NovelToon NovelToon
Dendam Membawa Bencana

Dendam Membawa Bencana

Status: tamat
Genre:Misteri / Desas-desus Villa / TKP / Tamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.

Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dyah Yang Terlupakan

Sementara itu di Desa Kandri tampak tenang di bawah naungan senja. Sinar matahari yang mulai meredup menyinari rumah-rumah sederhana, sawah yang menghijau, dan jalanan desa yang lengang. Namun, ketenangan itu hanya tampak di permukaan. Di dalam rumah Pak Rahman yang megah, suasana terasa tegang dan mencekam. Rumah itu, dengan halamannya yang luas dan terawat berkat tangan Pak Gimin, tukang kebun setia, seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan damai.

Pak Rahman duduk di kursi bambu di teras rumahnya, memandang kosong ke arah sawah. Biasanya, sore hari adalah waktu yang ia nikmati untuk bersantai, menyesap kopi yang dibuatkan Mbok Yem, pembantu rumah tangga yang sudah dianggap keluarga, dan mengobrol dengan Bu Rahmi, istrinya. Namun, beberapa waktu belakangan ini, ia merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya.

Ia sering merasakan sakit kepala yang hebat, datang tiba-tiba dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Ia juga sering mengalami mimpi buruk yang membuatnya terbangun dengan keringat dingin. Yang paling aneh, ia sering merasa dorongan yang kuat untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan.

Misalnya, beberapa hari yang lalu, ia tiba-tiba merasa ingin menjual sebagian besar sawahnya, tanah warisan leluhurnya yang sangat ia jaga. Padahal, sawah itu adalah sumber kehidupan keluarganya dan simbol harga dirinya. Untungnya, Bu Rahmi berhasil mencegahnya.

"Bapak kenapa to, kok tiba-tiba mau jual sawah?" tanya Bu Rahmi dengan nada khawatir, tangannya menggenggam erat tangan Pak Rahman. "Sawah itu kan warisan dari orang tua kita. Kenapa tiba-tiba mau dijual? Apa Bapak sedang ada masalah yang berat?"

Pak Rahman hanya menggelengkan kepala, tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan. "Tidak tahu, Bu," jawabnya dengan suara lirih, matanya menerawang jauh. "Tiba-tiba saja Bapak merasa ingin menjual sawah itu. Ada suara yang menyuruh Bapak untuk melakukannya. Suara itu bilang, kalau Bapak jual sawah, keluarga kita akan lebih bahagia."

Bu Rahmi menatap suaminya dengan tatapan curiga. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Pak Rahman. Ia melihat mata suaminya tampak kosong dan tatapannya tidak fokus. Ia juga melihat perubahan perilaku yang drastis pada diri Pak Rahman.

Biasanya, Pak Rahman adalah sosok yang ramah, sabar, dan penyayang. Namun, beberapa waktu belakangan ini, ia menjadi lebih mudah marah, tidak sabar, dan sering membentak Marni, pengasuh Dyah Pitaloka, anak pertama mereka yang cacat. Ia juga menjadi lebih tertutup dan jarang berbicara dengan Bu Rahmi.

"Bapak jangan ngomong begitu," kata Bu Rahmi dengan nada cemas. "Kebahagiaan kita bukan dari sawah saja, Pak. Yang penting kita semua sehat dan bisa berkumpul bersama. Bapak jangan aneh-aneh ya."

Pak Rahman hanya diam, tidak menjawab perkataan istrinya. Ia malah memalingkan wajahnya dan memandang ke arah sawah dengan tatapan kosong.

Bu Rahmi juga sangat khawatir dengan Dyah Pitaloka. Sejak Pak Rahman berubah, ia seperti melupakan Dyah. Padahal, selama ini Pak Rahman sangat menyayangi Dyah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.

Suatu sore, Bu Rahmi duduk bersama Marni, pengasuh Dyah, di ruang tengah. "Marni, Ibu perhatikan Bapak semakin hari semakin aneh," kata Bu Rahmi dengan nada cemas. "Dulu, setiap sore Bapak selalu menemani Dyah bermain. Sekarang, Bapak seperti tidak peduli lagi."

Marni mengangguk dengan wajah perihatin

 "Iya, Bu," jawab Marni. "Saya juga merasa kasihan sama Mbak Dyah. Mbak Dyah sering bertanya 'Bapak mana, Mbak Marni? Kenapa Bapak tidak datang?' Saya jadi sedih setiap kali menjawabnya. Saya coba menghibur Mbak Dyah dengan membacakan cerita atau mengajaknya bermain, tapi tetap saja, Mbak Dyah terlihat merindukan Bapak."

Bu Rahmi menghela napas panjang. "Ibu jadi merasa bersalah sama Dyah. Seharusnya Ibu lebih пека sama perasaannya. Tapi Ibu juga bingung harus bagaimana. Bapak seperti sudah berubah menjadi orang lain."

Marni menatap Bu Rahmi dengan penuh perhatian. "Bu, apa Ibu sudah mencoba berbicara dengan Bapak secara baik-baik?" tanyanya dengan lembut. "Mungkin Bapak sedang memiliki masalah yang berat dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya."

Bu Rahmi menggelengkan kepala. "Sudah, Marni. Ibu sudah mencoba berkali-kali. Tapi Bapak selalu menghindar atau malah marah-marah tidak jelas. Ibu jadi takut untuk mendekati Bapak."

Marni terdiam sejenak, berpikir keras. "Bu, apa Ibu curiga ada sesuatu yang menyebabkan Bapak berubah seperti ini?" tanyanya dengan hati-hati. "Mungkin ada orang yang berniat jahat kepada Bapak?"

Bu Rahmi menatap Marni dengan tatapan khawatir. "Ibu sebenarnya juga merasa begitu, Marni," bisiknya. "Ibu curiga sama Anton, suaminya Dinda. Sejak Anton semenjak dekat dengan Bapak, Bapak jadi semakin aneh. Anton juga sering memberikan Bapak minuman atau makanan yang tidak Ibu kenal. Ibu takut kalau Anton punya niat tidak baik."

Marni mengernyitkan dahi. "Anton? Apa yang membuat Ibu curiga padanya?"

"Anton itu terlalu manis sama Bapak," jawab Bu Rahmi. "Dia selalu berusaha menjilat Bapak dan menuruti semua kemauan Bapak. Padahal, setahu Ibu, Bapak tidak terlalu suka sama Anton karena dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ibu takut kalau Anton hanya mengincar harta keluarga kita."

Marni mengangguk-angguk, menyetujui perkataan Bu Rahmi. Ia juga merasa ada sesuatu yang mencurigakan dari diri Anton. Pria itu terlalu baik untuk menjadi kenyataan.

       **********

1
SitiGemini75
aku selalu update kok kak bahkan tidak cuma satu bab bahkan 4 bab
SitiGemini75
ya oke kak tunggu
Mari🧝‍♀️16
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
SitiGemini75: secepatnya kakak
total 1 replies
Donny Chandra
Bikin penasaran!
SitiGemini75: makasih ya kak
total 1 replies
StarJustStar
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
SitiGemini75: oke siap 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!