NovelToon NovelToon
Gadis Desa Kesayangan Sang Suami

Gadis Desa Kesayangan Sang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lentera Sunyi

Suatu kondisi yang mengharuskan Zidan menikahi Khansa, teman masa kecilnya yang tinggal di desa, atas permintaan terakhir neneknya yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Disisi lain, Zidan memiliki kekasih setelah bertahun-tahun tinggal di kota.

Pernikahan itu terjadi karena satu syarat yang diberikan Khansa, mau tidak mau Zidan menerima syaratnya agar pernikahan mereka bisa berlangsung.

Bagaimana kehidupan pernikahan Zidan dan Khansa?

Lalu bagaimana hubungan Zidan dengan kekasihnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lentera Sunyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harus Pergi?

Tujuh hari telah berlalu, dan masa doa bersama sudah selesai dilaksanakan. Dan selama itu juga Khansa mengikuti acaranya dan turut membantu ibunya dan ibu mertuanya.

“Sayang, suami dan mertua mu sudah menunggu di luar, mereka ingin bicara denganmu. Ayo, temui mereka. Jangan seperti ini,” bujuk farah pada putrinya.

“Ma, aku tahu apa yang ingin mereka bicarakan. Tapi aku belum siap jika harus ikut mereka ke kota. Khansa belum siap ma, Khansa nggak mau ninggalin rumah ini. Apalagi harus ninggalin mama sama ayah,” ucapnya dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

Farah memeluk putrinya, diusapnya rambut Khansa dengan lembut. “Dengarkan mama, kamu sudah menikah sekarang. Sudah menjadi kewajiban kamu harus ikut suami. Dan rumah suamimu ada di kota. Kamu pasti lebih memahami ini, kamu anak yang pintar. Hal seperti ini tidak hanya diajarkan di rumah, melainkan di sekolah juga. Mungkin tidak hari ini mereka akan pulang, setidaknya temui mereka terlebih dahulu.”

Khansa memegang kuat ujung bajunya, situasi saat ini membuat Khansa benar-benar bingung harus melakukan apa. Ia sangat tahu jika seorang wanita yang sudah menikah harus ikut dengan suaminya. Namun, Khansa tidak bisa membohongi dirinya jika ia sama sekali belum siap.

Dan selama ini juga, Khansa dan Zidan tidak pernah tidur dalam satu kamar. Karena Zidan harus berjaga di rumahnya. Sedangkan Khansa berada di rumahnya.

“Baiklah, Khansa akan temui mereka.” Fatah tersenyum mendengar keputusan Khansa.

Farah menggandengan tangan Khansa untuk pergi ke ruang keluarga. Yang dimana Tama, Zidan dan Aish sedang menunggu Khansa.

Khansa duduk di dekat Zidan atas arahan Farah. Mau bagaimanapun Khansa tidak bisa menolaknya, karena Zidan sudah menjadi suaminya.

“Sayang, maaf karena sudah memintamu untuk datang ke sini. Ada hal penting yang ingin mama bicarakan dengan semua orang terutama kamu.”

Sebelumnya Khansa yang duduk menunduk, kini mendongakkan kepalanya menatap Aish, selaku mama mertuanya.

“Katakan saja, kami pasti akan mengerti,” ucap Tama yang mempersilahkan Aish untuk melanjutkan perkataannya.

Aish mengangguk, menatap Khansa yang terlihat sangat murung. “Khansa, sebelumnya mama minta maaf harus mengatakan ini. Mama dan Zidan harus segera pulang ke kota. Bisnis mama di kota sedang dalam masalah. Dan papanya Zidan masih belum pulang bertugas di kota lain. Jadi, mau nggak mau besok mama sama Zidan harus pulang. Apa kamu berkenan untuk ikut pulang? Jika kamu masih ragu, tidak apa. Mama bisa pulang sendiri, biarkan Zidan menemanimu sampai kamu mau pergi ke kota.”

“Ma!” Aish memberikan tatapan tajam pada putranya.

Khansa memejamkan matanya, yang ia takutkan kini menjadi kenyataan. Hati dimana ia akan pergi bersama dengan Zidan sudah ada di hadapannya. Dan besok adalah waktunya.

Ada alasan tertentu kenapa Khansa ragu untuk ikut. Jika ia ikut, itu artinya tenggang waktu yang Khansa berikan pada Zidan akan dimulai. Dan Khansa akan menunggu selama satu bulan untuk mengetahui apa keputusan Zidan.

Keputusan tetap harus diambil sekarang, mau bagaimanapun Khansa akan tetap pergi ke kota untuk ikut suaminya.

Jika Zidan sudah pergi dan ia masih tetap tinggal di desa, ia tahu nantinya akan menjadi pembicaraan di desanya karena ia masih berada di desa, sedangkan suaminya sudah kembali ke kota.

“Khansa akan ikut. Memang sudah seharusnya Khansa harus ikut ke kota.” Zidan menatap Khansa dengan tatapan yang sulit diartikan.

Aish tersenyum lega mendengar keputusan Khansa. Begitu juga dengan Farah dan Tama, meskipun ada rasa ketidakrelaan untuk melepaskan anak semata wayangnya untuk pergi.

“Keputusan yang sangat bijak. Mama tidak menyangka jika kamu memang begitu pengertian.” Khansa hanya tersenyum tipis.

“Maaf, apa Khansa bisa bicara dengan Zidan? Ada hal yang perlu Khansa bicarakan dengannya,” ucap Khansa dengan tangan yang terlihat gemetar.

“Sayang, tidak perlu meminta izin. Zidan suami kamu, dan itu sudah menjadi hak kalian jika memang harus bicara berdua,” balas Aish

Khansa mengangguk, ia tahu tapi ia juga harus tetap meminta izin. Apalagi mereka semua sedang berkumpul.

“Pergilah, kalian bisa bicara berdua,” suruh Aish pada Khansa dan Zidan.

Zidan mengangguk lalu beranjak berjalan ke luar rumah. Lebih tepatnya di bawah pohon yang ada di depan rumah Khansa.

Khansa berjalan mengikuti Zidan dengan perasaan yang gugup dan juga takut. Langkahnya terhenti saat melihat Zidan sudah menunggu dirinya.

Kini, Khansa sudah berdiri di hadapan Zidan. Ia memantapkan dirinya untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan.

“Jadi? Apa yang ingin lo bicara sama gue? Sebelumnya thanks lo udah ambil keputusan buat ikut ke kota, karena jika tidak mama gue pasti akan sedih.”

Khansa mengangguk, mengangkat kepalanya menatap Zidan yang sejak tadi melihat ke arahnya.

“Tidak perlu berterima kasih untuk hal ini, karena memang ini sudah jadi kewajiban aku. Tapi ada satu hal yang ingin aku kasih tahu ke kamu. Saat kita sampai nanti, itu artinya waktu satu bulan yang sesuai kesepakatan kita akan dimulai. Hubungan kita berlanjut atau enggaknya tergantung penyelesaianmu dalam satu bulan nanti.”

Zidan menatap lekat mata Khansa, sorot mata yang menunjukan ketegasannya. Matanya menyiratkan sebuah harapan yang Zidan sendiri tidak begitu paham harapan apa yang diinginkan.

“Apa gue boleh tahu apa yang sebenarnya lo inginkan? Karena gue tau lo sangat tidak menginginkan pernikahan ini.”

“Gue mau lanjutin pendidikan aku semampu yang aku bisa. Aku masih mampu untuk melanjutkannya, akan tetapi situasi saat ini sulit buat gue karena sudah terlibat hubungan yang sakral,” jelas Khansa.

“Kalau memang seperti itu, lo bisa tetap lanjutin pendidikan lo. Gue nggak masalah jika lo mau kuliah.”

“Gue tahu, tapi bukan berarti aku harus membiarkan suamiku sendiri masih berhubungan dengan orang lain? Aku tidak peduli dengan perasaanku, tapi aku peduli dengan reputasi keluarga dan tentunya perasaan mama Aish mengenai hal ini. Yang aku lakukan bukan sesuatu yang mudah, karna aku harus memisahkan kalian dengan kehadiranku di tengah-tengah kalian.” Khansa menatap Zidan yang memberikan tatapan aneh padanya.

“Jadi, aku akan menunggu satu bulan kedepan. Kalau kamu tidak bisa mengatasinya. Maaf, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Biarlah semua orang membicarakan aku, tapi itu jauh lebih baik daripada harus hidup di bayang-bayang dari masa lalu, yang mungkin berpotensi menghancurkan segalanya.” Khansa menjaga ucapannya.

“Lebih baik diputuskan sejak awal karena lukanya tidak akan dalam. Jika terlalu lama, maka akan semakin dalam lukanya. Sama halnya ketika kita tertusuk pisau, jika ditangani dengan cepat rasa sakitnya masih bisa diatasi. Beda lagi jika tidak segera ditangani, karena itu justru akan membahayakan karena bisa menimbulkan infeksi,” imbuhnya.

1
partini
semoga Zidan tau siapa laki" yg dulu di hati istri nya di tunggu part itu ya Thor lanjut👍👍
Mericy Setyaningrum
Khansa, mampir ikutan baca Kak
♡お前のペンデハ♡
Semangat terus thor, aku yakin ceritamu akan menjadi luar biasa!
Uchiha Itachi
wow, thor! Gak sabar nunggu karya selanjutnya!
minsook123
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!