Mawar putih

Sudah hampir sebulan Anindya tinggal dirumah ini. Kondisinya perlahan mulai kembali normal. Beberapa hari belakangan ini, ia membantu Sofia untuk mengurus segala keperluan Zein. Mulai dari menyiapkan sarapan hingga makan malam, memberikannya obat, hingga menemaninya untuk jalan sore ditaman. Terkadang wanita itu juga mengobrol banyak hal dengannya. Tentang kesehariannya dulu tentang bersama neneknya.

Namun sesekali masih terlihat guratan kesedihan yang tergambar jelas diwajahnya. Yah, bagaimanapun juga hal itu belumlah lama terjadi.

Seperti pagi ini, setelah sarapan dan meminum obatnya, Zein mengajak Anindya untuk jalan pagi disekitar halaman rumahnya yang luas. Zein sepertinya sangat senang semenjak wanita itu tinggal bersamanya. Ia serasa mempunyai seorang teman disini.

Mereka lalu beristirahat sejenak di kursi taman karena pria baya itu sudah merasa kelelahan.

Suasana taman itu terasa asri karena dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman disana. Terdapat sebuah kebun bunga yang didominasi oleh mawar putih juga disana. Anindya baru mengetahui bahwa mawar putih adalah bunga kesukaan dari mendiang istrinya. Dulu ia yang selalu merawat bunga-bunga itu dibantu pengurus kebunnya. Sekarang setelah istrinya meninggal, semua tanaman hanya diurus oleh pengurus kebun saja.

"Nenek dan ibu juga sangat menyukai bunga mawar, terutama mawar putih. Dulu sewaktu ibu masih hidup, kami mempunyai banyak sekali tanaman mawar didepan rumah. Tapi semenjak ibu meninggal, tidak ada lagi yang mengurusnya. Karena nenek mulai sakit-sakitan dan Anin pergi bekerja lalu sekolah." jelasnya saat Zein selesai menceritakan sejarah tentang kebun mawar itu.

"Iya. Kakek ingat jika istri kakek dan nenekmu sangat menyukai mawar putih. Karena dulu sewaktu mereka masih sekolah, mereka punya sebuah kebun rahasia di belakang sekolah. Sebelum bel kelas berbunyi, mereka akan terlebih dahulu menyirami tanaman di kebun bunga itu." jelas Zein sembari mengenang masa lalu.

"Oh ya! Nenek tidak pernah menceritakan tentang itu pada Anin." ucapnya.

"Tentu saja dia tidak pernah menceritakannya. Namanya saja kebun rahasia, tidak mungkin kan dia menceritakannya padamu. "

"Iya juga ya. " Anindya tersenyum lebar mendengarnya.

Begitupun dengan pria baya itu. Mereka berdua terlihat bahagia sembari mengenang kembali saat-saat indah bersama orang yang mereka sayangi.

Tanpa mereka sadari, seseorang tampak memperhatikan mereka dari balik kaca sebuah ruangan dilantai tiga. Ruangan itu menghadap langsung kearah taman belakang.

Dia adalah seorang pria yang tak memiliki ekspresi di wajah tampannya. Ia hanya berdiri diam sembari memperhatikan kedua orang yang tengah senang itu. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

Pria itu adalah Adrian. Si pria dingin yang tidak pernah perduli dengan apapun selain dengan kakek dan adiknya. Termasuk dengan wanita yang baru saja masuk kedalam kehidupannya.

"Apa yang disukai kakek darinya? Ia tampak biasa saja . Bahkan tidak terlihat istimewa." gumamnya.

Ia tampak berdecak kesal. Ia lalu kembali ke mejanya kerjanya. Hari ini ia tampaknya malas pergi ke kantor. Ia merasa tubuhnya sedikit tidak enak. Ia memang sangat lelah akhir-akhir ini. Terlalu banyak masalah dikantor yang mengharuskannya untuk turun tangan langsung. Ia butuh istirahat.

Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia menjatuhkan kepalanya disana. Ia tiba-tiba teringat pada seseorang.

"Kenapa dia kembali lagi. " gumamnya geram. "Setelah tiga tahun menghilang, ia tiba-tiba saja muncul. Tapi.... sudah beberapa minggu disini, kenapa dia tidak... Arrgh!" Adrian tampak frustasi.

Ia memejamkan matanya sejenak untuk mengistirahatkan otaknya yang sudah bekerja terlampau berat akhir-akhir ini.

_______________

" Kau tidak pergi ke kantor hari ini? " tanya Zein begitu melihat Adrian turun kebawah memakai pakaian rumahnya.

"Tidak. Aku sedang tidak enak badan." jawabnya lalu ikut duduk di sofa ruang santai bersama kakeknya yang sedang membaca surat kabar.

"Kau sakit? Kenapa tidak menyuruh Samuel untuk memeriksamu? " tanyanya cemas.

"Aku tidak sedang sakit kakek. Aku hanya tidak enak badan. Jadi tidak perlu diperiksa. " jawabnya lagi.

"Makanya jangan terlalu memforsir tubuhmu. Kau terlalu bekerja keras. Entah apa lagi yang ingin kau kejar. " Zein tampak menggerutu melihat cucunya itu.

Adrian hanya mengangkat bahunya. Ia lalu memanggil seorang pelayan yang lewat di depannya. "Dimana ibu Sofia?" tanyanya.

"Dia sedang pergi untuk membeli kebutuhan rumah, tuan! " jelasnya.

Adrian tampak berdecak. Lalu menyuruh pelayan itu untuk pergi.

"Kenapa? Kau mau apa? Kenapa tidak menyuruh pelayan saja. " tanya Zein.

"Aku ingin kopi kakek. " jawabnya singkat.

Zein tahu bahwa cucunya itu hanya cocok dengan kopi buatan Sofia saja. Karena itu ia tampak kesal. Anindya yang sedari tadi berada di dapur, seketika datang menghampiri Zein. Ia membawakan nampan berisi potongan buah segar dan air putih untuk pria baya itu.

Wanita itu seketika merasa canggung begitu melihat Adrian. Entah kenapa ia merasa jika pria itu sangat membencinya. Ia lalu meletakkan piring berisi buah itu ke hadapan kakeknya. Lalu segera pergi dari sana. Tapi langkahnya terhenti begitu Zein memanggilnya.

"Kau mau kemana? Duduklah disini bersama kakek." perintahnya.

Anindya melirik kearah Adrian sejenak. Sepertinya Zein menyadari jika wanita itu masih takut dengan Adrian. Apalagi pria itu tidak pernah menunjukkan wajah ramah kepada siapapun.

"Tidak perlu cemas. Pria itu sudah jinak. Dia tidak akan menggigitmu. " ledeknya sembari menatap Adrian yang tengah sibuk dengan ponsel ditangannya.

Adrian seketika melirik kakeknya karena sadar jika dirinyalah yang sedang dibicarakan. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Karena ia sudah hafal betul dengan sifat pria baya itu.

Ia lalu beranjak dari tempat duduknya ingin pergi ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti begitu Zein memanggilnya.

"Kau mau kemana? "

"Aku ingin ke kamar kakek. Kepalaku pusing. Aku ingin tidur sebentar." jelasnya lalu melanjutkan langkahnya.

Anindya semakin merasa canggung. Sejak kehadirannya di rumah ini, pria itu seakan-akan selalu berusaha untuk menghindarinya.

Sebegitu bencinya kah dia denganku? batin Anindya.

_____________

"Anindya! Apa kau bisa membantuku? Tolong antarkan kopi ini ke ruangan kerja tuan muda." pintanya Sofia pada Anindya sembari memberikan nampan itu padanya.

"A... aku yang mengantarkannya?" tanyanya ragu sambil menerima isi nampan berisi secangkir kopi itu.

"Iya! Kau bisa membantuku, kan? Aku harus melakukan pekerjaan yang lain. Para pelayan lain juga sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang.

Anindya tampak ragu, ia tahu pasti jika pria itu sangat membencinya. Jadi bisa dipastikan apa yang akan terjadi nanti padanya saat pria itu melihat dirinya masuk keruangan kerja untuk membawakannya kopi.

" Ehm... sebaiknya jangan aku, bu! Aku takut dia akan mengusirku! " tolaknya ragu hendak mengembalikan nampan itu pada Sofia.

"Sudah! Jangan takut. Ketuk saja pintunya, dan katakan bahwa aku menyuruhmu untuk mengantarkan kopi ini. Oke! Aku harus pergi sekarang." ucapnya lalu segera berlalu dari hadapannya.

Anindya bahkan tak sempat membantahnya. Ia tampak berdecak kesal.

Tapi akhirnya ia mengantarkannya juga. Ia menapaki anak tangga dengan ragu-ragu menuju ke lantai atas. Rasanya seperti sedang menghampiri kandang singa untuk memberikannya makan. Terlalu mengerikan.

____________

Terpopuler

Comments

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

🌺🌺🌺🌺🌺

2021-08-28

0

Wiwik Indiana

Wiwik Indiana

up

2020-05-27

2

Nor Nani

Nor Nani

Teruskan ya novelisnya.. Alurnya super sangt... Bila nak jtuh cinya.. Haha❤️

2020-05-25

2

lihat semua
Episodes
1 Adrian
2 Anindya
3 Kakek Zein
4 Menceritakan
5 Selalu saja membuatku pusing
6 Hatiku merasa tidak tenang
7 kehilangan untuk kedua kalinya.
8 Sepucuk surat dari nenek
9 Mengambil keputusan
10 Bertemu untuk pertama kalinya
11 Kesepian
12 Pernah merasakan
13 Maksud lain
14 Mawar putih
15 Teringat kembali
16 Bertemu teman lama
17 Tersesat
18 Kembali pulang
19 Bertemu
20 Tidak seharusnya bertemu
21 Tidak mengizinkan
22 Semakin menambah masalah
23 Hari pertama kerja
24 Siapa wanita itu?
25 Natasha
26 Hujan
27 Harga diri
28 Keinginan terakhir?
29 Memikirkan
30 Apakah harus menerima?
31 Keputusan
32 Gaun pernikahan
33 Hanyalah sebuah kesepakatan
34 Melarikan diri sejenak
35 Hampir saja
36 Merasa panas
37 Tidak keberatan
38 Mabuk lagi?
39 Berperan sebagai istri yang baik
40 Memberikan haknya
41 Berdebar tak karuan
42 Figura
43 Sehari bersama Anne
44 Hampir jatuh
45 Kembali ke kampung halaman
46 Mengunjungi ibu dan nenek
47 Akhirnya bertemu juga.
48 Hampir saja.
49 Kehujanan
50 Melampiaskan kemarahan dengan cara berbeda
51 Terlalu berperasaan
52 Mendiamkan
53 Menjahili
54 Belum melupakan
55 Aku menyayangimu kakek
56 Mempertanggung jawabkan
57 Sehari bersama Adrian.
58 sesuatu yang memalukan
59 Tidak akan melepaskanmu
60 Malam pertama yang menyakitkan
61 Memulai hubungan yang baru
62 Akhirnya setuju?
63 Arkan
64 Kesepian
65 Memprovokasi
66 Sakit karena rindu?
67 Merindukannya
68 Tak menghiraukannya
69 Sakit kepala
70 Ke pantai
71 Bertemu lagi
72 Si pengganggu
73 Mengutarakan isi hati
74 Mengganti kenangan
75 Mulai menyukainya
76 Memaksa
77 Merasa tidak tenang
78 Dokter muda idaman
79 Aku hanya ingin memelukmu
80 Sudah berakhir
81 Menebus dengan kesetiaan dan cinta
82 Gadis penurut
83 Jangan menolakku!
84 Kedatangan seseorang
85 Serangan jantung
86 Jangan menahannya
87 Apa kau tertarik padaku?
88 Dasar keras kepala
89 Terima kasih
90 Cium aku
91 Sangat menggemaskan
92 Kau memang seorang pengganggu
93 Siapa Bimo?
94 Kemarahan Adrian
95 membutuhkan orang lain
96 Menangis lagi
97 Membayar segala rasa sakit.
98 Kejutan
99 Mencintai ku?
100 Dijodohkan.
101 Kekasih ku?
102 Hanya tertarik padamu.
103 Tidak perduli
104 Pengakuan cinta
105 Jadi milikku saja.
106 Aku yang akan menikahinya.
107 Merasa sangat bersalah
108 Mengunjungi panti asuhan
109 Masih meragukan
110 Merasa tidak tenang
111 Perkataan Anne
112 Kau sangat berharga.
113 Mimpi buruk
114 Cemburu
115 Maafkan aku!
116 Merasa cemas
117 Aku menyukaimu.
118 Berinisiatif lebih dulu.
119 Honeymoon
120 Honeymoon part 2
121 Honeymoon part 3
122 Honeymoon part 4
123 Honeymoon part 5 / End
124 Kabar baik.
125 Kehamilan Anindya.
126 Maaf sudah menyusahkanmu.
127 Aku akan menunggumu.
128 Terima kasih
129 Pergi berkencan?
130 Kencan ganda.
131 Tidak nyaman.
132 Merasa cemas.
133 Permintaan paman.
134 Menahan diri.
135 Curahan hati.
136 Ungkapan perasaan
137 Merindukannya.
138 Terjatuh?
139 Mengompol?
140 Hari persalinan Anindya.
141 Pria kecil yang tampan.
142 Aku cinta padamu.
143 Perpisahan.
144 Tidak sadarkan diri.
145 Kepulangan kakek.
146 Kehilangan.
147 Berakhir manis.
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Adrian
2
Anindya
3
Kakek Zein
4
Menceritakan
5
Selalu saja membuatku pusing
6
Hatiku merasa tidak tenang
7
kehilangan untuk kedua kalinya.
8
Sepucuk surat dari nenek
9
Mengambil keputusan
10
Bertemu untuk pertama kalinya
11
Kesepian
12
Pernah merasakan
13
Maksud lain
14
Mawar putih
15
Teringat kembali
16
Bertemu teman lama
17
Tersesat
18
Kembali pulang
19
Bertemu
20
Tidak seharusnya bertemu
21
Tidak mengizinkan
22
Semakin menambah masalah
23
Hari pertama kerja
24
Siapa wanita itu?
25
Natasha
26
Hujan
27
Harga diri
28
Keinginan terakhir?
29
Memikirkan
30
Apakah harus menerima?
31
Keputusan
32
Gaun pernikahan
33
Hanyalah sebuah kesepakatan
34
Melarikan diri sejenak
35
Hampir saja
36
Merasa panas
37
Tidak keberatan
38
Mabuk lagi?
39
Berperan sebagai istri yang baik
40
Memberikan haknya
41
Berdebar tak karuan
42
Figura
43
Sehari bersama Anne
44
Hampir jatuh
45
Kembali ke kampung halaman
46
Mengunjungi ibu dan nenek
47
Akhirnya bertemu juga.
48
Hampir saja.
49
Kehujanan
50
Melampiaskan kemarahan dengan cara berbeda
51
Terlalu berperasaan
52
Mendiamkan
53
Menjahili
54
Belum melupakan
55
Aku menyayangimu kakek
56
Mempertanggung jawabkan
57
Sehari bersama Adrian.
58
sesuatu yang memalukan
59
Tidak akan melepaskanmu
60
Malam pertama yang menyakitkan
61
Memulai hubungan yang baru
62
Akhirnya setuju?
63
Arkan
64
Kesepian
65
Memprovokasi
66
Sakit karena rindu?
67
Merindukannya
68
Tak menghiraukannya
69
Sakit kepala
70
Ke pantai
71
Bertemu lagi
72
Si pengganggu
73
Mengutarakan isi hati
74
Mengganti kenangan
75
Mulai menyukainya
76
Memaksa
77
Merasa tidak tenang
78
Dokter muda idaman
79
Aku hanya ingin memelukmu
80
Sudah berakhir
81
Menebus dengan kesetiaan dan cinta
82
Gadis penurut
83
Jangan menolakku!
84
Kedatangan seseorang
85
Serangan jantung
86
Jangan menahannya
87
Apa kau tertarik padaku?
88
Dasar keras kepala
89
Terima kasih
90
Cium aku
91
Sangat menggemaskan
92
Kau memang seorang pengganggu
93
Siapa Bimo?
94
Kemarahan Adrian
95
membutuhkan orang lain
96
Menangis lagi
97
Membayar segala rasa sakit.
98
Kejutan
99
Mencintai ku?
100
Dijodohkan.
101
Kekasih ku?
102
Hanya tertarik padamu.
103
Tidak perduli
104
Pengakuan cinta
105
Jadi milikku saja.
106
Aku yang akan menikahinya.
107
Merasa sangat bersalah
108
Mengunjungi panti asuhan
109
Masih meragukan
110
Merasa tidak tenang
111
Perkataan Anne
112
Kau sangat berharga.
113
Mimpi buruk
114
Cemburu
115
Maafkan aku!
116
Merasa cemas
117
Aku menyukaimu.
118
Berinisiatif lebih dulu.
119
Honeymoon
120
Honeymoon part 2
121
Honeymoon part 3
122
Honeymoon part 4
123
Honeymoon part 5 / End
124
Kabar baik.
125
Kehamilan Anindya.
126
Maaf sudah menyusahkanmu.
127
Aku akan menunggumu.
128
Terima kasih
129
Pergi berkencan?
130
Kencan ganda.
131
Tidak nyaman.
132
Merasa cemas.
133
Permintaan paman.
134
Menahan diri.
135
Curahan hati.
136
Ungkapan perasaan
137
Merindukannya.
138
Terjatuh?
139
Mengompol?
140
Hari persalinan Anindya.
141
Pria kecil yang tampan.
142
Aku cinta padamu.
143
Perpisahan.
144
Tidak sadarkan diri.
145
Kepulangan kakek.
146
Kehilangan.
147
Berakhir manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!