Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMUA MENYAKITKAN BAGI MURSYIDAH 2
Rukmini berjalan mendekati rumah anaknya dengan mata sedikit memicing saat menyadari ada orang lain di rumah anaknya. Rukmini memperhatikan dengan seksama gadis cantik yang sedang mengobrol dengan Astuti, menantunya. Sementara Mursyidah agak cemas melihat Rukmini yang berjalan mendekat.
"Celia dimana Ti? ibu nggak dengar suaranya dari tadi."
Rukmini melongakkan kepalanya ke dinding pembatas teras yang setinggi pinggang orang dewasa saat Astuti menunjuk anaknya yang sedang asyik bermain sendiri.
"Siapa Ti?" Rukmini mengangkat sedikit dagunya ke arah Mursyidah yang sedang menunduk pura-pura menulis. Dalam hati Mursyidah terus berdoa agar Rukmini tidak mengenalinya.
"Ini mbak Ussy mahasiswa yang sedang melakukan tugas kuliahnya,"jawab Astuti.
Jawaban Astuti itu semakin membuat Mursyidah ketakutan jika penyamarannya akan terbongkar.
Mursyidah mengangkat wajahnya sedikit dan tersenyum pada Rukmini tapi dia tidak berani mengeluarkan suara, khawatir jika Rukmini akan mengenalinya dari suaranya
"Oh kok?" ucap Rukmini sedikit meragu. Dia sekilas mengamati Mursyidah. Rasa-rasanya wajah wanita muda itu begitu familiar meski dia tidak begitu yakin. Rukmini mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat dan meyakinkan dirinya sendiri. Wanita muda yang ada di hadapannya ini begitu mirip dengan Mursyidah istri pertama anaknya. Namun dia berusaha meyakinkan hatinya jika itu bukanlah Mursyidah. Bukankah Mursyidah saat ini sedang bekerja di luar negeri. Mengapa gadis ini begitu mirip dengan Mursyidah? Hanya yang ini terlihat lebih cantik dan kulitnya juga lebih bersih. Aini adik Mursyidah saja tidak mirip dengannya, tapi mengapa gadis ini? Apakah Mursyidah punya kembaran? Rukmini terus memandangi Mursyidah dengan penuh curiga dan rasa penasaran yang semakin besar.
"Ibu kok lihatnya begitu sama mbak Ussy? Gimana kalau mas Gun yang bertemu mbak Ussy, dia pasti kayak ibu gitu. melihat mbak ussy sampai nggak ngedip gitu. Dia memang cantik bu. Ibu mau punya menantu seperti dia ya? Aku cemburu loh bu!" tekan Astusti sambil menekuk wajahnya tidak suka melihat mertuanya yang menatap Mursyidah seperti terpukau. Bagi Astuti tidak boleh ada yang lebih cantik di mata suami dan mertuanya. Hanya dia yang boleh dikagumi oleh kedua orang itu.
"Oh nggak... kayaknya mbak ini mirip seseorang tapi ibu nggak yakin. Ah udahlah! Gimana Gunadi sudah dapat kiriman?"
Mursyidah menarik napas lega saat Rukmini tidak lagi
Memperhatikannya. Kali ini Mursyidah kembali menajamkan telinganya. Ini mengenai uang darinya yang selalu dia kirim tiga bulan sekali. Ini sudah lebih dari seminggu dan dia memang belum memberikannya. Harusnya dia sudah memberikan langsung uang itu pada suaminya yang bernama Gunadi tersebut. itu kalau dia tidak mengetahui jika suaminya itu menikah lagi.
"Kayaknya belum bu," jawab Astuti. Wanita itu sekilas melirik Mursyidah yang sedang menunduk tampak menulis sesuatu.
"Kok belum juga?? Memang dia nggak menelepon si Mursyidah? suruh dia cepat mengirimkan uangnya, ibu sudah nggak punya uang. Banyak yang mau ibu beli, terus kredit ibu juga sudah jatuh tempo." Rukmini tampak kesal dan uring-uringan
"Sama aku juga begitu bu. Bedak, lipstik sama skinker aku juga sudah habis bu, ini muka udah kusam kayaknya. Tempo hari teman aku juga menawarkan tas bagus banget dan aku udah pesen satu, tapi sampai sekarang uang belum juga ada. Mas Gun nggak bisa menghubunginya karena nomornya nggak aktif," jawab Astuti menjelaskan. Mursyidah tersenyum miring. 'Mulai sekarang kamu tidak akan dapat membeli skincare lagi' Mursyidah berujar dalam hatinya
"Nanti kalau Gunadi sudah bisa menelepon perempuan itu beritahu ibu, biar ibu yang ngomong sama dia. Sekali-kali perempuan itu harus ibu beritau biar dia tau dia itu siapa," tukas Rukmini sembari berjalan
Menghampiri anak Astuti yang sedang bermain di lantai.
Mursyidah mengepalkan tangannya saat mendengar Rukmini mengatakan itu. Hatinya panas seketika. Dalam hati dia berjanji sampai kapan pun dia tidak akan pernah lagi memberikan uangnya pada mertuanya yang bernama Rukmini tersebut.
"Ti, Celia ibu bawa ya... ibu mau ke warung sebentar."
Rukmini mengendong cucunya tersebut. Sambil berlalu dari tempat itu dia kembali mengingatkan pada Astuti perihal kiriman yang belum juga mereka terima.
"Jangan lupa Ti, suruh Gunadi kembali menelepon perempuan itu!"
Astuti cepat menganggukkan kepalanya sedangkan Mursyidah semakin mengeratkan kepalan tangannya. Kedua wanita yang menjadi istri Gunadi itu memperhatikan Rukmini-mertua mereka berjalan menjauh.
Setelah hati Mursyidah mulai merasa tenang, dia pun kembali melanjutkan wawancaranya.
"Kita lanjutkan kembali ya bu..." mursyidah berusaha mengalihkan perasaan kesalnya dan kembali menanyai Astuti.
"Maaf bu, yang tadi itu siapa ya?" tanya Mursyidah seolah-olah tidak tahu.
"Mertua saya," jawab astuti singkat.
"Sepertinya ibu menantu pilihan ya? Mertuanya sayang banget sama ibu, apa ibu dijodohkan?" tanya Mursyidah penasaran. Astuti menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok, kami pacaran sewaktu SMA. Setelah berpisah beberapa tahu kami ketemu lagi, dua minggu kemudian kami menikah," ujar Astuti menerangkan.
"Secepat itu? Baru dua minggu ketemu sudah langsung ingin menikah?" tanya Mursyidah tidak percaya. Mursyidah terkejut bukan karena kagum pada Astuti melainkan karena tidak percaya jika suaminya begitu mudahnya berpaling dan melupakannya. Astuti tersenyum pongah pada Mursyidah yang seolah tampak kagum padanya.
"Nggak percaya ya mbak?" katanya bertanya dengan senyum yang selalu terkembang di bibirnya. "Mbak nggak percaya kan? Dia malah mengajak saya menikah hari itu juga."
Wajah jumawa Astuti kembali mengiris hati Mursyidah. Lukanya semakin berdarah membuatnya merasa seperti dihancurkan berkali-kali. Melihat wajah jumawa Astuti itu, rasa sakit dan dendamnya semakin menggunung, seolah api yang tak pernah padam. Mursyidah merasa dirinya seperti korban yang terus dipermainkan, tidak berdaya menghadapi kenyataan pahit bahwa suami yang dia cintai telah berpaling ke tangan orang lain. Luka di hati Mursyidah semakin terbuka lebar, rasanya dia sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan pertanyaan pada Astuti. Namun, dia tidak ingin terlihat lemah di depan Astuti, dia tidak boleh kalah. Mursyidah kembali bertanya meskipun pertanyaannya itu sudah tidak menyambung. Untungnya Astuti tidak curiga karena dirinya yang terlalu bangga disanjung oleh Gunadi dan Rukmini.
"Ibu beruntung punya suami dan mertua yang menyayangi ibu, temennya kakak saya malah dikhianati oleh suaminya dan mertuanya. Suaminya itu menikah lagi saat dia bekerja di luar negeri dan parahnya lagi mertuanya merestui. Nggak tau nanti bagaimana reaksi istrinya itu jika pulang nanti."
Astuti melotot saat mendengar cerita dari Mursyidah. Suaranya tercekat ditenggorokan saat hendak bercerita kembali. Beberapa kali dia meneguk ludahnya sendiri. Mengapa cerita mahasiswa yang di depannya itu begitu mirip dengannya. Apakah dia kenal dengan istri pertama suaminya yang bekerja di luar negeri?
"Te-teman kakaknya mbak? siapa namanya?" tanyanya gugup dan ketakutan jika wanita yang di depannya ini betulan kenal dengan Mursyidah dan memberitahukan semuanya.
"Nggak tau juga siapa namanya, saya lupa karena tempatnya jauh sih dari sini."
Astuti menarik napas lega saat mendengar jawaban Mursyidah. Bukankah yang bekerja di luar negeri banyak, bukan hanya Mursyidah dan mungkin juga banyak laki-laki seperti suaminya yang menikah lagi saat ditinggal istrinya bekerja di luar.
Setelah bertanya banyak hal dan hampir semuanya jawabannya hanya menambah luka dihatinya, Mursyidah memutuskan untuk mengakhiri sesi tanya jawabnya.
Semuanya menyakitkan bagi Mursyidah. Sebelum berpamitan Mursyidah memberikan bingkisan sebagai ucapan terima kasih karena astuti telah bersedia membantunya. Tidak lupa Mursyidah juga memoto Astuti dengan rumahnya. saat turun dari teras rumah, Mursyidah berpapasan dengan seorang lelaki yang sedang menuntun motor dan mendekat ke rumah. Dada Mursyidah berdebar kencang saat lelaki itu menatap intens padanya.
Kamu???
aku suka cerita halu yg realitis.