Anindya menatap kearah meja itu dengan mata sembabnya yang masih basah dengan air matanya. Ia seperti kehilangan separuh nyawanya. Kini ia benar-benar sendirian dan tidak memiliki siapapun lagi disisinya untuk menguatkannya. Kenapa semua harus terjadi padanya? Apa kesalahannya hingga harus ditinggalkan oleh orang yang dicintainya satu persatu. Pertama ibunya, lalu sekarang neneknya juga pergi meninggalkan dirinya.
Tangan kurusnya dengan ragu menyentuh kertas itu. Ia meraihnya perlahan begitu berhasil memegangnya. Dengan hati-hati ia membuka lipatan kertas itu sedikit demi sedikit hingga ia berhasil melihat tulisan tangan khas neneknya yang tertata rapi. Ia mulai membacanya dalam hati.
Anindya, cucuku tersayang.
Mungkin saat kau membaca surat ini, nenek sudah tidak ada lagi disampingmu.
Sudah tidak bisa lagi untuk menemanimu disaat kau merasa kesepian.
Sudah tidak bisa lagi menenangkanmu disaat kau sedang bimbang dan merasa putus asa.
Bahkan sudah tidak bisa lagi merasakan masakan sederhanamu yang kau buatkan khusus untuk nenek.
Anin, maafkan nenek jika tiba-tiba harus pergi dari sisimu.
Maafkan nenek jika tidak bisa lagi menjaga mu dan menemanimu.
Nenek sangat berharap, jika setelah kepergian nenek, kau tidak akan meratapinya berlarut-larut.
Kau harus jadi wanita dewasa yang kuat. Kau harus bisa mandiri dan berjuang untuk hidupmu sendiri. Jangan berpikir untuk menyerah sebelum kau melakukannya. Kau pernah mengatakan pada nenek jika kau ingin menikah dengan pria sederhana yang mencintaimu setulus hatinya suatu hari nanti. Maka wujudkan lah! Berjuanglah untuk meraih kebahagiaanmu sendiri Anin. Kau berhak untuk mendapatkannya.
Anin, ada satu hal yang ingin nenek sampaikan padamu. Sebelumnya maafkan nenek jika memutuskan ini tanpa meminta persetujuan darimu terlebih dahulu. Tapi hanya ini yang tidak oleh nenek saat itu.
Saat nenek tiada nanti, ikutlah bersama kakek Zein. Dia yang akan menggantikan nenek untuk menjagamu. Dia orang yang baik. Kau bisa belajar banyak hal darinya. Hanya dia satu-satunya kerabat yang nenek percaya dan juga nenek miliki. Kau harus mampu bertahan demi nenek juga ibumu. Waktumu masih sangat panjang. Jadilah wanita yang kuat.
Nenek sangat menyayangimu. Ingatlah! Mungkin nenek sudah tidak ada lagi disampingmu. Tapi nenek juga ibumu akan selalu ada didalam hatimu. Kami akan menjagamu dari sana.
Maafkan nenek. Nenek sangat menyayangimu. Anindya cucuku tersayang.
Ada satu hal lagi. Nenek menyimpan sebuah kotak kecil didalam lemari dibawah tumpukan pakaian nenek. Isinya sebuah kalung yang ditinggalkan ibumu untukmu sebelum ia meninggal. Bawalah kalung itu bersamamu saat kau pergi nanti. Kuatlah Anin! Hiduplah dengan bahagia. Jangan pernah menangis dan tetaplah menjadi Anin yang selalu ceria dan menyenangkan hati siapapun yang melihatmu.
Selamat tinggal sayang. Nenek sangat menyayangimu ..........
Anindya tak bisa membendung air matanya lagi. Seketika isak tangis menggema memenuhi sudut kamar yang kecil itu. Ia terduduk dilantai sambil memeluk rapat kertas itu didadanya. Ia menarik lututnya agar ia bisa membenamkan kepalanya disana. Ia menangis sejadi-jadinya tanpa perduli lagi untuk berusaha menahannya. Hanya itu saja yang mampu dilakukannya saat ini.
Terdengar hentakan dua pasang sepatu seirama dengan ketukan tongkat mendekat kearahnya. Tapi rasanya ia terlalu sulit untuk mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar melihat siapa yang sedang menghampirinya. Ia begitu larut dalam kesedihannya.
Ia merasakan seseorang memeluknya dengan hangat. Terasa sangat menenangkan baginya seperti pelukan seorang ibu pada putrinya. Bukannya mereda, tangisnya malah semakin kencang diiringi dengan suara isakan yang sangat menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
"Menangislah jika itu bisa membantu menenangkanmu sayang!" ucap seorang lainnya dengan lembut sambil mengelus kepalanya.
Tanpa sadar pria baya itu ikut larut dalam kesedihannya. Hingga tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Begitupun dengan wanita paruh baya yang tengah memeluknya. Mereka bertiga larut dalam keheningan dan kesedihannya malam itu.
______________
Dua hari berlalu setelah kepergian nenek Kirana. Kakek Zein dan Sofia masih setia menemani Anindya dirumah mungil itu. Anindya masih larut dalam kesedihannya. Tubuh kurusnya tampak semakin kurus karena tidak bernafsu untuk menyantap makanan yang sudah disediakan untuknya. Matanya terlihat sembab dan ada lingkaran hitam disana. Mungkin ia hanya tidur beberapa jam saja selama tiga hari ini.
Zein memutuskan untuk bicara padanya mengenai keinginan terakhir neneknya yang mungkin sudah diketahui oleh gadis itu. Saat ini pria baya itu duduk ditepi ranjang tempat Anindya menyandarkan tubuhnya.
"Ikutlah bersama kakek! Kau mau kan?" tanyanya.
Namun tidak ada jawaban darinya. Ia hanya diam sambil menundukkan kepalanya.
"Tuhan menciptakan semua hal dalam satu paket. Ada bahagia, ada sedih. Ada pertemuan, ada perpisahan. Begitu pula dengan kepemilikan, pasti bakal diimbangi dengan kehilangan. Tapi justru di situlah seninya hidup. Tanpa perpisahan, mungkin kau akan sulit menikmati setiap pertemuan. Tanpa kehilangan, boleh jadi kau juga susah menghargai apa yang menjadi milikmu saat ini."
"Kakek juga pernah merasa kehilangan sepertimu. Kehilangan istri, kehilangan anak dan mantu secara tiba-tiba. Tapi apa dengan menangisi mereka, mereka akan kembali. Tidak. Mereka tidak akan pernah kembali. Yang ada mungkin saja mereka akan ikut menangis melihat kesedihan kita." ucapnya lagi. Ia lalu memegang kedua tangan wanita itu. "Anindya! Kau masih muda. Waktumu masih sangat panjang. Apa kau hanya ingin meratapi nasibmu disini sementara membiarkan nenek dan ibumu sedih diatas sana. Nenekmu pasti mengharapkan hal yang sama padamu bukan? Ia ingin kau menemukan kebahagianmu sendiri. Kau tidak sendirian. Ada kakek dan juga ibu Sofia yang akan menemanimu. Kita akan melewati semuanya bersama-sama. Kau mau kan?"
Anindya hanya merespon dengan menatapnya. Ia sendiri masih bingung untuk mengambil jalan hidup selanjutnya yang akan ditempuhnya. Ia takut jika harus melangkah seorang diri. Tapi bukankah itu yang diharapkan neneknya? Apakah Ia masih harus mewujudkan mimpinya? Dan mencari kebahagiaannya sendiri sekalipun itu sangat sulit untuk dilakukan? Apakah ia masih punya harapan? Atau masihkah ada tersisa sedikit kebahagiaan untuknya?
____________
Sore ini rencananya Zein dan Sofia akan kembali ke kota. Sementara Anindya masih belum mengambil keputusan untuk ikut bersama mereka. Saat ini mereka masih berada di rumah kecil itu bersama Sari dan juga keluarganya.
"Bagaimana tuan? Apa kita akan meninggalkannya disini?" tanya Sofia pada majikannya itu.
Pria baya itu tampak menghela nafas. "Kita juga tidak bisa memaksanya. Dia sudah dewasa dan punya keputusannya sendiri." jawabnya lirih.
Ia merasa tidak bisa memenuhi keinginan terakhir dari sahabatnya itu. Segala keputusan berada ditangan Anindya. Mereka sudah cukup berusaha untuk meyakinkannya semampu mereka. Gadis itu masih berdiam diri dikamarnya.
Dengan langkah gontai, ia berjalan kearah lemari pakaiannya yang sudah rapuh karena dimakan usia. Ia membukanya perlahan, mencari-cari sesuatu ditumpukkan pakaian milik neneknya. Ia menemukan sebuah kotak kecil disana. Ia mengambilnya lalu membawanya. Ia duduk di tepi ranjang dan membuka kotak itu perlahan. Ada sebuah liontin berlapis emas putih dengan bandul inisial huruf A disana.
Didasar kotak juga terdapat secarik kertas kecil yang berisi tulisan didalamnya. Ia mengambil dan membacanya.
Teruntuk gadis kecil ibu yang manis. Anindya. Jangan pernah takut untuk melangkah dan meraih mimpimu sendiri. Kau sangat sempurna dimata ibu. Seperti namamu yang bermakna sempurna. Maka besar harapan ibu agar kau memiliki kebahagiaan yang sempurna untuk dirimu sendiri. Ibu mencintaimu sayang. Tetaplah bahagia demi ibu dan dirimu sendiri.
Tak terasa untuk kesekian kalinya, ia menangis kembali. Tapi ia berjanji bahwa ini kali terakhir ia menangisi hidupnya yang menyedihkan. Ia masih belum menyerah untuk menemukan kebahagiaan.
____________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Ani Adel
sedih
2021-06-13
0
Jonathan Gea
sedih banget
2020-12-27
1
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
sedih
2020-10-23
7