NovelToon NovelToon
Ketika Hati Memilih

Ketika Hati Memilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Konflik etika / Kontras Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: Buna_Ama

Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.

Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.

Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan pria pilihan papa nya. Kedua nya sama-sama menawarkan sejuta ketenangan dan penawar lara.

Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Mendengar itu, dengan gerakan cepat Erlan langsung merebut amplop itu dari tangan Mail. Kedua matanya menatap tajam logo di sudut kiri atas amplop tersebut. Seketika tubuhnya langsung menegang. Napasnya tertahan di tenggorokan.

“P-pengadilan Negeri…?” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan.

Jari-jemarinya bergetar saat membolak-balikkan amplop itu. Sejenak tatapan matanya kosong, tapi garis rahangnya mengeras, antara bingung dan tidak percaya.

Erlan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan diri. Tapi jantungnya tetap berdetak cepat, seolah tidak mau diajak kompromi.

Tanpa berpikir panjang lagi, Erlan langsung menyobek sisi amplop itu. Suara kertas yang robek terdengar begitu jelas di ruangan yang sunyi.

Matanya menelusuri dengan teliti setiap baris kalimat di atas kertas putih itu, dan semakin jauh ia membaca, semakin tegang pula rahangnya.

Hingga akhirnya, jari-jemarinya yang gemetaran seketika terhenti. Lembar kertas itu hampir terjatuh dari genggaman nya.

“Tidak mungkin…” bisiknya lirih, wajahnya mendadak pucat.

Tubuhnya seolah kehilangan tenaga, bersandar lemah di kursinya. Mail yang melihat itu dengan sigap langsung menolong Erlan.

"Dokter!" pekik Mail berjalan mendekat lalu menepuk pelan bahu Erlan.

“Ini… gak mungkin…”

Mail yang berdiri di sampingnya tampak kebingungan, menatap ekspresi pucat sang dokter yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Dokter, ada apa? Surat apa itu?” tanya Mail pelan, setengah takut.

Namun Erlan tak menjawab. Pandangannya terpaku kosong pada lembar kertas di tangannya. Tulisan-tulisan di sana seolah menari di depan matanya, tapi otaknya menolak untuk memprosesnya.

Beberapa detik kemudian, ia menurunkan kertas itu perlahan. Rahangnya mengeras, sementara bola matanya memerah. Napasnya kini terdengar lebih berat, satu-satunya suara yang memecah keheningan ruangan.

“Keluar dulu, Mail,” ucap Erlan akhirnya, suaranya terdengar parau tapi dingin.

“T-tapi Dok..”

“Aku bilang keluar!” suaranya meninggi seketika.

Mail terkejut, langsung menunduk dan melangkah mundur dengan tergesa meninggalkan ruangan. Pintu tertutup rapat, menyisakan kesunyian yang menekan.

Erlan menatap surat itu sekali lagi. Tangannya terangkat ke kepala menjambak rambut lebatnya seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

Dalam sekejap, kertas itu ia remas kuat-kuat hingga kusut.

Dadanya naik-turun dengan cepat. Ia terdiam lama, sebelum akhirnya membuang pandang menatap kearah layar ponsel nya.

“Selena…” suaranya pecah, lirih sekali, nyaris tak terdengar. "Kamu gak bisa perlakukan aku seperti ini...."

Tanpa pikir panjang, Erlan langsung berdiri dari kursinya. Kursi beroda yang ia duduki itu bergeser keras menabrak dinding di belakangnya. Surat yang tadi diremasnya kini terjatuh ke lantai, tergeletak tanpa sempat dipungut.

Erlan langsung menyambar jasnya dengan gerakan cepat, menanggalkan masker dan ID card, lalu bergegas keluar ruangan dengan langkah panjang.

Koridor rumah sakit sore itu ramai, tapi Erlan seolah tak melihat apa-apa. Pandangannya lurus ke depan, langkahnya terasa berat. Gemuruh di dadanya semakin ia rasakan.

“Dok, rapat dengan tim bedah dimulai sepuluh menit lagi!” panggil salah satu dokter dari ujung koridor.

Erlan tak menoleh. Ia terus berjalan, bahkan ketika suara-suara lain mulai ikut memanggilnya.

"Dokter Erlan! Pasien di ICU butuh tanda tangan anda!”

“Dok!”

Tapi tak ada satu pun kata-kata itu yang masuk ke telinganya. Yang ada hanya gema satu nama di kepalanya yaitu, Selena.

Erlan berlari kecil menuju parkiran, menyalakan mobilnya dengan gerakan cepat. Tangannya sempat bergetar saat memutar kunci kontak, tapi begitu mesin menyala, ia langsung melajukan mobil tanpa peduli arah pandangan orang-orang yang melihat.

Satu-satunya tujuan di pikirannya hanya satu pulang kerumah dan bertemu dengan istri nya meminta penjelasan pada perempuan itu.

.

.

Mobil yang Erlan kemudikan menembus jalan raya dengan kecepatan tinggi. Dari Sabda Husada ke rumahnya membutuhkan waktu hampir dua setengah jam, tapi baginya sekarang setiap detik terasa seperti siksaan.

Kedua tangannya mencengkeram setir kemudi erat-erat, rahangnya mengeras, dan pandangannya kosong menatap lurus ke depan. Hujan tipis yang turun sore itu membuat kaca depan mobil tertutup bintik-bintik air, namun ia tak peduli.

Pikiran Erlan berputar cepat dan terasa sangat berkecamuk kacau tak karuan.

Kata-kata dalam surat itu terus berputar-putar dikepalanya. "Permohonan cerai... dari pihak istri..."

“Tidak mungkin,” desisnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah suara mesin mobil yang meraung. “Selena gak mungkin ngelakuin ini...”

Erlan menekan pedal gas nya lebih dalam. Waktu terasa berjalan terlalu lambat, sementara dadanya seolah mau pecah oleh rasa cemas yang kian menyesakkan.

Begitu mobil berhenti di depan rumah mereka, napasnya sudah terengah. Lampu-lampu di teras menyala temaram. Semua terlihat sama... Tapi, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Terlalu sunyi untuk ukuran rumah yang biasanya terasa hangat.

Erlan turun dari mobil dengan langkah tergesa-gesa. Ia berlari mendekati pintu lalu mengetuk nya dengan keras, suaranya bergetar saat memanggil nama istrinya.

“Selena!” panggil Erlan. Tapi, tak ada jawaban.

“Selena!” panggilnya lagi, kali ini lebih keras, hampir seperti teriakan.

Beberapa detik kemudian pintu terbuka pelan. Sosok perempuan itu berdiri di sana, tubuhnya gemetar, wajahnya pucat dan matanya bengkak seolah baru saja menangis lama.

Erlan terdiam. Tatapan mereka bertemu untuk sepersekian detik. Erlan mengulas senyum tipis lalu melangkah pelan mendekati Selena.

"Selena... Sayang..."

Tapi, dengan cepat Selena langsung mengangkat tangannya menahan langkah kaki Erlan. "Stop! Jangan mendekat!" Ucap nya dengan suara yang bergetar namun terdengar tegas.

Erlan berhenti di tempatnya. Napasnya berat, matanya memohon. “Kamu masih marah, ya? Aku bisa jelaskan semua ini, Sel. Tolong jangan ambil keputusan sepihak seperti ini.”

Selena tertawa getir. “Jelaskan? Kamu mau jelasin apa lagi? Tentang Vera? Tentang anak yang dia kandung? Atau tentang malam-malam yang kamu habiskan di belakang aku, sementara aku sibuk nunggu kamu pulang?”

Erlan menggeleng cepat. “Aku salah, aku ngaku salah, Sel. Tapi aku gak pernah niat ninggalin kamu. Semua itu cuma... khilaf.”

“Khilaf?” potong Selena, nadanya meninggi sedikit. “Khilaf gak akan bikin perempuan lain hamil, Erlan.”

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. "Tiga tahun kita berumah tangga, semua sudah kita lewati bersama. Aku menghargai keputusan mu untuk menunda momongan. Tapi, apa? Kamu justru menanamkan benih kamu dirahim perempuan lain".

Kemudian, Selena menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan mencoba menetralkan amarah nya yang tiba-tiba meledak, ia menatap Erlan tanpa ekspresi.

"Kamu udah nerima surat itu, kan?” tanyanya dengan datar. "Silahkan tanda tangani surat itu dan sampai jumpa dipengadilan".

Setelah mengatakan itu, Selena langsung berbalik badan dan melangkahkan kakinya masuk. Tapi, baru saja ia berjalan satu langkah tanpa aba-aba Erlan langsung mendorong Selena masuk lalu menyudutkannya di pintu.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu, Selena!"

.

.

.

Jangan lupa dukungannya & subscribe ya biar gak ketinggalan up nya! terimakasih ❤️🎀

1
Buna_Ama 🌹
ini baru clue nya aja loh 😅😅
Rida Arinda
kayaknya Bayu org punya jg katanya keluarga sederhana lah tinggal d penthouse rahasia lg 🤔🤔🤔
Ika Susilowati
aduhhh masa seorang suami punya.pemikiran seperti itu setelah menikah 🤦‍♂️
Muslika
tuh Bun byak yg gak suka dg Cakra apalgi klo nyampe sele balik sama dia 😄
Buna_Ama 🌹: astaga kena serang pendukung Bayu 😫😫😫😫
total 1 replies
Muslika
klo ujung y sama Cakra aku stop baca..sesuai judul y ajaa etika hati memilih dan big no utk eks y Selena
Agunk Setyawan
aku sih pilih Abang bayu♥️
Agunk Setyawan
Selena ini tipe cewek aneh dicintai Bayu mlh masih mikirin Cakra yg g jelas masalah Lily itu urusan nanti cinta g bisa dipaksa biarpun Lily suka Bayu tp KLO Bayu g suka gak cinta mau bagaimana ,,cakra juga g jelas
anju hernawati
bayu pria limited edition ..........
Muslika
lebih baik di cintai oleh laki2 daripada harus n masih ke jebak dg perasaan masalalu apalgi masa lagi dg seorang pengecut n pecundang Cakra
Muslika
tim yg netral alias pilih Bayu Karna utk Cakra big no dari awal dia yg mau Selena dia juga yg pergi tanpa sebab menata masa depan tanpa masalalu baik itu mntan pacar ataupun mantan suami ,dg tanpa menoleh ke belakang hidup juga bisa terus berjalan realistis aja sebagai wanita
Agunk Setyawan: betul kak
total 1 replies
Dew666
🌻💥
Kusii Yaati
Kita lihat dalam tiga bulan itu apa keputusan Selena menerima atau memutuskan perjodohan dengan Bayu 😌
Nurminah
kalo dunia nyata pilih bayu karena laki-laki jenisan cakra manalah patut ditunggu nggak jelas apa maunya masih sibuk ama keluarga nya disini sengaja baju disuruh pergi biar cakra punya kesempatan ya kan secara di novel karena kalo novel sifatnya cakra bisa jadi baik secara cuma cerita yg bisa dibuat sesuai selera penulis kalo dunia nyata nungguin laki-laki ngilang nggak jelas sama saja bodoh
ngikut aja kemana arahnya karena si cakra belum terlalu mengejar dan memohon maaf atas masa lalu ngilang tanpa pamit belum terlalu berasa efforts cintanya banyak bepikir dan minum2 hadeh
penasaran aja ama ujungnya liat para pemerannya kalo alurnya jujur udah hadeh lama
Nurminah: haha iya masih baca aku banyak yg dibaca awal eh sudahnya nggak jelas langsung hapus dari favorit masih dalam batas wajar ceritanya walaupun lambat ada yg malah nggak jelas
total 2 replies
Naufal Affiq
kalau aku rasa bayu aja lah yanh kau pilih jadi pendamping hidup mu,dia pria yang dan bertanggung jawab.dan satu lag selena cinta itu gak bikin hidup lho
Naufal Affiq: bayu itu pria yang baik,lihat aja dengan dia bekerja,dia bertanggung jawab
total 2 replies
Naufal Affiq
jangan lama juga sel menunggunya kasihan bayu
Kusii Yaati
sampai kapan menunggunya sel 1 thn,2 thn.selama kamu belum bisa move on dari masa lalu kamu dan Cakra masih menampakkan diri di hadapanmu maka kamu tidak akan pernah bisa membuka hatimu untuk bayu.jangan kasih Bayu harapan sel kalau pada akhirnya kamu tak bisa membuka hatimu untuk Bayu 😔
Kusii Yaati
apakah setiap ada masalah harus ke luxury club kra 😩... apakah orang seperti itu yg akan Buna jodoh kan dengan Selena,miris sekali kalau iya😌... hilang Erlan bukannya dapat lebih baik malah sama.bedanya kalau Erlan selingkuh kalau Cakra suka mabok.nggak yes banget 😒
vnablu
terus Cakra gimana Buna atau Cakra nya untuk aku aja lumayan kan kebetulan ak lgi jomblo 🤣🤣😄
Buna_Ama 🌹: ah cari kesempatan dalam kesempitan inimah namanya 😪
total 1 replies
Dewi Anggya
ohhh ternyata calon mertua sm calon menantu 🤭..
Endang Afriyanti: trus Cakra gmna sel???
total 1 replies
Rida Arinda
siapa yg ngintip tuh🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!