Malam semakin larut. Nampaknya Adrian masih merasa betah mengobrol bersama teman-temannya. Situasi seperti ini memang jarang terjadi karena perbedaan tempat tinggal mereka. Sehingga Adrian dan Samuel dengan setia menemani mereka jika ada waktu. Apalagi mereka hanya dua minggu disini. Tentu saja waktu tidak boleh dibuang percuma.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Sepertinya Adrian harus kembali karena ada meeting pagi bersama para stafnya.
"Sepertinya aku harus pulang. Pagi ini aku ada meeting. Ayo! Aku akan mengantar kalian berdua kembali ke hotel." ucap Adrian sembari mengajak kedua orang sahabatnya itu.
"Iya! Sepertinya aku juga harus pulang. Pagi nanti ada operasi yang harus aku jalani." timpal Samuel sembari menatap jam tangannya.
"Ah! Kenapa cepat sekali. Kami masih ingin bersenang-senang disini." keluh Jonathan yang sudah terlihat mabuk.
Bahkan Lim juga hampir sama mabuknya seperti Jonathan. Sedari tadi Adrian dan Samuel hanya mendengarkan semua omong kosong yang keluar dari mulut kedua pria itu. Hingga mereka, termasuk para wanita yang ada bersama mereka menjadi bosan mendengarkan mereka.
"Ini sudah hampir pagi. Kalian mau sampai kapan berada di sini. Kami juga punya pekerjaan tidak menganggur seperti kalian." sahut Samuel.
"Hei! Jangan sombong begitu ya. Kau pikir hanya kau saja yang punya pekerjaan. Kami juga punya. Hanya saja saat ini kami sedang menganggur." ucap Lim sambil tertawa.
Entah apa yang membuat pria itu tertawa. Adrian hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah sahabatnya yang sudah tidak sadar akibat minuman beralkohol yang mereka konsumsi.
"Terserahlah! Sam kau urus mereka dulu. Aku mau ke toilet sebentar." ucap Adrian lalu keluar dari ruangan itu.
Adrian berjalan kearah toilet yang letaknya tak jauh dari ruangan itu. Saat menemukannya, ia segera masuk kedalam toilet pria dan menyelesaikan urusannya. Tak lama kemudian ia kembali ke ruangannya.
Namun saat dipertengahan jalan, ia berpapasan dengan seorang wanita. Penampilannya menarik, rambut panjang yang dibiarkan terurai hingga semakin menambah kesan elegan pada dirinya. Tetapi sepertinya Adrian tak terlalu memperhatikan wanita itu. Ia terus saja berjalan kearah ruangannya.
Tapi sepertinya tidak sama halnya dengan wanita itu. Wanita itu tampak menghentikan langkahnya. Seperti mengenal Adrian. Ia membalikkan tubuhnya dan memanggil pria itu.
"Adrian!" serunya.
Adrian seketika menghentikan langkahnya begitu namanya tiba-tiba disebut dari arah belakang. Dan ia merasa sangat familiar dengan suara wanita yang memanggilnya. Ia langsung membalikkan tubuhnya menatap kearah wanita itu. Ia tampak terpaku sejenak setelah melihat wajahnya. Wajah yang tidak asing baginya. Wajah yang pernah memberinya luka. Luka yang teramat dalam hingga masih membekas hingga saat ini. Wajah yang selalu membayangi kehidupannya selama beberapa tahun belakangan ini.
"Natasha!" serunya.
_______________ My dearest wife
Suasana pagi ini terlihat seperti biasa. Penuh dengan kesibukan yang tiada habisnya. Untuk ukuran rumah sebesar dan seluas ini rasanya walaupun ada belasan pekerjaan yang membersihkan rumah ini juga tidak akan pernah selesai.
Anindya tentunya tidak mau ketinggalan. Ia terlihat sibuk membersihkan lantai dua bersama dua orang pekerja lainnya. Ia sedang mengepel lantai yang bahkan luasnya tiga kali lipat dari lantai rumahnya. Tapi ia malah terlihat senang melakukannya. Iya, sedari kecil ia memang terbiasa melakukan pekerjaan rumah seorang diri. Jadi wajar saja jika ia seperti tidak punya beban saat melakukan pekerjaan itu.
Ia berhenti di depan kamar Adrian. Teringat jika pria itu baru saja kembali ke rumah pukul tiga pagi tadi. Bertanya-tanya apakah pria itu sudah bangun tidur atau belum. Ah! Kenapa juga aku harus tahu. Itu kan bukan urusanku.
Wanita itu melanjutkan pekerjaannya. Ia mengepel lantai yang ada disekitar kamar itu sambil sesekali bersenandung dengan ceria. Ia bahkan tak sadar jika Adrian baru saja keluar dari kamarnya.
Namun pria itu tak memperdulikan Anindya yang berada disana. Ia langsung turun kebawah untuk sarapan. Ia terlihat jalan terburu-buru, mungkin setengah berlari. Ia bahkan tidak sadar jika Anindya sedari tadi menatapnya.
Jika diperhatikan lagi dia memang tampan. Tapi sayang, tempramennya tidak mendukung ketampanannya. gumamnya.
Ck! kenapa aku jadi memperhatikan dia lagi. Anindya terlihat menepuk pelan kepalanya.
Ia melanjutkan pekerjaannya kembali. Setelah semua lantai bersih, ia lalu turun kebawah untuk menyimpan peralatan pel lantainya digudang bawah tentunya setelah dibersihkan.
Zein memanggilnya saat ia melintasi ruang tengah. Pria itu terlihat sedang membaca surat kabar. Ia hanya sendirian saja disana.
"Iya kakek!" sahutnya.
"Berpakaianlah yang rapi! Kakek ingin mengajakmu ke suatu tempat hari ini." ucapnya.
"Memangnya kita akan pergi kemana, kek?" tanyanya penasaran.
"Nanti kau juga akan tahu. Pergilah!" perintahnya.
"Baik, kek!" sahutnya.
Ia dengan cepat naik keatas menuju kamarnya. Ia memakai pakaian yang paling bagus miliknya. Pakaian yang pernah diberikan Zein padanya. Hanya itu pakaian bagus yang ia miliki.
Tak berapa lama kemudian, ia turun setelah bersiap-siap. Ia mengikat rambut panjangnya agar terlihat rapi. Ia bahkan tidak memakai riasan wajah sedikitpun, hanya menggunakan bedak tabur saja agar wajahnya tidak kelihatan kusam. Zein tersenyum melihatnya. Anindya memang benar-benar seorang gadis polos yang belum mengerti apapun.
"Kau sudah siap?" tanyanya.
"Iya kakek!"
Ia lalu mengajaknya pergi. Sofia juga ikut bersama mereka. Anindya sama sekali tidak punya bayangan tentang kemana tujuannya.
_____________ My dearest wife
Adrian baru saja tiba dikantor. Romi sudah menunggunya di depan kantor. Mereka ada meeting dengan klien dari Jepang pagi ini. Dan pria itu terlambat satu jam dari waktu yang telah dijanjikan. Ini pertama kali baginya. Adrian tipe pria yang selalu disiplin. Karena setiap detik sangat berharga untuk pembisnis sepertinya.
Ini semua karena wanita itu. Membuatku kesal saja. Tidak seharusnya aku bertemu dengannya. Batinnya kesal.
Mereka berdua dengannya tergesa-gesa berjalan menuju lift yang membawa mereka naik ke lantai lima. Disanalah ruang rapat berada. Di dalam rapat beberapa staf dan tiga orang perwakilan dari Jepang sudah berada disana. Menunggunya. Adrian meminta maaf terlebih dahulu pada mereka atas keterlambatannya. Untungnya mereka mengerti keadaannya dan mempercepat jalannya rapat, tanpa menundanya lagi.
Rapat berlangsung selama satu jam lebih. Pihak Jepang ingin menginvestasikan sejumlah uang untuk pembangunan hotel dan resort yang akan mereka bangun di Bali sekitar pertengahan tahun depan. Sehingga ini merupakan rapat yang sangat penting bagi Adrian.
Untungnya rapat itu berlangsung dengan lancar tanpa kendala apapun. Setelah menandatangani kontrak perjanjian kerjasama, mereka pamit. Adrian menyuruh Romi untuk mengantarkan mereka keluar. Sementara ia terlihat duduk di kursinya dengan kasar.
Hampir saja. batinnya.
Ia lalu mengecek ponselnya yang tiba-tiba berdering. Ada satu pesan yang masuk ke ponselnya. Dari seseorang yang sama sekali tidak diharapkannya.
Ia meletakkan ponsel itu diatas meja tanpa berniat untuk melihat isi dari pesan itu sedikitpun . Dia begitu malas membacanya setelah melihat nama si pengirim yang tertera dilayar ponselnya.
Natasha
______________ My dearest wife
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sisri Gusmira
kok lama up nya KK......keburu lupa ceritanya..
2020-06-28
2