Ditinggalkan oleh ayah kandungnya sejak masih bayi, dan hanya dibesarkan oleh sang ibu membuat ia menjadi sosok yang mandiri.
Namun di usia yang ke 19 tahun ibunya telah meninggal dan memaksa dirinya hidup sebatangkara, nasip Areta sungguh buruk ia di jual oleh wanita yang baru dikenalnya kepada mafia bengis tanpa ampun.
Ia mencoba kabur namun dengan mudah ia tertangkap kembali, hingga mafia itu mengikat jiwanya dengan menikah dengan Areta agar gadis itu tidak melarikan diri.
Benci, marah dan dendam itulah perasaan Areta Marla kepada Kian Egan.
Apakah akan ada benih-benih cinta diantara mereka?
Inget jangan menilai buku dari judul apalagi cover. Setting luar negeri tapi kota menurut fantasi dari Author jadi kalau ada ****** ****** harap maklum. Novel ini dibuat dengan sangat hati-hati agat tidak meninggalkan kesan fulgar. Buat mami-mami yang tidak berkenan dengan s*ks bebas, diharap
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi wu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Melarikan Diri
Mr.Mafia bab 10
Areta tengah bersiap di kamarnya, tempat yang dipersiapkan Kian sebagai tempat peraduannya ketika lelah. Alih-alih berterimakasih, Areta malah ingin memisahkan diri kepada orang yang menganggapnya sebagai hewan peliharaan itu.
Areta menghela napas panjang sejenak, ia duduk di atas meja riasnya. Ia menyisir rambutnya hingga serapi mungkin, mengikat rambutnya ke atas, dengan tujuan, saat ia berlari surai tidak menghalangi panca inderanya.
"Kau harus siap pergi dari mafia bengis gila s*ks itu, Areta!" Gadis itu terus menyemangati diri sendiri. Sebagai cara memenangkan perasaannya yang tegang.
Irene membuka pintu kamar gadis itu dengan perlahan, ia mendekati gadis itu dan berkata pelan, "Ini tiketmu, kau bisa pergi malam ini melewati lorong rahasia yang hanya aku dan Kian yang tahu."
Areta mengangguk pelan, ia tak membutuhkan waktu lama lagi untuk menunggu jam 12 malam.
Tepat tengah malam, Areta berjalan mengikuti Irene yang berjalan santai melewati lorong-lorong gelap di lantai satu. Mereka turun menuju ruang bawah tanah dengan cara sedikit mengendap.
Tiba-tiba saat Irene menekan sesuatu yang menempel di dinding, tembok itu terbuka lebar membentangkan jalan setapak dengan lampu-Lampu kecil di pinggir-pinggirnya.
"Kau bisa susuri jalan ini, jika kau mengikutinya, kau bisa sampai di jalan utama daerah sini, dan kau akan dengan mudah menemukan taksi untuk menuju ke stasiun. Dan ini uang untukmu!" Ungkap Irene menjelaskan kepada gadis itu.
Areta nampak menelan ludah sejenak, lalu ia menguatkan tekat membunuh rasa takutnya untuk kabur dari rumah ini.
"Kau yakin, aku akan baik-baik saja?"
"Ya ... aku jaminannya."
"Di sini tidak ada senjata rahasia yang siap membunuhku, kan?"
"Tidak ada, jalan ini dibuat oleh ayah Kian semasa Kian kecil."
Gadis itu berjalan pelan memasuki area jalan setapak itu, ia mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter untuk penerangan tambahan. Sementara Irene kembali menutup dinding itu dan membuat Areta menggigil ketakutan sesaat. Lalu ia berjalan lagi menguatkan tekatnya.
Setelah berjalan selama 30 menit, akhirnya Areta melihat cahaya remang-remang, seperti cahaya rembulan yang di paksa masuk ke dalam lorong itu, Areta pun bersemangat, ia berlari kecil karena begitu senang melihat secerca cahaya itu.
Pagar besi telah terpasang di ujung lorong, sayang Irene lupa memberikan kunci pagar itu, dan membuat Areta sedikit memicingkan mata karena kesal.
"Bagaimana ini? Apakah nona Irene sengaja tidak memberikan kunci ini? Atau ia memang lupa?" ucap Areta lirih.
Dengan susah payah Areta mendorong pintu pagar itu, namun pintu itu sama sekali tidak bergeser sedikit pun.
Areta memijit pelipisnya karena kesal dengan dirinya yang begitu lemah, lalu ia mencari-cari sesuatu untuk merusak gembok pagar itu, usahanya sia-sia karena ia tidak menemukan apapun di sana.
Akhir karena merasa kalap, gadis itu mencoba mendobrak pintu pagar tua tersebut dengan tubuhnya, beberapa kali ia membantingkan diri ke arah pagar itu namun tidak berhasil. Dan akhirnya Areta mengambil ancang-ancang dan menabrakkan tubuhnya dengan begitu kuat ke arah pagar itu. Hal itu membuat pagar tua itu rubuh dan Areta ikut jatuh dengan benda itu.
"Aw ....!" pekik gadis itu, merasakan kesakitan pada tubuhnya.
Kini Areta telah menghirup udara bebas, ia berhasil keluar dari belenggu di dalam rumah Kian yang seolah seperti neraka untuknya.
Tiba-tiba suara alarm terdengar memekakkan telinga Areta, dengan buru-buru gadis itu berdiri, dan memandangi sekitarnya. Bukannya jalan utama yang ia lihat, namun pagar besar rumah Kian yang ada di hadapan Areta. Gadis itu merasa di bohongi oleh Irene, ia menggeretakan giginya dan mengutuk Irene karena kesal.
Alarm itu adalah tanda jika ada tawanan yang kabur dari rumah ini, karena jika ada seseorang yang keluar dari Area rumah ini tidak melewati pintu utama otomatis alarm rumah ini akan berbunyi.
Areta terus berlari sekencang mungkin menghindari sorotan lampu dari menara pengawas rumah itu. Jantung Areta berdegub kencang serasa akan terlepas dari tempatnya.
***
Sementara di dalam rumah tampak riuh dengan suara alarm yang menekakkan tersebut, Silda mencari-cari keberadaan Areta, karena ia adalah penanggung jawab gadis itu. Namun ia sama sekali tak menemukan batang hidung Areta.
"Dasar gadis tidak tahu diri!" umpat Silda.
"Ada apa, Silda?" tanya seorang pengawal.
"Dia yang kabur! Aku harus memberi tahu boss Kian."
Sementara itu saat Kian tengah melakukan Operasi tawar menawar senjata ilegal, Kian mendapat kabar bahwa Areta tengah kabur dari kediamannya, seketika membuat Kian murka, dan membanting gelas berisi anggur merah dengan kualitas terbaik pembuatan tahun 1753 tersebut.
Hal itu membuat para pengawal dan kolegakanya begitu ketakutan karena hawa membunuh menguar dari aura Kian.
"Ada apa, Boss?" seorang pengawal kepercayaan bernama Mark bertanya kepada Kian.
Mark adalah tangan kanan Kian dan bekerja dengan Kian sejak 10 tahun yang laku.
"Kau tahu? Gadis k*parat itu telah lenyap dari rumahku!"
"Areta melarikan diri lagi?"
"Ya ... berani-beraninya ia melarikan diri, seharusnya kemarin aku lemparkan dia ke dalam akuariun hiu-hiu laparku!" umpat Kian.
"Mana berani kau melakukan itu, Kian? Kau jatuh cinta dengan wanita itu!" sanggah Shane dengan nada mencemooh.
"Omong kosong!" umpat Kian. " Mark ... siapkan pesawat untukku! Aku akan pulang sekarang juga, dan kau seleseikan urusan ini, Shane!" ucap Kian kepada Mark dan Shane.
Mark menganggukan kepala dan melaksanakan perintah bossnya itu dengan secepat mungkin.
***
Areta telah sampai ke jalan utama, mobil-mobil pengawal Kian telah berlalu lalang, namun tidak ada yang menyadari keberadaan Areta.
Gadis itu menghentikan sebuah taksi yang kebetulan telah melintas di sana. "Bawa saya menuju ke stasiun, Tuan!" kata Areta dengan napas yang terengah-engah.
Taksi itu membelah jalanan malam kota yang di selimuti dengan udara dingin yang menusuk tulang.
Selama perjalanan tentu saja tidak membuat Areta berubah menjadi tenang. Ia terus menggigit kuku tangannya jika ia merasa takut dan was-was.
Kini gadis itu telah sampai di stasiun pusat kota Apache, ia berlari menuju sebuah kereta ia mencocokan jam kereta dan tujuannya ke kota boegenfille, laku dengan berlari ia masuk ke dalam kereta tersebut.
Areta menghela napas panjang, ia sedikit lega karena akan meninggalkan kota itu, seolah ia melupakan siapa Kian sebenarnya, ia bisa menemukan Areta hanya dengan sekali berkedip.
Areta tidak menyadari bahwa ada bahaya besar yang akan menantinya ketika ia tertangkap. Ia mungkin saja akan berakhir disantap oleh hiu-hiu lapar peliharaan Kian.
•
•
•
Bersambung~
Like, Komen dan Vote, yah....
kalau boleh di ganti aja visual nya 🤔
sekali lagi maaf😊😙