Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Gak Usah Iri Sama Adik dan Kakak Kamu
"Sstt, kamu kok bicaranya begitu? Pernikahan itu bukan ajang buat mainan Del. Aku sangat serius dengan pernikahan ini, dan aku akan menerima kamu menjadi istriku. Walaupun pernikahan kita ini berawal dari sebuah keterpaksaan, tapi aku sudah menganggap kamu sebagai jodohku. Mungkin itu sudah takdir Tuhan mempersatukan kita dengan cara yang seperti itu," ujar Arsen seraya memegang kedua tangan Dela.
"Apakah kamu juga bisa menerimaku sebagai suamimu?" Tanya Arsen.
Sebenarnya Dela juga punya pemikiran yang sama dengan suaminya. Hanya saja Dela takut jika Arsen tidak bisa menerima pernikahan itu, sehingga Dela mempertanyakannya. Di luar dugaan, ternyata mereka berdua bisa sama-sama mau saling menerima satu sama lain. Dengan gerakan pelan, Dela menganggukkan kepalanya.
"Aku juga berpikir begitu Mas. Mungkin kamu jodoh yang dikirim Tuhan untukku. Aku sudah mengikhlaskan semuanya mungkin ini memang yang terbaik untuk kita. Terkadang Tuhan itu tidak memberikan apa yang kita mau. Tapi aku sangat yakin jika Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan," jawab Dela.
Tatapan keduanya semakin intens, Arsen semakin mendekatkan wajahnya ke arah Dela sampai Dela bisa merasakan sapuan napas suaminya yang beraroma mint. Ada rasa gugup dan tegang yang Dela rasakan, karena sebelumnya Dela belum pernah berada sedekat itu dengan seorang laki-laki.
Dulu sewaktu berpacaran dengan Riki, Dela belum pernah seintim itu. Keduanya hanya ngobrol biasa saja, kalau jalan paling hanya bergandengan tangan, tidak lebih. Tanpa diduga, Arsen mencium bibir Dela. Mendadak tubuh Dela terasa kaku bagaikan tersengat aliran listrik beribu-ribu volt. Itu yang pertama untuknya, sehingga Dela tak tahu harus berbuat apa. Dela juga tidak menolak sentuhan dari suaminya.
Sekarang status dirinya adalah seorang istri, dan seorang istri wajib melayani suaminya. Dela takut berdosa jika menolaknya. Karena tidak ada respon penolakan dari Dela, Arsen semakin memperdalam ciumannya. Lama kelamaan Dela juga ikut terhanyut akan sentuhan lembut dari suaminya. Secara naluriah, Dela membalas apa yang telah suaminya lakukan. Dela hanya pasrah saat suaminya meminta haknya.
Di antara keduanya sudah sama-sama sepakat untuk menerima satu sama lain, sehingga Dela bersedia memberikan hak suaminya. Tangan nakal Arsen tidak tinggal diam, salah satu tangannya meremas salah satu bagian tubuh Dela yang masih terbungkus oleh kain.
"Emmm," Dela hanya bisa mengerang tertahan, karena bibirnya telah dibungkam oleh bibir suaminya. Diperlakukan seperti itu oleh sang suami membuat bagian bawah tubuhnya terasa basah. Dela tak tahu rasa apa yang sedang ia rasakan saat itu. Yang jelas rasanya tidak bisa digambarkan atau dijelaskan dengan kata-kata.
Tanpa sadar, Arsen sudah berhasil menanggalkan bajunya satu per satu. Disaat Arsen ingin melepaskan kain penutup bagian atasnya, Dela langsung menahan gerakan tangannya. Jujur, Dela merasa sangat malu jika bagian tubuh pribadinya akan dilihat oleh orang lain, walaupun itu suaminya sendiri. Ini baru kali pertama Dela nyaris polos di depan seorang pria. Arsen berusaha menyingkirkan tangan Dela dengan pelan seraya memberikan isyarat lewat tatapan matanya, supaya Dela bisa pasrah dengan apa yang ingin dirinya lakukan.
Akhirnya Dela pasrah dan membiarkan suaminya bertindak semaunya atas dirinya. Pikir Dela, toh sekarang dirinya dan Arsen itu sudah sah sebagai sepasang suami istri. Setelah kain penutup bagian atas itu berhasil dibuka, terlihatlah pemandangan yang sangat indah. Menyembul buah dada yang ukurannya lumayan besar. Bentuknya yang bulat, terlihat begitu padat, kencang, dan juga kenyal. Dia menggantung dengan begitu indahnya, apalagi ditunjang dengan kulitnya yang putih nan mulus! Sehingga terlihat sangat menawan, dengan puting di ujung yang berwarna pink. Itu sungguh pemandangan sangat indah tiada tara.
Kedua buah dada itu langsung diremas karena Arsen merasa gemas dengan bentuknya yang sangat indah. Dela semakin membusungkan dadanya seraya merintih saat ujungnya dipelintir dengan gerakan yang lembut. Keduanya sama-sama hanyut dalam kubangan keindahan. Akhirnya malam itu mereka berdua telah menjalankan malam pertamanya yang telah tertunda. Arsen dan Dela sama-sama meneguk manisnya memadu kasih.
Awalnya Dela memang merasa kesakitan sewaktu sang suami mencoba untuk membobol benteng pertahanannya. Tapi lama kelamaan rasa sakit itu berubah menjadi rasa yang melambung tinggi. Keduanya sama-sama mencapai puncak nirwana dengan peluh yang saling bercucuran. Malam itu Arsen benar-benar dibuat ketagihan, sehingga Arsen mengulanginya lagi dan lagi.
Pagi harinya hampir saja Dela dibuat bangun kesiangan karena aktivitasnya yang semalam dengan suaminya. Mengingat yang semalam, tiba-tiba wajah Dela langsung bersemu merah. Tak menyangka saja Dela, jika sekarang dirinya sudah menjadi istri yang sesungguhnya. Dipandanglah wajah sang suami yang masih tertidur pulas. Entah kenapa wajah itu terlihat sangat manis. Ah baru sadar Dela jika suaminya itu ternyata tampan juga. Kulitnya bersih, wajahnya sangat manis dengan hidungnya yang mancung. Bibirnya yang agak sedikit tebal tapi terlihat seksi. Dela sampai merasa heran, karena suaminya bekerja sebagai kuli bangunan, tapi bisa-bisanya kulit tubuhnya begitu bersih. Menurut Dela, suaminya itu terlihat gagah dengan tubuhnya yang sangat kekar. Masih teringat dengan sangat jelas perut suaminya yang kotak-kotak dengan lengan berototnya semalam.
Dilihatnya jarum jam sudah menunjukkan hampir setengah enam pagi, sehingga Dela buru-buru ke kamar mandi untuk mandi wajib. Dela sengaja membiarkan suaminya masih tertidur, karena Dela pikir suaminya itu masih kecapekan dengan aktivitasnya yang semalam. Walaupun pangkal pahanya masih terasa agak nyeri, tapi itu tidak masalah baginya.
Setelah itu Dela langsung segera keluar dari kamar. Bisa-bisa ibunya mengomel panjang kali lebar kalau hari sudah siang tapi dirinya masih enak-enak di kamar. Dela segera mencuci baju yang sudah menumpuk di belakang. Cukup lama mencuci dan menjemur pakaian seluruh orang rumah. Untung saja mencucinya pakai mesin cuci. Kebetulan mesin cuci itu Kakaknya yang beli. Makanya Eka tak mau mencuci bajunya sendiri, mentang-mentang dia yang beli mesin cuci, sehingga Dela yang dituntut untuk mencuci baju. Tidak mungkin juga Tika, karena Tika anak yang paling dimanja sama ibunya.
Di kamar, Arsen baru terbangun dari tidurnya. Bangun-bangun, Arsen sudah tidak melihat istrinya lagi di sampingnya. Arsen sudah bisa menebak kemana istrinya itu pergi. Teringat kegiatannya yang semalam dengan sang istri, Arsen jadi senyum-senyum sendiri. Pagi itu hati Arsen terasa sangat berbunga-bunga. Baru kali itu Arsen merasa sangat bahagia. Bahagia yang begitu membuncah di dalam dada. Padahal Arsen dulu sering berpacaran, tapi rasanya sangat berbeda dengan yang satu ini.
Selesai mencuci baju, Dela berniat untuk membangunkan suaminya. Tapi begitu Dela masuk ke dalam kamar, suaminya itu sudah tidak ada.
"Loh ke mana Mas Arsen kok gak ada sih." Tempat tidurnya itu sudah terlihat sangat rapi. Dela sudah bisa menebak jika suaminya lah yang merapikannya. Dela akui jika suaminya itu tipe orang yang cekatan dan suka kebersihan. Padahal biasanya laki-laki itu kebanyakan apa-apa serba berantakan.
"Ibu lihat Mas Arsen tidak?" Tanya Dela yang menghampiri Ibunya di dapur.
"Kamu gak lihat jika Ibu sedari tadi sibuk memasak di dapur? Lagian suami kamu itu bukannya bantu-bantu kek, ini malah pergi gak jelas," omel Rena. "Kamu juga ngapain pula pakai nyari suami kamu. Seharusnya kamu itu cepetan bersih-bersih rumah, lihatlah rumah masih kotor," lanjutnya.
Biasalah, ibunya selalu menuntutnya untuk ini dan itu, sedangkan kedua anaknya mana pernah sih disuruh-suruh begitu? Sama-sama anak tapi perlakuan ibunya sangat berbeda jauh terhadapnya.
"Ibu kan bisa nyuruh Tika atau Mbak Eka. Lihatlah mereka juga gak ngapa-ngapain, jangan aku terus yang disuruh."
"Kamu itu kalau disuruh malah ngebantah, kamu itu gak usah iri sama adik dan Kakak kamu, mereka itu beda." Sedih banget hati Dela kala ibunya selalu pilih kasih dengannya.