Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sad Town.
Sad Town: The Gate of the City of Accidents
Teriakan keheranan Keyz memecah keheningan senja, sebuah luapan kegembiraan yang tulus dan sedikit norak, ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di kota.
“Waaahhh… Gilaaa! Kotanya besaaaarrr!!!”
“Sad Town,” kata Virgo sambil tersenyum tipis. “Atau biasa disebut kota kemalangan.” Ia menepuk bahu Keyz ringan. “Kita berpisah di sini, Keyz.”
“Jaga dirimu baik-baik, nak,” ujar Baf dengan nada hangat, layaknya seorang ayah yang melepas anaknya pergi jauh.
“Semoga kita tidak jumpa lagi,” sahut Riss datar.
“Heh? Apa maksudmu, Riss?” protes Keyz. Tapi wajah Riss langsung menunjukkan senyum kecil yang tulus, dan mereka semua tertawa bersama, sebuah tawa yang mengikat perpisahan mereka.
“Aku sebenarnya ingin sekali bergabung dan berpetualang dengan kalian,” kata Keyz pelan, “tapi… ada sesuatu yang harus segera aku lakukan.”
“Tidak apa-apa, nak.” Baf menepuk pundaknya dengan kuat. “Kalau suatu saat kita bertemu lagi, dan saat itu kamu sedang kesusahan—mintalah tolong pada kami. Tidak perlu sungkan. Kamu bagian dari kami.”
“Tapi, nanti aku malah merepotkan kalian terus,” ujar Keyz ragu.
“Tidak sama sekali, Keyz,” sahut Riss lembut, tatapannya kini dipenuhi keyakinan. “Kamu baru belajar sedikit saja sudah sekuat itu. Aku yakin, dalam waktu singkat kamu akan menjadi petualang hebat.”
“Ini, untukmu.” Virgo menyerahkan sebuah tameng kayu yang tampak sederhana, namun terasa sangat kokoh di tangan Keyz. “Bukan barang mewah, tapi cukup kuat untuk latihan.”
Keyz memandang tameng itu lama. Seketika, bayangan Beasthlord melintas di pikirannya. Seandainya sahabatnya itu masih bersamanya… perjalanan ini pasti akan jauh lebih mudah. Dia kuat. Dia bisa menahan serangan sekuat apa pun.
“Keyz? Kamu menangis karena bahagia aku kasih tameng itu?” goda Virgo. “Hahaha! Kamu melow juga ternyata.”
Candaan Virgo disambut tawa keras Baf dan Riss. Keyz pun akhirnya ikut tertawa, mencoba menutupi matanya yang sedikit berair.
Beberapa menit kemudian, mereka benar-benar berpisah.
Kini, hanya Keyz seorang diri di sana—di gerbang Sad Town—ditemani oleh angin senja dan… kesendirian sekali lagi.
Scarecrow and Syalala
Kota ini terlihat sangat megah, dengan arsitektur klasik yang memesona. Seluruh bangunannya terbuat dari susunan batu bata merah yang kokoh dan rapi, sementara jalanan utama terhampar mulus dengan paving stone yang tertata artistik.
Baru beberapa meter Keyz melangkah, sesuatu yang sangat ganjil langsung menarik perhatiannya. Di tengah alun-alun kota yang begitu teratur, berdiri sebuah orang-orangan sawah di tempat yang sungguh tidak semestinya. Insting petualang—atau mungkin hanya rasa penasaran—mendorongnya untuk menghampiri.
Di leher patung jerami itu, tergantung sebuah papan kayu bertuliskan:
“Selamat datang di Sad Town. Semua yang anda butuhkan ada di toko kami. Silakan ke arah kiri dari posisi anda saat ini.”
“Hahaha. Ada-ada saja cara beriklan ini,” gumam Keyz. Karena tidak ada tujuan yang pasti, ia memutuskan mengikuti petunjuk konyol yang tertera di leher orang-orangan sawah itu.
Di sebelah kiri, tampak jelas sebuah turunan tangga batu. Seorang penjaga berdiri dengan santainya di dekat pegangan tangga. Begitu ia menangkap sosok Keyz, ia hanya tersenyum ramah dan melambaikan tangannya.
“Saya baru pertama kali ke kota ini,” kata Keyz, menghampirinya. “Apa tidak ada pemeriksaan atau prosedur apa-apa?”
“Kota ini sangat aman, Tuan. Dan selama ini tidak pernah ada catatan kejahatan dari pendatang,” jawab penjaga itu dengan tenang. “Lagi pula, kamu sama sekali tidak terlihat mencurigakan.”
“Benarkah? Wah, sangat percaya diri sekali kotamu ini. Omong-omong, benar 'kan ini jalan menuju toserba yang memasang iklan di orang-orangan sawah itu?”
“Benar sekali. Siapa namamu, Pak? Mas?”
“Panggil saja Keyz.”
“Baik, Keyz. Ya, benar. Lihat saja di ujung bawah tangga ini. Sudah terlihat, kan? Penjaga tokonya sangat baik. Dia bisa membeli apa pun yang kamu tawarkan kepadanya. Atau kamu mau membeli apa saja, kemungkinan besar ada juga. Baiklah Keyz, hati-hati. Kalau ada apa-apa, bilang saja kepadaku. Sama-sama, Keyz.”
Setelah obrolan singkat itu, Keyz langsung menuruni anak tangga. Toserba yang dimaksud hanya berjarak beberapa meter dari anak tangga terakhir.
Di balik etalase, terlihat ada sosok manusia kerdil bertelinga panjang dan berhidung bulat sedang asyik melayani pembeli. Penampilannya sungguh unik, seolah diambil langsung dari buku dongeng kuno.
Setelah beberapa saat, para pelanggan pergi, dan ini adalah waktu yang tepat bagi Keyz untuk mendekat dan bertanya.
“Selamat datang, Tuan Keyz? Salam kenal juga, namaku Syalala. Ada yang bisa saya bantu? Sebelumnya, saya ingin promosi sedikit, Tuan. Ada perlu apa saja ada, semuanya! Tapi kalau tidak ada, ya tidak ada. Hehe. Jangan bingung begitu, Tuan. Beginilah saya,” katanya sambil sesekali melirik Keyz. “Jadi, tadi Anda ingin bertanya apa, Tuan?”
“Karena aku masih baru di sini, apakah benar di sini kau bisa membeli apa pun yang ditawarkan oleh pelanggan?”
“Benar, Tuan. Oh, ini biji pohon ek. Tidak terlalu mahal, Tuan. Tapi, kalau banyak, saya mau memborongnya. Seratus perak untuk satu kilo.”
“Dengan uang segitu, bisa buat beli apa, Syalala?” tanya Keyz penasaran.
“Hem. Aku kira, cuma bisa buat beli air mineral saja, Tuan. Oh, ini daging ayam dari Pico. Satu kilonya saya bisa kasih harga lima ratus perak.” Syalala berbalik. “Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan Keyz?”
“Apakah tidak ada tempat yang menarik di sekitar sini? Untuk mencari uang, tentunya. Aku sama sekali tidak punya uang.”
“Ahh. Tempat yang menarik... Ada, Tuan. Sebelum ke arah sini, ada reruntuhan kota. Kota itu hancur karena bencana besar. Bencana apa? Pertama, banjir di seluruh dunia, lalu perang antara dewa dan iblis. Kayaknya, di sekitar sana banyak sekali harta karun. Tapi, sampai sekarang belum ada yang membuktikannya. Lagi pula, di sana juga ada sebuah terowongan yang sedikit aneh. Benar, Tuan, sangat aneh. Katanya, di suatu lorongnya, Tuan bisa jatuh ke atapnya. Dan di lorong selanjutnya, akan kembali normal.”
“Hahaha. Emangnya bisa begitu ya?” kata Keyz, terheran-heran.
“Sepertinya itu bekas efek sihir milik iblis. Saya juga kurang tahu, Tuan.... Apa ada yang ditanyakan lagi, Tuan?”
“Tadi aku bertemu penjaga. Dan dia bilang tempat ini sangat aman. Sehingga tidak memerlukan pemeriksaan terhadap pendatang baru seperti aku. Benarkah tempat ini seaman itu?”
“Waduh. Itu pertanyaan yang sulit, Tuan Keyz. Sebenarnya dulu para naga adalah dewa pelindung di sini. Tapi, entah kenapa, akhir-akhir ini mereka menjadi sangat agresif dan suka menyerang manusia. Akibatnya, tatanan kehidupan di sini mengalami perubahan. Monster? Dulunya mereka kebanyakan hewan ternak biasa. Nah, setelah terjadi perang antara dewa dan iblis, mungkin sih, efek sihir mereka yang membuatnya menjadi monster.”
“Bencana banjir? Apakah itu terjadi tujuh belas tahun yang lalu?” Keyz teringat cerita Ayahnya tentang banjir yang memusnahkan dunia lama. Mungkinkah ini ada sangkut pautnya?
“Hahaha. Tuan Keyz ada-ada saja. Kalau terjadi tujuh belas tahun yang lalu, pembangunan kota atau negara tidak bisa secepat ini. Bencana itu terjadi sekitar seribu tahun yang lalu.”
“Hah!” Keyz tidak sengaja berteriak cukup kencang. “Seribu tahun yang lalu? Tunggu, tunggu, tunggu. Beberapa bulan yang lalu, Ayahku bercerita kalau banjir besar terjadi sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun yang lalu, setahun sebelum aku lahir.”
“Tahun segitu, tidak ada kejadian apa-apa, Tuan. Saya sendiri sudah hidup sekitar seratus tahun,” jawab Syalala.
“Hahaha. Kok gak nyambung, ya?”
“Benar, Tuan, saya tidak berbohong. Ah, sudah mulai banyak pelanggan lagi. Jadi, apakah ada pertanyaan lain?”
“Aku rasa, saat ini sudah tidak ada. Aku akan mencari tempat untuk istirahat. Seharian ini aku cukup mengalami kejadian di luar nalar.”
“Anda bilang tidak punya uang? Oh, kasihan... Ah, maaf maaf maaf. Hehehe. Kalau Anda berkenan, Tuan, saya punya permintaan... Saya ingin minta tolong sedikit. Oh, ada gajinya kok. Dan itu sangat lebih dari cukup untuk menginap di penginapan di seberang jalan sana.”
“Saya ingin Anda mengantarkan barang... Ah, bukan barang berharga kok. Jangan panik seperti itu. Ini, hematite, cuma logam biasa. Tolong antarkan ke pandai besi di sebelah jembatan di tengah kota. Tidak tahu tempatnya? Anda masih baru 'kan? Sekalian Anda berkeliling kota, dan melihat-lihat seisi kota. Terima kasih, Tuan Keyz. Ini upahnya. Dua ribu perak.”
Keyz menerima kotak yang cukup berat itu, beserta kantong berisi upah dari Syalala.
“Saya lihat pedang Anda sudah lumayan rusak. Ini, barang yang sudah lama tidak laku. Untuk Tuan saja. Oh, tenang, masih bagus kok.”
Syalala menyerahkan sebilah pedang yang lebih panjang daripada pedang yang diberikan oleh Virgo kepada Keyz.
Singkat cerita, misi pertamanya di dunia aneh ini telah dimulai. Misi mengumpulkan uang untuk bertahan hidup.
Meminta tolong untuk menyelamatkan para budak? Keyz menyadari itu masih jauh dari angan-angan.
Ayah, yang sabar ya. Anakmu ini sedang berjuang.
Hematite Delivery Mission and Notice Board
Dipisahkan oleh satu bangunan saja dari toserba milik Syalala, Keyz menemukan sebuah bar yang sekaligus berfungsi sebagai penginapan. Target untuk tempat istirahat telah ditemukan. Sekarang, ia harus melanjutkan mencari toko pandai besi yang dimaksud oleh Syalala. Misi mengantarkan barang dimulai.
Keyz berjalan menyusuri sisi bar, berbelok ke kiri, lalu menaiki tangga lain yang menghubungkannya kembali ke jalan raya utama kota. Di sana, keramaian mendominasi. Banyak sekali orang yang lalu lalang. Kebanyakan adalah manusia, namun sesekali ia melihat beberapa manusia kerdil dan elf.
Membicarakan soal elf. Keyz jadi teringat pada Flip. Di mana dia? Apakah dia baik-baik saja? Ia sangat merindukan gadis itu.
Keyz menyusuri trotoar. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat ada kerumunan orang. Ia langsung bergegas mendekat ke sana.
“Ada apa ini?” tanyanya kepada seseorang yang berdiri di pinggir, berharap ada yang mau menjawab pertanyaannya.
Sayangnya, tidak ada yang menjawab. Mereka semua terlalu fokus pada apa yang ada di depan mereka.
Keyz melihat sebuah papan pengumuman besar yang penuh dengan pamflet. Anehnya, meskipun ia belum pernah melihat jenis tulisan ini sebelumnya, ia bisa membacanya dengan lancar.
‘Dibutuhkan, seorang petualang yang bisa mengalahkan broar di hutan. Hadiah seribu perak. Hubungi....’
Belum sempat Keyz selesai membaca, ia terdorong ke belakang oleh desakan kerumunan orang. Kesimpulan yang ia dapatkan adalah: itu tadi adalah papan pengumuman lowongan pekerjaan.
Baiklah, untuk saat ini, fokusnya adalah menyelesaikan pekerjaan dari Syalala.
Saat Keyz menyeberang jalan, tak disangka, tepat di depannya ada sebuah bangunan dengan plang nama yang mencolok: ‘Kinh Blacksmith’. Whoaaa... ketemu!
Kinh the Blacksmith
“Permisi!” teriak Keyz saat sudah memasuki toko pandai besi itu. “Paket...”
Toko itu lebih tepat disebut toko senjata. Banyak sekali pedang, tombak, maupun panah yang dijejer rapi di dinding. Karena tidak ada tanda-tanda adanya orang yang keluar dari ruangan dalam, Keyz pun meneriakkan kata-kata yang sama lagi.
Hampir lima menit berlalu, barulah ada seseorang yang keluar. Dia berlumuran keringat dan membawa palu besar. “Ahh. Maaf, di dalam berisik sekali. Itu ada bel, harusnya kamu pakai itu, Tuan... Siapa? Oh, Keyz. Salam kenal, aku Kinh. Ada yang bisa aku bantu, Keyz?”
Keyz menjelaskan tujuannya dan menyerahkan kotak titipan Syalala.
“Padahal aku bisa mengambil sendiri kalau si pendek itu memberitahuku. Maaf jadi merepotkan,” kata Kinh sambil meletakkan kotak itu.
“Tidak apa-apa kok, Kinh. Aku juga masih baru di kota ini. Sekalian jalan-jalan dan melihat-lihat sekeliling,” jawab Keyz.
“Oh, kamu pendatang baru? Maaf-maaf, ini ada hadiah perkenalan kita.”
Kinh memberinya baju zirah yang terbuat dari bahan kulit tebal, terlihat sangat baru dan berkualitas. “Waduh, ini terlalu berlebihan. Aku sudah mendapatkan upah dari Syalala.”
“Sudah aku bilang, ini hadiah perkenalan kita, Keyz. Ambillah.”
“Tapi, aku sama sekali tidak punya apa-apa untuk hadiah pertemuan kita,” kata Keyz, merasa tidak enak.
“Ah, tidak masalah, Keyz.”
“Tidak bisa begitu, Kinh. Kamu terlalu berlebihan.”
“Baiklah, sebagai gantinya. Kalau kamu butuh senjata, baju zirah baru, atau apa pun, kamu bisa memakai jasaku. Bagaimana, Keyz?”
“Baiklah,” Keyz setuju.
“Bagus. Itu, ada ruang ganti. Cepat ganti bajumu di sana. Aku mau lihat produk baruku ini. Apakah cocok untukmu atau tidak. Kalau tidak, aku akan menggantinya dengan yang lain.”
Lima menit kemudian, Keyz sudah berada di depan Kinh lagi, mengenakan baju zirah kulit pemberiannya. Baju itu terasa pas dan nyaman di badan.
“Wah. Kamu tambah ganteng saja, Keyz. Apa? Oh, aku tidak berlebihan kok. Sini-sini, rambutmu lumayan panjang. Mending diikat begini.” Kinh meraih rambut Keyz dan mengikatnya asal-asalan. “Nah, lebih oke sekarang.”
“Kalian benar-benar baik kepada orang asing sepertiku, ya?” tanya Keyz, sedikit terharu.
“Ah, tidak begitu, Keyz. Syalala dan aku sering melakukan hal ini kepada pendatang baru. Kami memberi mereka pekerjaan yang sepele, dengan upah yang lumayan besar, untuk menguji apakah dia orang yang baik atau tidak.” Kinh menyunggingkan senyum misterius.
“Hampir semuanya pasti akan langsung pergi, tanpa menyelesaikan pekerjaan mereka. Ini sebenarnya bukan besi biasa. Ini bisa dijadikan beberapa senjata dan peralatan rumah tangga yang lainnya. Ah, maaf telah menguji mu juga, Keyz.”
“Tidak apa-apa kok, Kinh. Omong-omong, ini kok ada bagian yang aneh?” Keyz menunjuk ke bagian dada kiri baju zirah yang ia kenakan. “Ada lekukan aneh....”
“Ah, itu. Itu namanya slot. Kamu bisa mengisinya dengan Cristal. Apa itu Cristal? Heemm. Aku kurang paham dengan yang begituan. Lebih baik kamu tanyakan sendiri kepada ahlinya. Sekarang dia... Hem... mungkin di toko herbalnya. Itu, di sebelah toko ku ini.”
“Baiklah, kalau begitu aku permisi. Terima kasih bajunya, Kinh. Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa. Jangan lupa, kalau kamu lewat toko kelontong milik Syalala, katakan kalau kamu sudah mengantarkannya kepadaku langsung.”
Misi pertamanya telah selesai.
Keyz memutuskan untuk mengikuti arahan Kinh. Bertanya soal slot dan Cristal. Ia langsung menuju... Ah, sial. Toko herbalnya sedang tutup. Hari juga sudah mulai gelap, jadi wajar saja.
Target Keyz sekarang adalah... Bar. Membeli makanan dan beristirahat.