CHAPTER 8

Terlihat belasan orang pelayan tengah buru-buru membersihkan pecahan perkakas di lantai. Mereka khawatir jika pecahan tersebut sampai melukai telapak kaki tuannya. Sementara tuan mereka, Jihan, tampak duduk di mulut jendela dengan napas tersengal. Ratu Kumari Kandam itu lelah, karena sejak kepulangannya dari istana timur, dia tak henti berteriak sembari melempar semua perkakas ke sembarang tempat.

Empat jam lalu Jihan pergi ke istana timur untuk menemui Braheim, tetapi benar apa kata Murat, dia hanya berakhir diusir. Aksi anarki Jihan terus berlanjut, hingga Braheim muncul dan berdiri membelakangi pintu gerbang istana timur. Jihan pun berlari kegirangan, mengira Braheim akhirnya mau menemuinya. Namun, puluhan mata panah yang tengah mengarah pada Jihan membuat langkah girang Jihan seketika melemas.

Tanpa menunjukkan wajahnya, Braheim berkata pada Jihan jika besok kepalanya akan dipenggal di alun-alun kota dengan alasan tidak mematuhi keputusannya sebagai penguasa Kumari Kandam. Jihan langsung jatuh terduduk, ketika pintu gerbang istana timur ditutup oleh para penjaga. Jihan sama sekali tidak menyangka akan keluar kata-kata semengerikan itu dari mulut pria yang sudah tujuh belas tahun dinikahinya.

Jihan menggigiti kuku tangannya sambil bergumam, "Padahal dia yang seharusnya menemuiku dan menjelaskan alasannya bermalam dengan Haala."

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

Jihan tak menjawab pun menoleh pada pelayan pribadinya. "Kepala pengurus harem sudah tiba," imbuh pelayan itu.

"Panjang umur, dan terbekatilah selalu, bulan Kumari Kandam."

Spontan Jihan menoleh pada Leyla yang kini tengah membungkuk di belakangnya. "Apa kau masih ingat tentang apa yang kita bicarakan di pertemuan kita tempo hari?"

"Ya, Yang Mulia," balas Leyla.

Jihan berjalan menghampiri Leyla. "Semuanya?"

"Ya, Yang Mulia. Hamba masih mengingat semuanya."

"Apa yang kutanyakan?" tanya Jihan lagi.

"Anda bertanya tentang suku pengembara."

Jihan menghentikan langkahnya. "Ah, jadi ingatanmu tidak terhapus. Atau, memang sengaja tidak dihapus? Tapi kenapa? Daripada itu, berarti suku pengembara benar-benar ada di dunia ini."

Semua orang yang ada di kamar itu diam, hanya menunduk sembari sesekali melirik ke arah Jihan yang kini tengah berjalan mondar-mandir. Andai mereka tahu jika saat ini Jihan sedang takut, takut pada kehadiran suku pengembara yang sudah pasti berada di pihak Haala. Di mana itu artinya, peluang Jihan untuk menyingkirkan Haala akan semakin kecil. Namun Jihan enggan menyerah, dan kembali menyusun rencana gila.

"Apa di dalam dongeng disebutkan bagaimana cara bertemu dengan suku pengembara?"

"Tidak, Yang Mulia. Mereka hanya datang atas kehendak mereka sendiri," jawab Leyla.

Jihan mendecak, "Egois sekali. Tapi tunggu. Bukankah Haala berhasil menemukan tempat tinggal mereka?"

"Benar, Yang Mulia. Sebuah tempat yang memiliki waktu berbeda dengan saat ini."

Jihan mengangguk-angguk menanggapi Leyla. "Kalau begitu hanya tinggal memintanya untuk menunjukkan tempat itu. Tidak, wanita rendahan itu jelas tidak akan mendengarkan perintahku."

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia," ujar salah satu pelayan pribadi Jihan.

"Katakan cepat."

"Hamba dengar tabib kerajaan membuat banyak ramuan untuk keperluan interogasi. Dan salah satu ramuan yang Beliau miliki bisa membuat siapa saja menjadi patuh," terang pelayan wanita tersebut.

Tawa keras Jihan mendadak menggelegar memenuhi kamar dengan penerangan terlampau menyilaukan itu. Bahkan sampai membuat kuda-kuda di bawah sana terbangun dan kompak memaki tabiat buruk Jihan. Jihan beranjak, seraya memberi kode pada semua pelayan pribadinya untuk keluar. Kini hanya tersisa Jihan dan Leyla di kamar beraroma Shisha* itu. Jihan masih sesekali tertawa, membuat Leyla semakin gugup.

Shisha* merupakan metode merokok asal Timur Tengah menggunakan tabung berisi air, mangkuk, pipa, dan selang. Di dalam tabung tersebut terdapat tembakau khusus yang dipanaskan dan ditambahkan perasa atau aroma, misalnya buah-buahan.

"Putrimu mati karena tenggelam di danau, bukan?"

Leyla diam sesaat. "Benar, Yang Mulia."

"Pasti kau sangat menderita karena merindukannya. Kasihan sekali."

Leyla kembali diam. Berusaha menahan tangis. "Bagaimana jika aku menghidupkan kembali putri kesayanganmu itu?" tanya Jihan lagi.

Spontan Leyla mengangkat kepalanya. "Aku hanya perlu bertemu dengan suku pengembara dan membuat mereka berada di pihakku. Jika berhasil, aku bisa memerintahkan mereka untuk membuat ramuan apapun, bukan? Seperti ramuan yang bisa menghidupkan kembali orang mati. Bukankah tidak mustahil?"

Leyla masih diam. Lidahnya kian kelu. "Jadi, pada siapa kau akan berpihak, Leyla Rahsheda?"

"Beri hamba perintah, Yang Mulia," jawab Leyla akhirnya.

Jihan kembali tertawa melihat Leyla yang tiba-tiba bersujud di kakinya. "Kau memilih tuan yang tepat."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Terlihat seorang pria paruh baya sedang sibuk melucuti Saree* yang melilit tubuh seorang wanita muda. Tak peduli sudah berapa banyak kecupan penuh berahi yang mendarat di sekujur kulitnya yang sehalus sutra itu, si wanita muda hanya berusaha tidak bersuara. Pria paruh baya yang tak lain adalah tabib kerajaan, tampak sangat menikmati suguhan surga dunia yang kini terhampar cuma-cuma di tengah ranjangnya.

*Saree* atau shari adalah jenis kain yang dipakai wanita di negara India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka. Saree atau shari terdiri dari helaian kain yang tidak dijahit, variasinya beragam dengan panjang 4-9 meter yang dipakaikan di badan dengan bermacam-macam gaya*.

Saree si wanita muda yang telah tertanggalkan seutuhnya membuat kedua tangan tabib kerajaan semakin leluasa menyentuh tiap-tiap lekuk tubuhnya. Tabib kerajaan tak ambil hati meski si wanita muda membuang wajahnya, dia hanya asyik memanjakan lidah serta jari-jarinya. Si wanita muda yang sedari tadi menahan suara peningkat berahi pun tak lama menyerah, dan kini tidak ragu bersuara ketika bagian-bagian sensitifnya diprovokasi.

Si wanita muda tak menyangka jika pria tua yang sejak satu jam lalu menduduki tubuhnya itu masih ingat cara bercinta, bahkan cara menerbangkan pasangan bercintanya ke nirwana. Si wanita muda yang merasa telah mencapai batas tanpa sadar memohon pada tabib kerajaan agar segera mengoyak mahkotanya. Tabib kerajaan terbahak, dan dengan senang hati menuruti pinta si wanita muda yang dengan sendirinya melebarkan kedua kakinya itu.

"Sepertinya aku banyak melakukan kebaikan hingga Tuhan menghadiahiku Ratu Kumari Kandam," ujar tabib kerajaan seraya terus terbahak.

Ya, wanita muda yang kini digagahi tabib kerajaan adalah Ratu Kumari Kandam, Jihan. Satu jam lalu Jihan mendatangi tabib kerajaan, dan dengan paksa meminta ramuan penakluk. Tabib berusia lima puluh dua tahun yang tersohor sangat religius itu langsung menolak permintaan Jihan karena takut mati. Beragam iming-iming sudah Jihan tawarkan, tetapi iming-iming sebenarnya yang tabib inginkan ternyata Jihan sendiri.

Dan begitulah akhirnya Jihan berakhir digagahi tabib kerajaan. Jihan tak memiliki pilihan lain, karena semangatnya untuk menyingkirkan Haala semakin berkobar. Jihan pun bersedia digiring ke kamar pribadi tabib kerajaan, dan digagahi berpuluh-puluh kali. Awalnya Jihan enggan, namun sebotol ramuan berwarna jingga yang sengaja diletakkan tabib kerajaan di meja membuat Jihan mau tak mau pasrah saat Sareenya dilucuti.

"Dua tetes untuk membuatnya takluk selama enam jam. Empat tetes selama dua belas jam, dan enam tetes selama dua puluh empat jam." Tabib kerajaan menyodorkan sebotol ramuan pada Jihan.

"Apa ada efek setelahnya?"

"Ya. Dia akan mengalami batuk darah selama kurang lebih satu pekan," jawab Tabib kerajaan pada Jihan.

Jihan menyeringai. "Luar biasa. Ramuan apalagi yang bisa kau buat?"

Tabib kerajaan ikut menyeringai. "Ramuan apapun asal kau bayarannya."

Jihan diam cukup lama, berpikir. "Kalau begitu, buatkan aku ramuan yang bisa membuat orang berkata jujur."

"Itu sangat mudah."

Jihan tak menjawab, hanya tersenyum menanggapi kepercayaan diri si tabib. Perlahan tabib kerajaan berjalan mendekati ranjang, karena Jihan yang tiba-tiba menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, dan kembali membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dengan nada suara menggoda, Jihan berkata jika si tabib bisa segera membuatkan ramuan yang diinginkannya, dia akan berada di kamar itu sampai esok hari.

Tabib kerajaan terbahak seraya menyanggupi permintaan Jihan. Dan pergelutan panas keduanya pun kembali menggoyangkan ranjang luas itu. Jihan yang semula membuang wajahnya karena jijik, kini dengan senang hati membalas ciuman berhasrat si tabib. Bahkan kedua tangan kasar tabib yang kadang menganggur, seringkali diingatkan Jihan untuk tidak membuat bagian-bagian sensitifnya kedinginan.

"Dia belum muncul juga?"

"Belum, Tuan," balas salah seorang penjaga pada Murat.

"Dasar wanita gila itu. Terus berjaga. Lalu tambahkan penjaga di atap."

"Baik, Tuan." Dua orang penjaga membungkuk pada Murat yang berlalu meninggalkan kamar Tabib kerajaan.

...¤○●¤○●¤○●¤...

Jihan terbahak melihat Haala yang sedang menunggang kuda dengan tatapan kosong. Setelah sukses mencampurkan enam tetes ramuan penakluk di makan siang Haala, Jihan langsung memerintahkan Haala untuk mengantarnya ke tempat tinggal suku pengembara. Haala tidak menjawab pun sekadar mengangguk, dia hanya tiba-tiba naik ke atas kudanya.

Perjalanan menuju tempat tinggal suku pengembara ternyata memakan waktu yang sangat lama. Jihan tak henti terbahak melihat sekujur tubuh Haala yang dibanjiri keringat, dan bibirnya yang sangat kering karena terbakar langsung terik matahari. Sementara dirinya, duduk di dalam kereta kuda mewah, menikmati minuman buah segar, dan pijatan dari para pelayan pribadinya.

Namun gerak cepat roda kereta kuda mewah itu tiba-tiba terhenti. Jihan membuka matanya, seraya berteriak mengumpat kusir kuda yang dianggapnya tidak becus. Salah seorang pelayan pribadi Jihan memanggil si kusir berulang kali, tetapi tidak ada jawaban. Mereka pun bergegas memeriksa, dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat siapa yang mengadang perjalanan mereka saat ini.

"Siapa? Perampok?"

"Bukan, Yang Mulia," jawab salah seorang pelayan Jihan dengan nada suara gemetar.

"Lalu?"

"Itu, hamba sendiri juga tidak yakin, Yang Mulia." Pelayan Jihan yang lain menimpali dengan nada suara tak kalah gemetar.

Spontan Jihan beranjak penuh emosi. "Apa sebenarnya yang kalian bi--"

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Kalau bukan perampok yang menghadang lalu siapa dong

2022-11-04

0

auliasiamatir

auliasiamatir

duhhh, Jihan lebih cocok jadi pelacur dari pada jadi ratu.

2022-10-26

0

Ichi

Ichi

P e r e k murahan si Jihan itu, yg parah malah di tungguin Murat 🤣🤣🤣🤣

2022-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!