NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Bos Galak

Menjadi Istri Bos Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Menjadi sekretarisnya saja sudah sulit, apalagi kini aku jadi istrinya.
Dia bos galak yang tak kenal kompromi.
Dan aku… terjebak di antara cinta, gengsi, dan luka masa lalu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Aruna kembali ke mejanya dengan langkah lemas. Jari-jarinya langsung sibuk menekan keyboard, menyusun laporan mingguan yang tadi diperintahkan Arkan. Ia berusaha keras untuk fokus, meski pikiran tentang “hukuman ke bar” terus berputar di kepalanya.

“Bareng bos ke bar… ya Tuhan, aku harus pakai baju apa nanti? Terus… kalau ketemu orang kantor di sana gimana?!” batinnya kalut.

Namun ia menepuk pipinya pelan, mencoba menyingkirkan pikiran itu. Fokus. Laporan dulu.

Jam istirahat tiba. Beberapa rekan sekantor sudah beranjak menuju kantin. Salah satu di antara mereka sempat menoleh ke arah Aruna.

“Run, nggak makan?” tanyanya.

Aruna menggeleng sambil terus menatap layar. “Nggak dulu, aku harus selesain laporan ini.”

Temannya mengangkat bahu. “Ya udah, jangan sampai sakit, ya.”

Aruna hanya tersenyum tipis. Begitu teman-temannya pergi, ia menarik napas panjang. Perutnya sudah protes sejak tadi, tapi ia memilih menahan. Ia tak mau terlihat malas di mata Arkan setelah kejadian pagi ini.

Waktu berjalan cepat. Detik berganti menit, menit berganti jam. Sampai akhirnya sore menjelang, laporan mingguan selesai juga. Aruna berdiri dengan napas lega, merapikan berkas itu ke dalam map.

“Syukurlah… selesai.”

Ia meraih map itu dengan kedua tangannya, lalu berjalan menuju ruangan Arkan. Namun begitu sampai di depan pintu berlapis kaca itu, kakinya tiba-tiba melemah.

Deg!

Pandangan Aruna berkunang-kunang. Ia mencoba mengetuk pintu, tapi tubuhnya terasa ringan seakan melayang.

“Ah…” gumamnya lirih.

Arkan yang ada di dalam ruangan sempat menoleh mendengar suara samar di luar. Baru saja ia hendak berdiri, pintu berderit terbuka, memperlihatkan Aruna yang berdiri dengan wajah pucat.

“Pak… ini lapor—”

Belum sempat menyelesaikan kalimat, tubuhnya langsung ambruk ke depan. Map yang dibawanya terlepas, berkas-berkas beterbangan di lantai.

“Aruna!”

Arkan melompat dari kursinya, segera menyambut tubuh gadis itu sebelum benar-benar jatuh membentur lantai. Napas Aruna terengah, wajahnya pucat pasi, dan matanya terpejam rapat.

Arkan memeluknya erat, wajahnya tegang. “Astaga, kau… kenapa bisa begini?”

Dengan satu gerakan cepat, ia mengangkat tubuh Aruna ke dalam dekapannya, lalu membaringkannya di sofa kulit hitam di sudut ruangannya. Tangannya bergerak panik menepuk pipi gadis itu.

“Aruna… bangun. Hey, Aruna!”

Tapi Aruna tetap tak merespons, hanya napasnya yang naik turun pelan.

Arkan mengusap wajahnya kasar, antara panik dan marah pada dirinya sendiri. “Bodoh… aku harusnya tahu. Dia bahkan tidak makan siang.”

Arkan meraih segelas air mineral di meja tamu, lalu dengan tergesa menuangkan sedikit ke telapak tangannya dan menepuk lembut wajah Aruna.

“Aruna… ayo bangun,” suaranya terdengar parau, jauh berbeda dari nada dingin yang biasa ia gunakan. Ada nada cemas yang jelas.

Namun gadis itu hanya mengerang pelan, masih tak membuka mata.

Arkan semakin panik. Ia mencondongkan tubuh, menepuk pipinya sedikit lebih keras. “Aruna! Kau dengar aku, kan? Jangan buat aku khawatir lagi!”

Hening sesaat, hanya bunyi napas Aruna yang tersengal. Arkan menggigit bibirnya, lalu segera mengambil botol air lagi. Dengan hati-hati, ia menyandarkan tubuh Aruna di pelukannya dan menyentuhkan bibir botol ke mulut gadis itu.

“Minum sedikit… ayo,” bisiknya lembut.

Aruna menelan sedikit, batuk kecil, lalu pelan-pelan membuka matanya. Matanya berusaha fokus, tampak bingung menatap sekeliling.

“P… Pak…?” suaranya serak, hampir tak terdengar.

Arkan langsung menarik napas lega, tapi wajahnya masih tegang. “Akhirnya kau sadar…”

Aruna mencoba bangkit, tapi tubuhnya lemah, membuat Arkan cepat menahan bahunya. “Jangan bergerak. Kau hampir pingsan keras di depan pintu tadi.”

Wajah Aruna memerah, entah karena malu atau karena masih lemas. “S-saya… maaf… saya cuma—”

“Diam.” Suara Arkan tegas, tapi kali ini berbeda—lebih hangat, penuh khawatir. “Jangan paksa dirimu bicara. Kau bahkan tidak makan siang, kan?”

Aruna terdiam, matanya membesar. Ia menunduk, merasa bersalah.

Arkan menghela napas panjang, lalu mengusap pelipisnya seolah menahan emosi. “Astaga, Aruna… apa kau benar-benar ingin membuatku gila karena khawatir?”

Gadis itu menelan ludah, hatinya berdesir mendengar nada suara itu. Tidak ada dingin, tidak ada marah… hanya ketulusan yang membuat dadanya ikut hangat.

Arkan menatapnya lagi, kali ini matanya lembut. “Mulai sekarang, jangan pernah lagi kau abaikan makanmu. Mengerti?”

Aruna menunduk pelan. “Iya, Pak…”

Arkan terdiam sejenak, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa, masih menahan Aruna di lengannya. Ia mengusap rambutnya kasar. “Ya Tuhan… aku benar-benar hampir kehilangan akal tadi.”

Aruna hanya bisa diam, tubuhnya masih terasa ringan, tapi jantungnya berdetak kencang mendengar kalimat itu.

Arkan menegakkan tubuhnya kembali, tapi masih memastikan Aruna tetap bersandar nyaman di sofa. Tatapannya dingin, tapi mata itu masih dipenuhi kecemasan yang belum reda.

“Duduk di sini. Jangan ke mana-mana sampai jam pulang kerja,” perintahnya datar, tak memberi ruang untuk bantahan.

“T-tapi, Pak… pekerjaan saya—”

“Sudah cukup. Laporanmu sudah selesai. Sisanya biar aku yang atur,” potong Arkan tegas. Ia menatap Aruna yang hendak membuka mulut lagi. “Kalau kau berani membantah, aku bisa lebih galak daripada tadi pagi.”

Aruna terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Ia hanya bisa menggigit bibir sambil menunduk.

Arkan berbalik menuju mejanya, seolah kembali tenggelam dalam pekerjaannya. Namun sesekali matanya melirik ke arah sofa, memastikan Aruna benar-benar duduk diam.

Jam perlahan merambat ke sore. Karyawan lain mulai bersiap pulang, satu per satu lampu di lantai kantor meredup. Tapi Aruna masih duduk di sofa ruangan Arkan, menatap ujung sepatunya sendiri, merasa sungkan sekaligus… aneh.

Ketika jarum jam dinding menunjuk pukul tujuh malam, Arkan menutup laptopnya, merapikan jasnya, lalu berjalan mendekat.

“Waktunya pulang,” ujarnya singkat.

Aruna langsung berdiri, buru-buru menggeleng. “T-tidak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri kok. Nggak perlu repot-repot mengantar saya.”

Arkan menatapnya datar. “Kau yakin bisa jalan sendiri setelah hampir pingsan tadi?”

Aruna terdiam.

Arkan menghela napas, lalu menundukkan badan sedikit agar sejajar dengan wajah gadis itu. “Aruna, kalau kau masih keras kepala, aku bisa angkat kau keluar dari sini seperti tadi siang. Mau bikin heboh seluruh kantor?”

Pipi Aruna langsung panas. “J-jangan! Saya ikut, saya ikut…”

“Bagus.” Arkan tersenyum tipis, kali ini senyum yang sulit ditebak maksudnya. Ia kemudian meraih tas Aruna yang tergeletak di meja, menyodorkannya. “Bawa ini. Aku antar kau pulang dulu.”

Aruna mengangguk pelan, meski hatinya tak tenang. Apalagi ia baru ingat — setelah diantar pulang, masih ada “hukuman” bareng bos ke bar malam ini.

Di perjalanan turun lift, Aruna beberapa kali membuka mulut, mencoba menolak dengan alasan, tapi setiap kali ia melirik ke arah Arkan, ekspresi dingin lelaki itu membuatnya mengurungkan niat.

Setibanya di lobi, mobil hitam mewah Arkan sudah menunggu. Ia sendiri yang membuka pintu untuk Aruna. “Masuk.”

Aruna kembali menggeleng. “Pak, saya sungguh bisa naik taksi atau ojol saja—”

Tatapan Arkan langsung menusuk, tajam tapi tenang. “Aruna.”

Hanya itu. Satu kata, cukup untuk membuat gadis itu patuh masuk tanpa protes lagi.

Mobil melaju membelah malam kota. Aruna duduk gelisah, jemarinya saling meremas di pangkuan. Arkan di sampingnya terlihat tenang, menatap jalan, tapi sekali lagi… matanya sesekali melirik diam-diam, memastikan Aruna tidak lagi pucat.

Begitu tiba di depan rumah Aruna, mobil berhenti. “Cepat bersiap. Aku tunggu di sini,” kata Arkan tegas.

“M-maksudnya… sekarang juga?” Aruna hampir terlonjak.

Arkan mengangkat alis, nada bicaranya tak memberi ruang tawar-menawar. “Kau pikir aku lupa hukumanmu? Malam ini, kau ikut aku ke bar. Jadi cepat. Aku beri waktu dua puluh menit.”

Aruna menelan ludah, wajahnya makin panas. “Ya Tuhan… aku harus ganti baju apa…?!”

Ia pun berlari masuk ke rumahnya, sementara Arkan menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, menunggu dengan sabar—atau tepatnya, menunggu dengan tatapan penuh makna yang hanya dia sendiri tahu.

1
Surati Surati
kok udh selesai thoorrr ???bersambung nya mana??
Nfzx25r: Belummmmm, ini lagi bikin naskah baruuu, jadi tunggu update selanjutnya yaa!!
total 1 replies
Surati Surati
smoga itu hanya mimpi yg jadi bunga tidurmu naa bukan kenyataan yg pahit yg akan kamu trima ntinya justru sebaliknya naa kamu akan benar""bahagia bersama arkan dan tk seorangpun yg bisa memisahkan kaliyan amiinn dan arkan akan selalu menlindungimu dan mencintaimu slamanya /Heart//Rose/lanjut thorr
Surati Surati
job dina jadi tameng buat aruna slalu kuatkan aruna dan semangatilah aruna slalu ok dinaa sepulu jempol buatmu dinaa/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Surati Surati
ayolah arunaa arkan akan benar""mencintamu dan melindungimu dari diapapun yg brani mengusikmu dan siapapun yg akan mencelakaimu runaa bukalah hatimu lebar""buat arkan dan bahagialah bersamanya lanjut thorr dan smoga arkan benar""bucin sama aruna amiinn/Heart//Heart/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
job thorr buat arkan tambah bucin sama aruna ya thorr dan aruna jg makin bucin jg sama arkan /Smile/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
iya aruna kamu pasti kuat dan bisa melawan rani ulet bulket ituu dan percayalah arkan pasti akan melindungimu dari ancaman apapun yg membayakanmu runaa lanjut thorr
Surati Surati
alhamdullah aruna dilimdungi oleh Ibu yg baik hati nsn lembut,dan tegas melawan ullet bulket ,/Tongue/ tapi ttp hati"kamu aruna jangan pergi kluar sendirian yaa takut rani menemukanmu sendiri dan buat macem"sama kamu ,dan arkan jangzn lengah lindungi slalu aruna yaa pasang bodyguard mu buat menjaga aruna arr
Surati Surati
alhmdullah akhirnya aruna di bela sama mama arkan dan smoga arkan bisa bucin sama aruna lanjut thoorr dan sirani ulet bulket jauh""sana dari hidup arkan dan kluarga nya lanjut thorr
Surati Surati
karna kamu mulai jacin sama arkan runa....lanjut thoorr
Surati Surati
buatlah arkan dan aruna saling bucin thorr dan aruna berdamailah dengan hati dan rasa nya pada arkan si ceo kutub,/Grin/moga perjodohannya langgeng dan menua bersama aminn🤲🤲💓lanjut thorr
Surati Surati
aq suka bc smua cerita nya thorr
YULI ANI
ga ada kelnajutan nya lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!