NovelToon NovelToon
Luka Dibalik Senyum Azalea

Luka Dibalik Senyum Azalea

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Faroca

Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.

Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.

Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Indirect Kiss

Azalea sudah berada di kantin Fakultas Psikologi sejak lima belas menit yang lalu. Tangannya sibuk mengaduk jus strawberry kesukaannya yang mulai mencair, sementara matanya sesekali melirik jam di ponselnya. Gadis itu seperti sedang menunggu seseorang.

“Eh, sendirian aja?” suara familiar menyapanya. Seorang teman sekelasnya, Regi, menghampiri dengan nampan berisi nasi goreng.

Azalea tersenyum tipis. “Iya, lagi nungguin temen.”

“Temen atau gebetan nih?” goda Regi sambil menurunkan nampan sebentar di kursi sebelahnya.

"Soalnya gue sering liat lo barengan sama dua cowok, maybe ! Salah satunya pacar lo?" selidik Regi dengan senyum jailnya.

“Bukan, mereka sahabat kok. Yang satunya anak kedokteran, dan satunya lagi anak manajemen bisnis," jawabnya cepat, berusaha terdengar biasa saja.

Regi mengangguk paham. “ Tapi mereka berdua good looking banget loh Za, gue aja sampe nggak ngedip kalo kalian lagi ngumpul disini." ucapnya dengan yakin.

Azalea tertawa, melihat tingkah genit teman sekelasnya itu. "Bisa banget lo Gi, mau dikemanain si Gema? mau ngamuk lagi kaya waktu lo lagi di deketin Tio?" Azalea mengingatkan.

"Sialan lo Za, pake acara di ingetin lagi." ucap Regi kesal. "malu banget gue, si Gema terlalu posesif. Kadang gue bosen sama hubungan kita." Regi mendengus kasar

"Malah curhat lagi, nasi goreng lo tuh lagi jejeritan minta di makan. Keburu masuk angin tuh nasi goreng, kan bingung lo yang mau ngerokinnya," Azalea mulai mengeluarkan kalimat absurdnya.

"Hahaha..., absurd banget lo kalo ngomong. Kadang gue pengen jitak aja pala lo, tapi gue takut dua bodyguard ganteng lo marah," tawa Regi yang cempreng membuat beberapa mahasiswa melirik pada dua cewek itu.

Menurut Azalea, Regi orang yang sangat lucu dikelas Azalea. Dekat dengan semua teman kelasnya. Gadis friendly yang selalu menampakkan sisi bahagianya. Azalea jarang melihat Regi sedih maupun marah, meskipun sang pacar yang cemburuannya udah ada dilevel duabelas, Regi selalu menyikapinya dengan santai.

"Sorry Za, gue lama ya?" tiba-tiba Jenara datang dan tanpa permisi, meminum jus strawberry milik Azalea. Membuat dua cewek yang sedang mengobrol, kaget dibuatnya.

Azalea melipat tangan kedadanya, "lama banget sih Je? Gue udah lumutan nih nungguin lo," ucap Azalea.

"Indirect kiss, KALIAN BARU AJA NGELAKUIN ITU." teriak Regi sambil menutup mulutnya.

"Regiiiii—pikiran lo jangan traveling ya," ucap Azalea sedikit gugup, wajahnya memerah. Sedangkan Jenara yang biasanya cuek, menjadi sedikit kikuk karena perkataan teman Azalea itu.

"Hahaha..., Azalea mukanya merah!"ucap Regi disela-sela tawanya.

"Nggak! Kata siapa?" Azalea menjawab gugup.

"Gugup banget Za? Gadis Absurd dikelas Psikologi bisa gugup juga cuma gara-gara indirect kiss tanpa sengaja," Regi makin menjadi menggoda Azalea.

"Regi, mulut lo bisa diem nggak sih? Gue bilangin Gema nih," seru Azalea malu.

"Gue mau kabur ah—takut ada yang ngamuk," sambung Regi sambil kabur membawa nasi gorengnya itu.

Keheningan mendadak menyelimuti meja itu, rasa canggung antara Azalea dan Jenara mulai terlihat jelas. Azalea yang pura-pura sibuk dengan coret-coretan dibukunya. Padahal tangannya gemetar tak karuan, gadis itu menunduk guna menutupi pipi chubby yang sejak tadi sudah berubah warna.

Sedangkan Jenara, hanya menghela nafas pelan. cowok itu mengambil pulpen dari tangan Azalea. "Jangan dipikirin omongan temen lo barusan, bukannya kita bertiga sering minum digelas yang sama ya?" ucapnya datar

Azalea mengangkat wajahnya cepat, dia membenarkan kata-kata Jenara.

'Bener juga kata manusia es ini, terus ngapain gue deg-deg kan ya? pipi gue ngapain jadi berubah warna pink, kaya bunglon aja. Astaga Azalea! Lo kenapa jadi aneh sih.' batin Azalea

'Harusnya sekarang, lo masih ada di fase mengsedih. Eh ini malah mulai malu-maluin di depan manusia es satu ini.' lanjutnya masih di dalam hati.

Jenara menatap Azalea, yang sejak tadi diam. Tapi mimik wajahnya berubah-ubah. "Pasti pikiran lo lagi berisik ya?" ucapnya sambil tersenyum.

"Oh..., nggak kok Je, gue lagi mikir aja. Bener kata lo! Kalo kita sering minum dalam gelas yang sama dari dulu malahan. Emang nyebelin tuh si Regi," elaknya sambil cengengesan.

Jenara tersenyum samar, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. Tatapannya menempel pada cewek itu, membuat jantung Azalea makin berdebar. “Kalau lo canggung cuma gara-gara itu, berarti lo mikirnya jauh banget,” ucapnya, setengah menggoda tapi ada kesungguhan terselip.

Azalea melotot—dia masih tidak percaya kalo akhir-akhir ini, si manusia es satu ini sering menggodanya. "Jenara, stop godain gue!" azalea memasang wajah kesalnya.

Jenara tersenyum lebar melihat sahabat sekaligus cinta dalam diamnya itu kesal. Wajah kesal gadis itu, malah membuat dirinya makin terlihat cantik.

Namun di balik senyum Jenara yang terlihat santai, hatinya justru berdebar kacau. Entah kenapa, satu tegukan dari sedotan bekas bibir cewek itu terasa lebih menegangkan daripada ujian anatomi yang baru saja ia jalani. Ia mencoba bersikap biasa, tapi rasa canggung itu menolak pergi.

"Mau makan atau mau langsung pulang?" tanya Azalea,

"Pulang aja yuk, kita makan dirumah lo." ajak Jenara.

"Boleh tuh, oh iya! Mohan nggak sekalian diajak?" usul Azalea.

"Hati lo udah siap liat Mohan? Karena kalo lo ngajak Mohan, pasti gantungan kuncinya ngikut." ujar Jenara santai

Azalea mengernyit. "Gantungan kunci? Maksud lo Amara?" tanya Azalea. Jenara hanya menganggukkan kepalanya.

"Hahaha—ternyata bongkahan es ini, bisa Absurd juga ya," ucap Azalea takjub.

"Tapi Absurd lo tuh, menuju sarkas nggak sih. Masa manusia lo samain kaya gantungan kunci si Je," sambungnya lagi masih dengan tawa renyahnya.

"Udah jangan ketawa mulu, gue udah lapar nih. Ayo pulang!" Jenara beranjak dari bangkunya di ikuti dengan gadis itu.

****

Mohan tampak berjalan keluar dari gedung kedokteran sambil tertawa bersama Amara. Tangannya membawa buku tebal milik sang gadis, sedangkan Amara sesekali mendorong bahu Mohan karena leluconnya yang konyol. Mereka tampak serasi, seperti pasangan yang memang diciptakan untuk berjalan berdampingan.

Azalea yang kebetulan melihat dari kejauhan hanya mampu menelan ludah. Senyum tipis terpaksa ia bentuk di wajahnya, meski hatinya serasa diremas. Tapi gadis itu berusaha untuk kuat. Jenara menggenggam tangan Azalea erat, seakan ingin memberi kekuatan pada gadisnya itu.

"Jangan diliatin terus," ucap Jenara lembut.

“ Gue nggak apa-apa kok Je, masih sakit sih liatnya. Tapi ya udahlah, selamat berbahagia, Tuan Mohan yang terhormat,” lirihnya absurd, mencoba menyembunyikan luka yang makin dalam.

Jenara menghela napas pelan, lalu menarik genggaman yang terpaut sejak tadi.

“Ayo pulang. Udara di sini nggak sehat buat ko,” ucapnya dingin, tapi dalam nadanya tersimpan kepedulian.

Perjalanan menuju rumah Azalea berlangsung hening. Hanya suara mesin mobil yang menemani. Azalea menatap keluar jendela, matanya kosong tapi sesekali berkaca.

“Je, tau nggak? Rasanya itu kayak… nyubit diri sendiri. Sakit, tapi tetap dilakuin. Bodoh banget, kan?” ucapnya tiba-tiba, mencoba tertawa tapi suaranya pecah.

Jenara melirik sekilas, lalu kembali menatap jalan. “Nggak ada yang bodoh soal perasaan. Yang bodoh itu… orang yang sengaja nggak mau lihat ada yang terluka.”

Kalimat itu membuat Azalea terdiam. Ada sesuatu yang berbeda dalam cara Jenara berkata-kata. Hangat, meski terbungkus dingin. Ia menggigit bibirnya, menahan gejolak yang tiba-tiba muncul di dadanya.

****

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dewi Faroca: terimakasih kak, sudah mau membaca.
total 1 replies
Ff Gilgamesh
tetap semangat 💪tetap berkarya
Dewi Faroca: terimakasih...
total 1 replies
Raka Yoga Pratama
tema cerita bagus, alur cerita mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yg mudah dimengerti juga. sukses selalu untuk penulis 😍😍
Dewi Faroca: makasih ya
total 2 replies
Raka Yoga Pratama
semangat buat penulis nya, cerita begini bikin flashback ke masa-masa abg dulu 🤣🤣
Andhika teguh Nurhidayat
keren, semoga lebih baik lagi
Hakim Bohiran
Duh, hati rasanya meleleh.
Dewi Faroca: makasih udah mau baca🙏 semoga terus dibaca lanjutannya ya.
total 1 replies
ahok wijaya
Waktu membaca cerita ini rasanya seperti di masa lalu, indah dan penuh warna.
Dewi Faroca: makasih😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!