NovelToon NovelToon
Panduan Tokoh Numpang Lewat

Panduan Tokoh Numpang Lewat

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Sistem / Menjadi NPC / Mengubah Takdir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Najwa Aaliyah Thoati

Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!

Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.

Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.

…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Langit Menulis Musim Semi

Tanggal 6 bulan 12 tahun 472, Dunia Xuanyu, Dinasti Hanxu.

Su Yulan melangkah maju, membenarkan kerah jubah Yun Zhen dan menutup kancing mantel hangatnya. “Jaga kesehatanmu, Zhen'er. Jangan makan sembarangan, dan jangan lupa menulis surat setiap kali rindu rumah.”

“Baik, Niangqin.” Suara Yun Zhen nyaris bergetar, tapi ia menegakkan bahunya.

Yun Haoran menepuk pundak putranya yang kini mengenakan jubah pelajar biru muda berlapis kain wol tipis, hasil jahitan baru ibunya. Di sampingnya yang kini sedang dibawa oleh pelayan, jubah tebal berwarna biru tua telah siap dibawa — untuk dikenakan saat udara di utara mulai membeku. “Zhen’er, ingat pesan Diedie — belajar dengan hati, tapi jangan biarkan hatimu buta oleh ilmu.”

Uap tipis keluar dari bibir Yun Haoran setiap kali ia berbicara. Udara pagi itu menusuk, dingin khas musim gugur yang mulai beralih ke musim dingin. Di antara helai rambut Yun Zhen, tampak embun halus yang belum sempat mencair.

Yun Zhen mengangguk dalam. “Anakmu akan mengingatnya, Diedie.” Suaranya lembut, namun ada keteguhan di baliknya, seperti sinar redup yang bertahan di bawah awan kelabu.

Dalam pelukan ibunya, Yun Ruona menggeliat kecil di dalam balutan selimut wol berlapis kapas. Wajahnya memerah karena hawa dingin, pipinya seperti buah persik kecil yang baru merekah. Ia bersuara pelan, “Gege~”

Suara itu samar, hampir tertelan angin yang melintas di antara dedaunan maple yang meranggas.

Semua yang melihat tersenyum hangat, senyum yang menahan perih halus di dada. Wen Yao bahkan sempat menundukkan kepala, seolah menghormati kesederhanaan yang menyimpan kehangatan keluarga itu.

“Keluarga Yun memang keluarga yang hangat,” ujarnya lirih. “Tak heran Langit menaruh perhatian.”

Tak lama kemudian, suara roda kereta terdengar di halaman depan. Pelayan menarik tirai wol tebal, memeriksa selimut tambahan di dalam kereta — bukan sekadar untuk kenyamanan, tetapi perlindungan dari udara yang mulai menggigit. Setiap jubah, tas, dan gulungan kitab Yun Zhen dibungkus rapi dengan kain tahan lembap.

Sebelum naik, Yun Zhen menoleh sekali lagi ke arah rumah. Napasnya mengepul di udara dingin, membentuk awan putih yang mengambang sebentar sebelum lenyap.

“Diedie, Niangqin, Meimei … Zhen’er berangkat dulu.”

Su Yulan berdiri di tangga batu, mengenakan mantel bulu angsa berwarna krem. Tangan kanannya menggenggam lentera kertas yang cahayanya mulai meredup tertiup angin. “Pergilah, putraku,” katanya lembut, suaranya nyaris tertelan oleh desir dedaunan kering. “Jalanmu panjang, tapi langit Yunshan akan selalu menuntunmu.”

Kereta mulai bergerak, rodanya berderak di atas bebatuan lembap yang tertutup lapisan daun gugur. Angin bertiup, menggoyang lentera di gerbang — api kecil di dalamnya berkedip-kedip sebelum akhirnya padam.

Dari balik tirai, Yun Zhen sempat melambaikan tangan. Di pelukan ibunya, Yun Ruona menatap punggung itu hingga menghilang, bibir mungilnya bergetar, mengeluarkan suara samar yang terdengar seperti doa,

“Gege ....”

Suara itu lembut, tapi menusuk hati Su Yulan lebih dalam dari angin utara. Ia menunduk, mencium ubun-ubun putrinya yang hangat.

“Angin pagi dingin,” bisiknya pelan, “tapi lihat, lentera yang padam bukan pertanda akhir … hanya tanda satu bintang berpindah tempat.”

Dari kejauhan, Yun Haoran masih berdiri di bawah pohon gingko tua. Daun-daunnya berguguran di sekitarnya, menutupi sebagian langkah kakinya. Tatapannya tenang namun tajam — seperti seseorang yang membaca arah angin, bukan hanya menatap langit.

Dalam hati ia tahu, keberangkatan ini bukan sekadar awal pendidikan seorang anak.

Itu adalah awal dari perputaran takdir besar yang diam-diam mulai bergulir di bawah langit Yunshan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tanggal 14 bulan 3 tahun 473, Dunia Xuanyu — Musim Semi Pertama Setelah Kepergian Yun Zhen.

Waktu pun berjalan tanpa suara. Musim gugur perlahan berlalu, menembus dinginnya musim dingin, hingga akhirnya udara kembali menghangat — tanda musim semi telah datang lagi.

Pohon plum di halaman mulai menumbuhkan tunas-tunas muda. Di teras, Su Yulan sering duduk sambil memangku Yun Ruona yang kini sudah bisa berdiri berpegangan, mengucapkan kata-kata kecil dengan logat cadel yang lucu.

Kadang, suara tawa mereka berpadu dengan kicau burung pagi, membuat rumah itu terasa hidup meski Yun Zhen tak lagi di dalamnya.

Yun Haoran semakin sering pergi ke balai daerah. Surat-surat dari Akademi Tianwen datang setiap bulan, dibawa oleh burung pos bertanda bintang perak. Setiap kali surat Yun Zhen tiba, Su Yulan membacanya dengan senyum samar, lalu menyalin beberapa kalimat di atas kertas halus untuk disimpan di kotak kayu kecil — tempat ia menyimpan kenangan.

Yun Ruona, meski belum waktunya memahami huruf - tetapi karena jiwanya sudah dewasa - hanya bisa mengintip dan mengenali beberapa huruf, selalu menatap ibunya menulis dengan rasa ingin tahu. Kadang jarinya ikut menekan pena, meninggalkan noda tinta kecil di ujung kertas saking inginnya bisa menulis lagi.

“Ah, Nana ingin menulis juga?” tanya Su Yulan sambil tertawa lembut. “Baiklah, nanti Niangqin ajarkan. Tapi Nana harus belajar bicara jelas dulu.”

Yun Ruona tertawa renyah, lalu menyebut, “Zi— zi— shu~!” tanpa makna jelas, tapi cukup untuk membuat ibunya terpingkal kecil.

Suatu malam di awal musim semi, ketika aroma bunga plum memenuhi halaman, Su Yulan membuka kembali kenangan setahun lalu — saat Yun Ruona baru berusia satu bulan.

Hari itu rumah keluarga Yun dipenuhi aroma ramuan wangi dan suara lembut dari para tetua yang datang memberi restu. Upacara Man Yue Li 满月礼 (Mǎn yuè lǐ) digelar sederhana namun hangat.

Udara di luar sejuk, tapi tidak menusuk. Di jendela tampak ranting plum yang masih menyisakan sisa kuncup bunga putih. Yun Zhen kala itu berlarian di sekeliling ayahnya, membawa lentera kecil yang ia lukis sendiri, berkata dengan bangga, “Ini lentera untuk Meimei, supaya jalannya selalu terang meski malam panjang.”

Semua orang tertawa. Bahkan Yun Haoran yang biasanya serius ikut tersenyum hangat.

Su Yulan masih ingat bagaimana Yun Ruona tertidur pulas di atas pangkuannya, sementara lentera Yun Zhen bergoyang di dekat ranjang bayi, memantulkan cahaya lembut di pipi mungilnya.

“Waktu berlalu cepat sekali,” gumam Su Yulan, “baru kemarin kau masih sebesar dua telapak tangan.”

Kini, tepat setahun berlalu. Rumah keluarga Yun kembali dipenuhi tamu, namun kali ini suasananya berbeda — lebih berwarna, lebih hidup, meski tetap menjaga kesederhanaan.

Hiasan bunga plum dan anyaman bambu menggantung di setiap sudut aula. Di halaman belakang, meja besar disiapkan untuk para tamu terdekat: tetangga, serta beberapa pejabat daerah berpangkat rendah.

Upacara Zhou Sui Li 周岁礼 (Zhōu suì lǐ) dimulai dengan suara musik lembut dari alat petik kecil. Yun Ruona mengenakan jubah kecil berwarna biru muda dengan motif awan tipis di bagian kerah — warna yang selaras dengan langit semi hari itu. Matanya berkilau, memantulkan rasa ingin tahu pada dunia.

Di tengah aula, beberapa benda diletakkan di atas meja:

Sebuah kuas tinta, buku kecil dari sutra, potongan batu giok, keping perak, dan untaian benang merah.

Tradisi Zhua Zhou 抓周 (zhuā zhōu) dimulai. Semua mata tertuju pada Yun Ruona yang dibimbing ibunya mendekat ke meja.

Tangan mungilnya terulur pelan. Sesaat berhenti di atas keping perak, lalu berpindah — menyentuh batu giok, tapi tidak diambil.

Akhirnya jarinya berhenti pada kuas tinta. Ia menggenggamnya erat, menggoyang sedikit seperti bermain.

✨ Bersambung ✨

1
Fitri R
semangat upnya thor
Fitri R
semangat thor upnya
Fitri R
lanjut
Fitri R
semangat thor upnya...
Ravenel Whitly
Ceritanya seru, menarik.

Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.

Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.

Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.

Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
Aisyah Suyuti
menarik
Fitri R
lanjut upnya thor...semangat
Fitri R
lanjut upnya thor....semangat
Fitri R
lanjut
DJSH _ Tutul
Ceritanya seru, gak bosen, ringan, tapi misterius.

bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!

/Good/
Kinara Wening
Sebagai penulis novel ini, cukup menguras otak. kadang sampai begadang buat mikir outline dan istilah lainnya. padahal belum nulis satu bab pun. perjuangan awal nulis cerita ini gak mudah. aku ingin cerita ini tidak hanya menghibur, tapi membekas dihati kalian.

dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.

makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Yourali
Karya yang bagus. ada lucunya, ada seriusnya, ada tema keluarganya, ada sistemnya. Belum tahu gimana romansa cerita ini karena masih kecil FL-nya.

Kutunggu dewasamu, Nana!

alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!

pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!