My Dearest Wife

My Dearest Wife

Adrian

Adrian Wiguna. Begitu nama pria tampan nan rupawan itu. Seorang pengusaha muda yang sangat sukses. Selain memiliki tambang batubara, dia juga merambah bisnis perhotelan dan resort di Bali dan Lombok. Belum lagi bisnis properti dan bisnis lainnya. Dia sudah merintisnya sejak berusia lima belas tahun. Keadaan yang memaksanya untuk dewasa sebelum waktunya. Sejak kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan mobil, dia terpaksa harus meneruskan bisnis keluarganya serta membesarkan adik lelakinya, Arkan, yang usianya lebih muda lima tahun darinya. Kini ia sedang menempuh pendidikan S2 kedokterannya di Amerika.

Adrian menjadi seorang pria yang dingin dan tertutup. Tidak ada seorangpun yang berani untuk melihat langsung padanya apalagi membantah perkataannya. Hanya kakeknya saja yang bisa mengendalikan emosi nya. Kakek Zein punya riwayat penyakit jantung. Ia seorang pensiunan polisi. Dulu ia sangat gagah dengan seragamnya. Ia sebenarnya ingin sekali melihat salah satu penerusnya mengikuti jejaknya. Namun keinginannya itu hanya sebatas mimpi saja. Tidak ada satupun baik anak atau kedua cucunya yang tertarik untuk menjadi polisi seperti dirinya. Namun ia tetap mendukung keputusan apapun yang mereka lakukan. Kini kakek Zein hanya bisa berdiam diri di rumah karena usianya yang tak lagi muda. Di rumah besar ini, ia terkadang sangat kesepian. Hanya Sofia, kepala pengurus rumah tangga, yang bisa dia ajak bicara. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu sudah mengabdikan dirinya di rumah itu selama dua puluh tahun lebih. Bahkan ia tidak menikah sama sekali. Adrian dan Arkan juga sudah menganggapnya sebagai ibu bagi mereka.

Adrian memulai rutinitas sehari-hari dengan berolahraga. Salah satu pengusir penatnya disela-sela pekerjaannya. Di rumah mewah itu, ia punya ruangan khusus untuk menyimpan alat-alat olahraganya.

Hari ini dia berencana akan ke luar kota selama seminggu. Romi, asisten pribadinya, telah menyiapkan semua keperluannya selama berada di sana. Setelah selesai berolahraga, ia mengistirahatkan sejenak tubuhnya untuk mengeringkan keringatnya yang sudah membanjir. Saat dirasa tubuhnya sudah lumayan kering, ia masuk ke kamarnya untuk mandi.

Kamar itu sangat luas. Ada ranjang besar yang diletakkan di tengah ruangan. Ada kamar mandi pribadi dan ruangan khusus pakaian juga di sana. Ruangan itu di dominasi warna putih karena ia memang tidak suka bermain dengan warna untuk kamarnya. Sejam kemudian ia sudah tampak rapi dengan setelan jas hitamnya. Rambutnya juga sudah tersisir rapi. Ia memang lebih suka mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun.

Setelah selesai berpakaian, ia turun kebawah untuk menemui kakeknya yang sudah menunggu di meja makan. Ia tak lupa mencium kening kakeknya lalu ikut duduk menemaninya sarapan.

"Kau jadi pergi hari ini?" tanya kakeknya.

"Iya kakek. Aku berangkat pagi ini." Jelasnya sambil memakan roti isi yang diletakkan Bu Sofia di piringnya.

"Berapa lama?" tanyanya lagi.

"Sekitar seminggu kek." jawabnya.

"Lama sekali." gerutunya.

Adrian hanya menatap kakeknya sambil tersenyum. Ia tahu betul kenapa kakeknya menggerutu seperti itu. Karena dia kesepian ditinggal Adrian keluar kota. Orang jika semakin tua umurnya pasti akan kembali seperti anak kecil lagi.

"Seandainya saja kau sudah menikah. Pasti kakek tidak akan kesepian. Ada cucu menantu dan cicit-cicit kakek yang menemani kakek." sindirnya.

Adrian hanya diam dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia mulai jenuh jika kakeknya mulai membahas soal istri.

"Kakek!" serunya.

"Apa!"

"Aku akan usahakan pulang secepatnya. oke!" ucapnya.

"Saat pulang jangan lupa sertakan calon istrimu." godanya.

"Kakek. Berhenti membahas tentang istri. Oke!" pintanya.

"Apanya yang berhenti. Kau itu sudah kepala tiga. Sudah waktunya untuk mempunyai keluarga. Kau masih normal kan?"

"Astaga. Tentu saja aku normal kakek! Aku hanya belum kepikiran untuk menikah. Lagipula aku masih tiga puluh tahun." bantahnya.

"Apanya yang masih tiga puluh tahun. Kau tahu cucunya teman kakek yang seumuran denganmu bahkan sudah punya dua anak. Sementara kau menikah saja belum." gerutunya.

Adrian sungguh merasa lelah jika kakeknya mulai berdebat tentang masalah pernikahan dengannya. Jika ia terus meladeni kakeknya, bisa-bisa ia harus menunda keberangkatannya hari ini.

Ia pun menyelesaikan sarapannya dengan segera. Setelah selesai, Ia berpamitan pada kakeknya.

"Kakek jangan pergi kemana-mana ya. Tetap di rumah hingga aku kembali. Apa kakek mengerti?" perintahnya.

"Iya! Iya! Kakek bukan anak kecil yang harus diingatkan berkali-kali." keluhnya.

"Baiklah. Aku pergi dulu ya kek!" pamitnya sambil mencium pipinya.

Romi membukakan pintu mobil untuk atasannya itu. Mereka segera berlalu dari sana. Karena semakin cepat ia pergi, maka akan semakin cepat pula ia kembali.

___________

Saat ini kakek Zein sedang beristirahat di kamarnya setelah meminum obatnya. Tak lama kemudian terdengar suara ponselnya berdering dengan sangat nyaring.

Ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja. Tak lupa ia mengenakan kacamata bacanya untuk melihat siapa orang yang menghubunginya. Tidak ada nama yang tertera di layar ponselnya. Hanya ada nomor. Tapi dia tetap menjawabnya.

"Halo! Siapa ini?" tanyanya.

Hening sejenak. Hanya terdengar suara nafas diseberang.

"Halo!" sapa nya lagi.

Tapi tidak ada jawaban. Saat ia ingin mengakhiri panggilannya, terdengar suara diseberang sana.

"Halo Zein! Ini aku Kirana. Apa kau masih ingat padaku?" tanya wanita itu gugup.

"Kirana! Apa ini benar-benar kau?" tanya pria tua itu memastikan bahwa itu adalah wanita yang dikenalnya.

"Iya. Ini aku! Syukurlah jika kau masih mengingatku." ucapnya.

"Kau ada dimana sekarang? Kenapa tidak pernah memberi kabar padaku?" tanyanya.

"Hmm... ceritanya panjang. Nanti aku akan menceritakannya padamu. Aku sebenarnya ingin minta tolong padamu."

"Jadi karena kau butuh pertolonganku, baru kau menghubungiku setelah bertahun-tahun." keluhnya.

"Bukan begitu. Aku hanya belum ada waktu untuk menghubungimu." jelas Kirana.

"Huh! Baiklah! Bantuan apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya.

Kirana tampak menjelaskan masalahnya padanya. Ia menyuruhnya untuk mengunjunginya ditempat tinggalnya. Zein tampak berpikir. Ia akhirnya menyetujuinya.

"Baiklah! Aku akan menunggumu. Sampai ketemu besok." ucap Kirana mengakhiri pembicaraannya.

Kakek Zein menatap layar ponselnya. Ia bingung harus mencari alasan apa untuk mengelabui cucunya yang pasti tahu kemana saja ia pergi. Tapi ia juga tidak bisa mengingkari janjinya. Besok ia akan tetap pergi apapun yang terjadi.

Ia memanggil Sofia melalui telepon kamarnya. Lalu menyuruhnya untuk mempersiapkan helikopter besok pagi dan juga keperluannya untuk seminggu. Karena sejujurnya ia tidak tahu berapa lama ia akan. berada di sana. Sofia juga akan ikut bersamanya. Setidaknya saat Adrian kembali nanti sebelum dirinya kembali ke rumah, cucunya tidak akan terlalu cemas karena Sofia menemaninya.

"Tuan besar! Kau suka sekali mencari masalah dengan cucumu." ledek Sofia.

"Biar saja. Ia akan berterima kasih padaku suatu hari nanti." ucapnya sambil tersenyum.

-Adrian

_________________

Terpopuler

Comments

Riris Hutagalung

Riris Hutagalung

semoga seru ceritanya,

2022-04-07

0

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

🤗🤗🤗🤗😚😘

2021-08-20

0

Eny Suriyani Lestari

Eny Suriyani Lestari

sepertinya ceritanya bagus

2021-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Adrian
2 Anindya
3 Kakek Zein
4 Menceritakan
5 Selalu saja membuatku pusing
6 Hatiku merasa tidak tenang
7 kehilangan untuk kedua kalinya.
8 Sepucuk surat dari nenek
9 Mengambil keputusan
10 Bertemu untuk pertama kalinya
11 Kesepian
12 Pernah merasakan
13 Maksud lain
14 Mawar putih
15 Teringat kembali
16 Bertemu teman lama
17 Tersesat
18 Kembali pulang
19 Bertemu
20 Tidak seharusnya bertemu
21 Tidak mengizinkan
22 Semakin menambah masalah
23 Hari pertama kerja
24 Siapa wanita itu?
25 Natasha
26 Hujan
27 Harga diri
28 Keinginan terakhir?
29 Memikirkan
30 Apakah harus menerima?
31 Keputusan
32 Gaun pernikahan
33 Hanyalah sebuah kesepakatan
34 Melarikan diri sejenak
35 Hampir saja
36 Merasa panas
37 Tidak keberatan
38 Mabuk lagi?
39 Berperan sebagai istri yang baik
40 Memberikan haknya
41 Berdebar tak karuan
42 Figura
43 Sehari bersama Anne
44 Hampir jatuh
45 Kembali ke kampung halaman
46 Mengunjungi ibu dan nenek
47 Akhirnya bertemu juga.
48 Hampir saja.
49 Kehujanan
50 Melampiaskan kemarahan dengan cara berbeda
51 Terlalu berperasaan
52 Mendiamkan
53 Menjahili
54 Belum melupakan
55 Aku menyayangimu kakek
56 Mempertanggung jawabkan
57 Sehari bersama Adrian.
58 sesuatu yang memalukan
59 Tidak akan melepaskanmu
60 Malam pertama yang menyakitkan
61 Memulai hubungan yang baru
62 Akhirnya setuju?
63 Arkan
64 Kesepian
65 Memprovokasi
66 Sakit karena rindu?
67 Merindukannya
68 Tak menghiraukannya
69 Sakit kepala
70 Ke pantai
71 Bertemu lagi
72 Si pengganggu
73 Mengutarakan isi hati
74 Mengganti kenangan
75 Mulai menyukainya
76 Memaksa
77 Merasa tidak tenang
78 Dokter muda idaman
79 Aku hanya ingin memelukmu
80 Sudah berakhir
81 Menebus dengan kesetiaan dan cinta
82 Gadis penurut
83 Jangan menolakku!
84 Kedatangan seseorang
85 Serangan jantung
86 Jangan menahannya
87 Apa kau tertarik padaku?
88 Dasar keras kepala
89 Terima kasih
90 Cium aku
91 Sangat menggemaskan
92 Kau memang seorang pengganggu
93 Siapa Bimo?
94 Kemarahan Adrian
95 membutuhkan orang lain
96 Menangis lagi
97 Membayar segala rasa sakit.
98 Kejutan
99 Mencintai ku?
100 Dijodohkan.
101 Kekasih ku?
102 Hanya tertarik padamu.
103 Tidak perduli
104 Pengakuan cinta
105 Jadi milikku saja.
106 Aku yang akan menikahinya.
107 Merasa sangat bersalah
108 Mengunjungi panti asuhan
109 Masih meragukan
110 Merasa tidak tenang
111 Perkataan Anne
112 Kau sangat berharga.
113 Mimpi buruk
114 Cemburu
115 Maafkan aku!
116 Merasa cemas
117 Aku menyukaimu.
118 Berinisiatif lebih dulu.
119 Honeymoon
120 Honeymoon part 2
121 Honeymoon part 3
122 Honeymoon part 4
123 Honeymoon part 5 / End
124 Kabar baik.
125 Kehamilan Anindya.
126 Maaf sudah menyusahkanmu.
127 Aku akan menunggumu.
128 Terima kasih
129 Pergi berkencan?
130 Kencan ganda.
131 Tidak nyaman.
132 Merasa cemas.
133 Permintaan paman.
134 Menahan diri.
135 Curahan hati.
136 Ungkapan perasaan
137 Merindukannya.
138 Terjatuh?
139 Mengompol?
140 Hari persalinan Anindya.
141 Pria kecil yang tampan.
142 Aku cinta padamu.
143 Perpisahan.
144 Tidak sadarkan diri.
145 Kepulangan kakek.
146 Kehilangan.
147 Berakhir manis.
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Adrian
2
Anindya
3
Kakek Zein
4
Menceritakan
5
Selalu saja membuatku pusing
6
Hatiku merasa tidak tenang
7
kehilangan untuk kedua kalinya.
8
Sepucuk surat dari nenek
9
Mengambil keputusan
10
Bertemu untuk pertama kalinya
11
Kesepian
12
Pernah merasakan
13
Maksud lain
14
Mawar putih
15
Teringat kembali
16
Bertemu teman lama
17
Tersesat
18
Kembali pulang
19
Bertemu
20
Tidak seharusnya bertemu
21
Tidak mengizinkan
22
Semakin menambah masalah
23
Hari pertama kerja
24
Siapa wanita itu?
25
Natasha
26
Hujan
27
Harga diri
28
Keinginan terakhir?
29
Memikirkan
30
Apakah harus menerima?
31
Keputusan
32
Gaun pernikahan
33
Hanyalah sebuah kesepakatan
34
Melarikan diri sejenak
35
Hampir saja
36
Merasa panas
37
Tidak keberatan
38
Mabuk lagi?
39
Berperan sebagai istri yang baik
40
Memberikan haknya
41
Berdebar tak karuan
42
Figura
43
Sehari bersama Anne
44
Hampir jatuh
45
Kembali ke kampung halaman
46
Mengunjungi ibu dan nenek
47
Akhirnya bertemu juga.
48
Hampir saja.
49
Kehujanan
50
Melampiaskan kemarahan dengan cara berbeda
51
Terlalu berperasaan
52
Mendiamkan
53
Menjahili
54
Belum melupakan
55
Aku menyayangimu kakek
56
Mempertanggung jawabkan
57
Sehari bersama Adrian.
58
sesuatu yang memalukan
59
Tidak akan melepaskanmu
60
Malam pertama yang menyakitkan
61
Memulai hubungan yang baru
62
Akhirnya setuju?
63
Arkan
64
Kesepian
65
Memprovokasi
66
Sakit karena rindu?
67
Merindukannya
68
Tak menghiraukannya
69
Sakit kepala
70
Ke pantai
71
Bertemu lagi
72
Si pengganggu
73
Mengutarakan isi hati
74
Mengganti kenangan
75
Mulai menyukainya
76
Memaksa
77
Merasa tidak tenang
78
Dokter muda idaman
79
Aku hanya ingin memelukmu
80
Sudah berakhir
81
Menebus dengan kesetiaan dan cinta
82
Gadis penurut
83
Jangan menolakku!
84
Kedatangan seseorang
85
Serangan jantung
86
Jangan menahannya
87
Apa kau tertarik padaku?
88
Dasar keras kepala
89
Terima kasih
90
Cium aku
91
Sangat menggemaskan
92
Kau memang seorang pengganggu
93
Siapa Bimo?
94
Kemarahan Adrian
95
membutuhkan orang lain
96
Menangis lagi
97
Membayar segala rasa sakit.
98
Kejutan
99
Mencintai ku?
100
Dijodohkan.
101
Kekasih ku?
102
Hanya tertarik padamu.
103
Tidak perduli
104
Pengakuan cinta
105
Jadi milikku saja.
106
Aku yang akan menikahinya.
107
Merasa sangat bersalah
108
Mengunjungi panti asuhan
109
Masih meragukan
110
Merasa tidak tenang
111
Perkataan Anne
112
Kau sangat berharga.
113
Mimpi buruk
114
Cemburu
115
Maafkan aku!
116
Merasa cemas
117
Aku menyukaimu.
118
Berinisiatif lebih dulu.
119
Honeymoon
120
Honeymoon part 2
121
Honeymoon part 3
122
Honeymoon part 4
123
Honeymoon part 5 / End
124
Kabar baik.
125
Kehamilan Anindya.
126
Maaf sudah menyusahkanmu.
127
Aku akan menunggumu.
128
Terima kasih
129
Pergi berkencan?
130
Kencan ganda.
131
Tidak nyaman.
132
Merasa cemas.
133
Permintaan paman.
134
Menahan diri.
135
Curahan hati.
136
Ungkapan perasaan
137
Merindukannya.
138
Terjatuh?
139
Mengompol?
140
Hari persalinan Anindya.
141
Pria kecil yang tampan.
142
Aku cinta padamu.
143
Perpisahan.
144
Tidak sadarkan diri.
145
Kepulangan kakek.
146
Kehilangan.
147
Berakhir manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!