CHAPTER 3

“Dan sudah kuduga kau orang pertama yang akan mengetahuinya.” Jihan memerintahkan semua pelayannya untuk keluar.

“Berhati-hatilah.”

Jihan terbahak menanggapi Murat. “Apa aku memerlukannya? Aku yakin bahkan kau sekali pun tidak mampu menemukan bukti yang bisa mengarah padaku. Lalu apa gunanya berhati-hati?”

Jihan terus terbahak, sembari melumuri kedua tangannya secara bergantian dengan air susu. Sementara Murat, masih berdiri di tengah-tengah pintu utama kolam, memandangi segala aktivitas yang dilakukan Jihan. Jihan berenang ke sana ke mari sambil bersenandung bahagia, merasakan betapa hebat dirinya bisa berjalan di atas angin.

Murat hanya diam mendengar kecongkakan Jihan yang seakan tidak berujung, sambil bergumam mengasihani Jihan dalam hati. Pria berlesung pipi itu menunggu saat yang tepat untuk menyampaikan maksud kedatangannya pada Jihan, ratu dengan segudang kemampuan hebat yang seketika menjadi tolol jika sudah teperdaya kecemburuan.

Dan saat yang dinanti pun tiba. Jihan berbalik, menoleh pada Murat yang sedari tadi hanya berdiri mematung tanpa berucap sepatah kata pun. Jihan penasaran apa alasan Penasihat lancang banyak mulut sepertinya bersikap acuh, terutama alasan pria minim berahi sepertinya sampai nekat berkunjung di tengah hujan lebat.

Jihan keluar dari kolam susu, lalu menceburkan diri ke kolam air. “Apa yang ingin kau sampaikan? Jika tidak ada cepat keluar dan panggilkan pelayanku. Kau membosankan.”

“Kaki tanganmu tertangkap.”

Jihan sempat terkejut, namun kembali tenang. “Harusnya kau menambahkan kata bangkai dalam kalimatmu.”

“Itu karena mereka belum menjadi bangkai.”

Jihan kembali menoleh pada Murat. “Apa katamu?”

“Situasi akan berbalik padamu jika kau tidak memiliki rencana cadangan.”

“Tunggu, Murat.”

Jihan bergegas keluar dari kolam, berniat mengejar Murat yang tidak pernah sekali pun mengindahkan perintahnya. Jihan akhirnya berhasil mengejar langkah cepat Murat meski sempat tersandung dengan kain penutupnya beberapa kali. Pria dengan bola mata berwarna hitam pekat itu menatap Jihan kesal, membuat Jihan tak kalah kesal.

“Beritahu aku dulu bagaimana mereka bisa tertangkap hidup-hidup.”

“Tanyakan saja pada orang yang kau pikir sedang menangis di kamarnya sekarang,” sahut Murat pada Jihan.

“Haala? Tapi bagaimana dia bisa keluar? Bukankah Braheim menahannya berhari-hari di kamar dengan penjagaan yang ketat?”

Murat menghela napasnya. “Lalu kau pikir dia akan menikmati penjagaan itu dan tidur dengan nyenyak? Kau hanya memiliki sedikit waktu untuk berpikir sampai kaki tanganmu sadar dan membuat pengakuan.”

Jihan mendekat pada Murat, menjelajahkan sebelah tangannya ke dada bidang itu. “Bantu aku seperti biasa. Hm?”

Murat tidak menjawab, hanya membiarkan Jihan bertindak sesuka hatinya. Satu per satu kancing pakaian Murat sukses ditanggalkan, menampakkan tubuh penuh bekas luka yang entah kenapa malah mengusir rasa kasihan Jihan dan mengundang sesuatu yang panas. Namun satu kalimat yang dilontarkan Murat membekukan panas itu dalam sekejap.

“Aku bosan dengan wanita sisa,” tandas Murat seraya berbalik memunggungi Jihan.

Jihan ikut berbalik. “Benar-benar membosankan.”

“Bersumpahlah untuk tidak mengusik Haala jika aku menyelamatkamu lagi kali ini.”

Jihan mengangguk dengan cepat. “Aku bersumpah.”

“Ceritakan padaku bagaimana semua ini bermula.”

Jihan menurut, dan menceritakan awal mula dirinya berurusan dengan Haala. Murat tak henti menghela napas mendengar cerita Jihan. Daripada menyematkan label tolol, akan lebih pas jika menyematkan label tidak waras pada Jihan. Entah di mana Jihan meninggalkan kewarasannya hingga berani mengancam, melukai, bahkan memfitnah keturunan Yusef Bahadir.

Jihan memang dikenal sangat pencemburu oleh semua orang. Wanita penggila batu permata itu masih belum bisa menerima jika kasih sayang Braheim tidak bisa dimilikinya secara utuh. Jihan menganggap Braheim sangat mencintainya hanya karena Braheim memberinya singgasana ratu. Padahal Braheim yang Murat tahu hanya memberikan cintanya pada rakyat.

Jihan menjadi wanita terpilih dari sekian banyak wanita yang ada di Kumari Kandam bukan hanya karena kecantikannya saja, tetapi karena kecerdasannya yang bukan sekadar omong kosong, namun mampu dibuktikannya dengan tugas-tugas ratu yang bisa diembannya sesuai harapan Braheim. Tidak lebih dari itu, tetapi Jihan terus salah paham mengira cintanya bersambut.

Murat berjalan keluar dari kamar Jihan. “Minta maaf pada Haala setelah masalah ini selesai.”

“Apa? Dia yang seharusnya minta maaf padaku.”

Murat menghentikan langkahnya. “Setelah semua yang kau lakukan padanya? Apa lebih baik kubiarkan saja kau meregang nyawa di pedang pusaka Yusef Bahadir?”

"Cih. Aku hanya akan meminta maaf jika sudah berhasil membuat wanita rendahan itu angkat kaki dari Kumari Kandam," ujar Jihan dalam hati.

...¤○●¤○●¤○●¤...

Pedang Haala hampir memisahkan kepala Murat dari tubuhnya andai saja Murat terlambat menangkis serangan Haala barang setengah detik. Haala pun menyarungkan kembali pedangnya, setelah orang dengan jabatan tertinggi kedua di Kerajaan Kumari Kandam itu menyampaikan maksud kedatangannya sambil membungkuk hormat.

Meski merasa sangat tidak nyaman karena ini merupakan kali pertama ada pria yang melihatnya mengenakan gaun tidur, Haala tidak memiliki pilihan lain. Murat sudah terlanjur menginjak balkon kamarnya, dan jika tidak segera mempersilakannya masuk, mata-mata kerajaan yang terus terjaga pasti akan menyebarkan desas-desus.

Kini keduanya sudah duduk saling berhadapan. Murat tak kunjung bersuara, karena mendadak kehilangan fokusnya. Wanita bergaun tidur putih yang duduk memunggungi rembulan itu mendadak membuat degup jantungnya berisik bukan main. Bagaimana mungkin, kecantikan penguasa langit malam bisa dikalahkan oleh sosok wanita didepannya.

“Penasihat?”

Murat tersadar dari lamunannya, dan berdeham beberapa kali sebelum akhirnya mulai berbicara. “Aku datang untuk Yang Mulia Ratu.”

“Katakanlah, Penasihat.”

Murat kembali berdeham, “Kekacauan ini adalah perbuatan Yang Mulia Ratu. Beliau berkata tidak akan mengulanginya lagi, dan tidak akan menyebarkan apapun perihal adikmu.”

“Lalu kau dikirim untuk menyelesaikan kekacauan yang dibuat Yang Mulia Ratu, begitu?”

“Benar. Jadi tolong serahkan masalah ini padaku,” jawab Murat.

“Kau tahu aku tidak akan dengan mudah menyetujuinya, bukan?”

“Ya. Maka dari itu aku menawarkan ini.” Murat mengeluarkan sesuatu dari dalam pakaiannya.

Sebuah sobekan peta kuno berukuran kecil terpampang di depan mata Haala. Haala mencoba membaca peta itu, tetapi tidak ada satu tempat pun di dalam peta yang diketahuinya. Nama-nama tempat dalam peta itu juga ditulis menggunakan bahasa Videsh* asli yang menambah kesulitan Haala menjadi berkali lipat.

*V**idesh** merupakan bahasa kumari kandam yang digunakan para leluhur terdahulu. Sudah tidak digunakan lagi di masa sekarang karena terlalu rumit.

“Kudengar adikmu sedang sakit. Salah satu tempat di peta ini bisa mengantarmu pada orang yang bisa memberimu ramuan ajaib penyembuh segala macam penyakit,” imbuh Murat.

“Apakah orang yang kau maksud itu suku pengembara?”

Murat mengangguk menanggapi Haala. “Percayalah, mereka bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Mereka benar-benar ada di sekitar kita. Yang mana itu artinya adikmu bisa disembuhkan.”

Meski masih dibayang-bayangi perasaan tidak percaya, entah kenapa Haala merasa sangat senang melihat ekspresi yakin di wajah Murat. Selama ini Haala memang mati-matian mencari keberadaan suku pengembara. Haala enggan meminta bantuan siapa-siapa sekali pun keluarganya karena hanya anak-anak setinggi lutut yang memercayai suku tersebut hidup.

Dalam dongeng anak-anak dikisahkan jika suku pengembara dipimpin oleh seorang pria beserban hitam yang memiliki wajah buruk rupa dan tatapan menghipnotis. Konon suku pengembaralah penguasa serta pewaris Kumari Kandam yang sesungguhnya, karena mereka merupakan manusia pertama yang menginjakkan kaki dan membangun kehidupan di tanah Kumari Kandam.

Jika benar suku pengembara bukan sekadar dongeng, itu artinya pasukan tempur Haala bukanlah pasukan tempur terkuat. Dikisahkan bahwa pasukan tempur suku pengembara tidak hanya manusia yang kebal dengan segala jenis senjata tajam, tetapi juga makhluk-makhluk supernatural seperti singa, kera, gajah, dan ular raksasa.

Mereka juga dikisahkan pandai meramu obat-obatan, dan kerap kali memberikan obat tersebut pada yang paling membutuhkan. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, karena selalu berpindah ke satu tempat ke tempat lain. Semua itu mereka lakukan demi meratakan bantuan ke tempat-tempat yang tidak terjangkau keadilan Raja Kumari Kandam.

“Mereka pernah menyelamatkan nyawa orang yang kucintai.”

“Jadi mereka benar-benar memiliki ramuannya?” tanya Haala antusias.

“Ya, dan aku tahu cara memanggil mereka.”

“Beritahu aku, Panasihat.” Haala semakin antusias.

“Hanya jika kau menyerahkan masalah ini padaku. Bagaimana?”

...¤○●¤○●¤○●¤...

Murat berhasil menghindarkan Kumari Kandam dari perang yang dilayangkan Shaasvat setelah bernegosiasi dengan para pelaku pembunuh si Selir Nahas. Awalnya mereka tidak mengindahkan apapun yang Murat katakan dan bersikeras akan mengakui perbuatannya di depan Braheim, namun tawaran dari Murat berhasil membuat dua orang pria tak takut mati itu dengan cepat berubah pikiran.

Murat berjanji akan membuat keluarga mereka tidak kekurangan apapun selama dirinya masih hidup, menaikkan kasta keluarga mereka, serta memberikan posisi di kerajaan ketika anak-anak mereka sudah mencapai usia siap bekerja. Selain itu Murat juga akan memastikan Jihan yang merupakan tuan mereka ikut menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya.

Mereka pun setuju, dan esoknya setelah memberi pengakuan seperti yang diperintahkan Murat, mereka dijatuhi hukuman penggal. Kondisi di dalam kerajaan masih belum kembali normal sejak insiden mengerikan yang terjadi di harem. Bahkan harem mendadak dipenuhi cerita-cerita konyol seperti arwah si Selir Nahas yang diduga akan bersemayam di dalam harem selamanya.

Lalu Jihan, pindah dari istana ratu ke istana barat* dengan alasan tidak bisa tidur nyenyak karena para penghuni harem yang terus membuat kegaduhan. Padahal Muratlah yang membuat Jihan kini tinggal di istana kecil di samping kandang kuda sebagai bentuk hukuman atas perbuatannya yang keji. Jihan akan terus berada di sana sampai Murat sendiri yang mengizinkannya keluar.

*I**stana barat** istana yang menjadi tempat tinggal selir favorit raja terdahulu. Sekarang sudah tidak digunakan lagi karena sejak masa kepemimpinan Braheim, tidak ada gelar selir favorit. Istana tersebut kemudian dialihfungsikan untuk tempat beristirahat pasukan berkuda.

Sementara Haala, mulai sibuk melakukan aktivitas malam. Seperti janjinya, Murat memberitahu di mana tempat tinggal suku pengembara serta bagaimana ritual untuk memanggil suku yang hanya dianggap mitos itu. Namun kuil yang biasa digunakan untuk ritual pemanggilan suku pengembara terletak di tempat yang sangat jauh, dan dengan medan yang bukan main sulitnya.

“Ke mana kau akan pergi?”

Spontan Haala mengurungkan niatnya menaiki kuda, dan membungkuk hormat pada Braheim yang tiba-tiba muncul entah dari mana. “Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam.”

“Jawabanmu?”

Haala diam sesaat, berpikir. “Ada tempat yang ingin hamba kunjungi, Yang Mulia.”

“Selarut ini?”

“Benar, Yang Mulia,” balas Haala.

“Jika tempat yang ingin kau kunjungi itu bisa membuatku melepas penat, bawa aku juga.”

Haala kembali diam, semakin berpikir. “Silakan naik, Yang Mulia.”

Braheim tak menjawab, hanya memandangi Haala yang tiba-tiba duduk bersimpuh di sampingnya, menyodorkan sebelah kakinya sebagai penopang pijakannya untuk naik ke atas kuda. Namun tak disangka Braheim malah bertindak yang tidak seharusnya. Dengan cepat Braheim menggendong Haala, mendudukkan Haala di atas pelana, dan mengambil kendali tali kekang kuda putih itu.

“Tolong jangan melakukan tindakan seperti tadi lagi di lain waktu, Yang Mulia.”

Braheim tersenyum menanggapi Haala. “Aku hanya menyelamatkan harga diriku sebagai seorang pria.”

“Anda bukan hanya seorang pria tetapi raja.”

“Aku raja yang berhati,” sahut Braheim.

“Berikan hati Anda pada yang pantas.”

Braheim kembali tersenyum. “Menurutmu siapa yang paling pantas mendapatkan hatiku?”

Haala terdiam cukup lama. “Hamba,” gumam Haala akhirnya.

Perlahan laju gesit kuda berbulu cantik itu melambat, karena si Pengendali Tali Kekang yang kini tengah sangat terkejut. Entah semilir angin yang membuat pendengarannya menjadi salah paham, atau jawaban singkat wanita berkepang di depannya memang sungguh-sungguh, Braheim hanya membiarkan mulutnya berucap sejalan dengan apa yang terlintas di dalam benaknya.

“Ah, jadi menurutmu kau yang paling pantas. Kalau begitu, haruskah aku memberikan hatiku sekarang juga?"

Terpopuler

Comments

anan

anan

hadir k

2023-01-11

0

Nindira

Nindira

Ceritanya benar² seru aku seolah diajak kedunia fantasi🥰👍

2022-10-26

0

Ichi

Ichi

lanjut baca 💃💃💃
next 🚀🚀

2022-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!