Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CURIGA NADIN
“Kamu jangan sering-sering minum kopi hitam Mas,” Nadin membuka suara setelah beberapa menit saling diam.
“Kenapa sih Nad, lagian aku juga tidak kenapa-kenapa setelah minum kopi hitam.” Sangkal Reno yang tidak setuju.
“Terserah kamu saja Mas.” Nadin mengalah demi menghindari keributan.
Irma membawa nampan berisi dua cangkir yang satu berisi kopi hitam sedangkan satunya lagi berisi teh hijau milik Nadin. Dengan pelan Irma meletakkan masing-masing cangkir tepat di depan Reno dan Nadin. Semakin Nadin perhatikan tingkah Irma juga sedikit berbeda akhir-akhir ini, ia seperti sedikit mengurangi berbicara dengannya dan kadang saat Nadin tidak sengaja saling menatap mata dengannya ia seketika terlihat seperti orang yang tengah sedang gugup.
Pandangan Nadin tidak beralih dari gerak-geriknya Irma, Nadin juga sedikit heran dengan Irma hari ini yang berpakaian tidak seperti biasanya. Jika biasanya ia akan memakai baju-baju yang sedikit longgar tapi tidak dengan hari ini yang menggunakan baju yang sedikit kekecilan sehingga membuat lekuk tubuhnya tergambar jelas. Puas memandangi Irma kini pandangannya beralih untuk melihat reaksi suaminya yang saat ini ketahuan sebentar-sebentar seperti tengah mencuri-curi pandang ke arah Irma.
Sedikit terbesit perasaan cemburu saat melihat hal tersebut, akan tetapi Nadin mencoba menepis pikirannya mungkin saja kebetulan Reno yang sedang menatap ke arah Irma.
“Mau sarapan sekarang saja Mbak, biar saya siapkan.” Tanya Irma memecah lamunan Nadin.
“Oh iya, boleh.” Jawab Nadin yang memilih menghilangkan pemikiran buruknya.
Mereka berdua sarapan tanpa ada obrolan apapun, hanya denting sendok yang beradu dengan piring yang mengirinya sarapan pagi mereka. Reno lebih dulu menyudahi sarapannya ia lalu beranjak untuk siap-siap berangkat ke kantor sedangkan Nadin hanya bisa menghela nafas dengan kasar.
...****************...
Hari terus berlalu dan sifat Reno tidak membaik justru semakin dingin terhadap Nadin. Nadin yang selalu meminta penjelasan kepada suaminya tidak pernah mendapat jawaban akan semua yang bingungkan ini. Bahkan pernah suatu ketika dengan berani Nadin menebak Reno punya selingkuhan dan akhirnya pertengkaran tidak bisa lagi dielakkan. Batin Nadin terus di gerus dengan perasaan sakit hantinya menghadapi rumah tangganya yang dalam hitungan minggu berubah menjadi lubang penderitaannya seperti ini, ia tidak pernah menyangka jika sifat manis dan hanggatnya Reno bisa berubah menjadi sedingin saat ini.
Dari beberapa kemungkinan yang terbesit di benak Nadin ia justru merasa nama Irma terus mengganjal di fikirannya. Bukan tanpa alasan Nadin mencurigai ART-nya itu tapi dari gerak-gerik suaminya yang terkadang tertangkap sadang memperhatikan sang pembantu itu sehingga membuatnya yakin jika memang ada yang tidak beres dengan mereka berdua. Entah mereka memang saling suka atau hanya Reno saja yang merasakan ketertarikan ia pun tidak tahu.
Kian hari rumah tangga Nadin semakin dingin, Reno semakin menunjukkan ketidak sukaannya terhadap istrinya. Bahkan sekarang mereka berdua jarang bertegur sapa saat berada di rumah. Nadin terus memendam semuanya sendiri ia bahkan tidak menceritakan masalah rimah tangganya kepada ibunya karena ia masih berharap Reno bisa berubah seperti dulu lagi.
Nadin hanya bisa menangis saja ketika menghadapi perlakuan dingin dari Reno kepadanya, berulang kali Nadin mencoba menanyakan apa penyebab dirinya berubah akan tetapi Reno selalu mengelak seakan tidak pernah terjadi apa-apa pada rumah tangganya itu.
Semua sudah berubah 180 derajat dengan kehidupannya sebelum menempati rumah baru ini, atau lebih tepatnya sebelum kedatangan Irma yang menjadi ART di rumahnya. Terbesit pikiran untuk menjadikan Irma sebagai karyawannya saja di toko supaya apa yang ia curigakan tidak benar-benar terjadi.
Di saat makan malam Nadin ingin membicarakannya dengan suaminya mengenai permintaannya untuk menjadikan Irma sebagia karyawan di toko rotinya. Nadin memandang lama ke arah suaminya yang seakan tidak peduli dengan keberadaannya, Nadin yang melihat itu hanya bisa menghela nafas saja meski hatinya benar-benar terlukai akan perlakuan dari suaminya.
“Mas, aku mau ngomong.” Sedikit ragu Nadin ingin mengutarakan usulnya pasalnya Reno yang sekarang sangat mudah emosi apalagi saat berbicara padanya.
Terdengar deheman dari Reno tanpa mau menoleh ke arahnya yang membuat Nadin makin ragu untuk mengawali pembicaraan. Tapi Nadin berfikir demi rumah tangganya maka apapun akan ia lakukan.
“Aku mau Irma membantuku kerja di toko saja Mas karena aku sedang butuh karyawan, untuk ART-nya nanti aku cari orang baru lagi.” Tanpa basi-basi Nadin mengutarakan niatnya.
Meski kali ini ia akan mendapat penolakan dari suaminya akan tetapi ia akan tetap pada pendiriannya meski harus bertengkar kembali. Reno yang mendengar ucapan Nadin lantas mengangkat wajahnya untuk melihat istrinya, lama ia menatap wajah istrinya dengan tatapan datar.
“Nanti biar aku carikan buat karyawan toko.” Jawab Reno yang kembali fokus pada piringnya.
“Mas, aku lebih banyak menghabiskan waktu di toko jadi aku mau orang sudah aku kenal untuk membantuku di sana.” Tolak Nadin karen tujuannya memang bukan mencari karyawan tapi untuk memisahkan Irma dengan dengan suaminya.
“Kamu mau mempercayakan rumah ini pada orang baru lagi, lebih baik Irma yang tetap di sini dan tokomu yang mendapat karyawan baru.” Reno juga sama keras kepalanya dengan Nadin untuk masalah ini.
Karena jujur saja Reno memang tidak ingin jauh dari Irma, ia akhir-akhir ini selalu kepikiran dengan Irma tapi ia mencoba menutupinya ketika sedang bersama istrinya. Ia juga sudah merasa tidak tertarik lagi atau bahkan sudah terkesan bosan dengan istrinya, bahkan Reno sampai bertanya-tanya apakah dulunya ia memang benar-benar menyukai Nadin.
“Kalau gitu pecat saja Irma Mas, aku yang akan mengurus semuanya.” Jawab Nadin yang tersulut emosi karena merasa suaminya keberatan jika harus berpisah dengan pembantunya itu.
“Apa maksudmu Nadin, jangan hanya karena permasalahan kita sehingga Irma jadi ikut terkena imbasnya, apa maksudmu semua ini.” Reno juga sudah sama emosinya saat mendengar Irma akan di pecar dari rumah ini.
“Aku mau Irma berhenti berkerja di sini.” Nadin berkata dengan nada datar meski dadanya bergemuruh menahan emosi.
Mendengar hal tersebut Reno berdiri dan menggebrak meja makan, Nadin yang tidak menyangka respon suaminya sampai sejauh itu terlonjak kaget. Menatap suaminya yang sudah menatapnya tajam dengan muka yang mengeras menahan emosi.
“Sekali lagi kamu meminta hal aneh-aneh, aku tidak akan segan-segan memulangkanmu ke rumah orangtuamu.” Reno berucap dengan jari telunjuk mengarah pada istrinya.
Setelah berucap seperti itu, Reno pergi dari meja makan meninggalkan Nadin yang mematung dengan air mata yang mulai menetes di atas pipinya. Nadin benar-benar tidak menyangka suaminya akan sebegitunya melindungi pembantunya itu.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅