beruntung karena pernah menggagahi Ratu Kumari Kandam sampai pagi."

DEG!

"Kau pasti berpikir itu tidak mungkin, bukan? Tapi begitulah kenyataannya. Kau mendatangiku persis seperti hari ini. Meminta ramuan penakluk dan ramuan kejujuran dengan bayaran tubuhmu," imbuh Sanjeev.

DEG! DEG!

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi satu yang pasti, semua orang kehilangan ingatannya kecuali aku. Mungkin ingatan tua bangka ini bisa memudahkan rencanamu untuk menyingkirkan kekasih gelap Yang Mulia Raja. Bagaimana?"

DEG! DEG! DEG!

...¤○●¤○●¤○●¤...

Tampak Laasya sedang sibuk menerjemahkan tulisan dalam buku kuno di ruang bawah tanah di belakang kebun labu milik sang ibu. Awalnya Laasya hanya berniat menggeledah peti perhiasan, tetapi buku bersampul kulit hewan di atas lemari seolah berteriak memanggilnya. Laasya pun menyudahi kesibukannya mengubrak-abrik peti perhiasan, dan bersusah payah meraih buku dari atas lemari tersebut.

"Binasa pada salah dunia karena setia Yusef memberikan akan orang Bahadir sumpah hatinya yang penerus. Hah, aku menyerah. Aku tidak mengerti. Aku tidak peduli lagi." Laasya menutup buku yang sedari tadi dipelototinya.

Ketika Laasya hendak kembali bergelut dengan peti-peti perhiasan, buku kuno itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Spontan Laasya langsung berlari karena menyadari keganjilan yang baru saja terjadi tepat di depan matanya. Sebelum hilang dari balik pintu, Laasya sempat melirik pada buku kuno tersebut. Buku berbahasa Videsh* itu terbuka di halaman terakhir yang baru saja diterjemahkannya.

*Videsh* merupakan bahasa kumari kandam yang digunakan para leluhur terdahulu. Sudah tidak digunakan lagi di masa sekarang karena terlalu rumit*.

"Sebenarnya yang tadi itu apa? Aku harus segera memberitahukannya pada kakak," ujar Laasya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Kamu malah kabur sih jadi gak tahu yang barusan itu apa

2022-11-28

0

Nindira

Nindira

Hoby bener sih kamu marah2 Jihan

2022-11-28

0

Nindira

Nindira

Hoby bener sih kamu marah2 Jihan

2022-11-28

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!