Kecantikan selalu diartikan sebagai keberuntungan
Apa yang terjadi ketika kecantikan yang diberikan oleh Tuhan berakhir sebagai kutukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Menghadapi penghentian beasiswa dan cibiran dari semua mahasiswa yang mengenalnya. Memaksa Kirana berhenti kuliah. Dia tidak bisa meneruskan kuliah di tempat itu tanpa bantuan beasiswa. Gaji dari pekerjaan yang dia ambil tidak akan bisa menutup biaya kuliah. Dan lagi, dia masih butuh tempat tinggal dan makan. Jadi Kirana menyerahkan cita-citanya untuk kuliah.
Setelah berhenti kuliah, dia merasa seperti tak punya tujuan. Apa yang diharapkan oleh ibunya tak bisa dia kabulkan. Dan hal itu menyakiti harga diri Kirana. Dari kecil sampai sekarang, baru kali ini dia merasa tidak ada gunanya hidup.
Dia berhenti bekerja dan tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiam diri di dalam kamar. Kadang bahkan tidak makan atau minum sama sekali seharian.
"Apa yang kau lakukan?"
Tetangga kamarnya yang berprofesi sebagai pramu tamu di tempat karaoke itu mendobrak pintu dan menemukannya dalam keadaan lemas tak berdaya.
"Hemmm" gumam Kirana malas bicara.
"Biasanya kau selalu aktif pergi pagi dan pulang malam. Seminggu ini kau hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku juga tidak melihatmu makan! Apa kau mau mati?"
"Mati?"
"Tidak!! Kau sudah berjuang sejauh ini. Kau tidak boleh mati!!" ucap tetangganya itu lalu berusaha memberinya makan. Tapi Kirana tidak mau.
"AAAAHHHHHH" teriaknya lalu melempar semua barang yang ada dihadapannya. Seperti orang gila yang tak bisa mengendalikan diri. Salah satu barang melayang dan terjatuh tepat di kepala tetangganya. Tetangganya segera kabur ke pintu.
"Dasar tidak tahu diri. Sudah dibantu, malah mau melukaiku. Ya sudah, terserah kau saja!!!"
Kirana kembali diam dan berbaring di tempat tidur.
Seminggu kemudian, dia yang tampilannya mirip seperti orang gila akhirnya keluar dari kamar. Berkeliaran di sepanjang lingkungan sampai merasa lelah. Lalu duduk di sebuah pinggiran sungai.
Lama sekali dia duduk disana, sampai matahari turun menyentuh horizon.
"Kau gila?" tanya seseorang mengejutkan Kirana. Dia menoleh dan melihat pria besar dengan baju kotor penuh debu. Entah kenapa dia merasa mengenal orang itu. Tapi yang paling penting, dia tidak merasa takut duduk berdekatan dengan pria itu.
"Hemm" jawab Kirana lalu menggelengkan kepala lemah.
"Kau kurus, makan ini!" kata orang yang meletakkan bungkusan nasi dan air mineral gelas disampingnya.
Kirana tidak mau menyentuhnya. Dia hanya kembali memandangi sungai yang arusnya deras.
"Dengan arus sederas ini, aku yakin kau akan terbawa sampai ujung kota" kata pria besar itu.
Sepertinya pria itu menyangka Kirana akan masuk ke dalam sungai.
"Ibu dan paman Key berjuang sampai mati demi hidupku. Kenapa aku ingin mati?" kata Kirana.
Dia hanya merasa lelah dan ingin istirahat. Setelah hampir enam tahun berjuang hidup sendiri, Kirana merasa hidupnya hampa.
"Bagus. Hidup itu berharga" ucap pria itu lalu keduanya hanya diam menatap sungai dan matahari tenggelam.
Kirana pulang, membawa nasi bungkus yang diberi oleh pria asing itu dan memakannya. Setelah makan, Kirana mengambil buku tabungan dan mulai menghitung uang yang dia miliki. Memperkirakan pengeluaran jika harus kuliah lagi juga pekerjaan yang harus dia ambil.
"Bisa" katanya lalu mengulang perhitungan lagi.
Dengan tekad baru, Kirana ingin memulai kuliah lagi. Kali ini dia tidak akan membiarkan apapun mengganggu pendidikannya. Termasuk perasaan bodoh pada laki-laki. Dan untuk penampilan, dia akan memilih menyembunyikan kecantikannya. Dengan cara apapun.
Empat tahun kemudian, Kirana yang sudah lulus kuliah dalam waktu cepat sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan periklanan. Perusahaan ini baru berdiri kurang dari satu tahun tapi kemajuannya tak bisa dianggap remeh.
"Nilainya bagus, tapi penampilannya. Terlalu tidak biasa" bisik tim penilai wawancara yang sedang berhadapan dengan Kirana.
"Tapi kita tidak mencari front desk person"
"Iya tapi, tidakkah bagimu dia terlalu ... Nyentrik? Penampilan itu akan sangat mengganggu mata"
"Dia hanya akan bekerja di balik meja di pojok ruangan. Jadi penampilannya tidak akan mengiritasi mata kita"
"Benar juga"
Setelah penilaian selama satu Minggu, akhirnya Kirana menerima surat penerimaan pegawai. Dia sungguh bahagia. Akhirnya dia akan bekerja di sebuah perusahaan. Menerima gaji yang besarnya sama seperti ketika mengambil dua atau tiga pekerjaan secara bersamaan. Hatinya merasa tenang dan lega.
Hari pertama kerja datang dan dia harus menerima kenyataan bahwa mejanya berada di sudut ruangan yang terasing. Dia pikir apa yang didengarnya ketika wawancara adalah upaya menakut-nakuti calon pegawai baru. Ternyata itu benar.
Dan belum satu jam bekerja. Ketika dia pegawai baru lainnya dibawa berkeliling untuk mengenal suasana kantor, dia disibukkan dengan tumpukan dokumen keuangan yang harus diperiksa.
Ingin rasanya dia protes, tapi ...
"Melihatnya saja aku tidak suka"
"Iya, kenapa gaya berpakaiannya seperti itu?"
"Harusnya dia masuk ke jurusan fashion atau seni agar semua orang paham gaya berpakaiannya"
Hanya karena memakai riasan sedikit tebal dengan baju serba kedodoran yang warnanya bertabrakan, Kirana segera menjadi korban penindasan di kantor.
Apakah itu membuat Kirana menyerah untuk bekerja? Tentu saja tidak. Karena tujuannya bekerja bukan untuk mencari rekan kerja baik. Yang menjadi tujuannya bekerja selain gaji adalah ...
"CEO datang!!"
"CEO masuk kantor!!"
Seorang pria dengan badan tinggi, gagah dan tegap berjalan selayaknya tentara yang masuk ke dalam pangkalan militer. Wajahnya yang tampan dipenuhi gurat halus kerja keras membuat beberapa pekerja wanita memekik riang. Dan Kirana, dia tersenyum bahagia. Akhirnya, dia bisa melihat lagi orang yang sempat menolongnya empat tahun lalu.
Pria asing yang memberinya nasi bungkus juga menemaninya di pinggir sungai waktu itu.
Bukan sosok atau kebaikan pria itu yang menjadikan Kirana penggemarnya. Melainkan proses hidup pria itu sampai bisa memiliki perusahaan periklanan terbesar di negeri ini.
Armand Riady.
Pria berusia 35 tahun. Yang merupakan mantan militer karena cedera kaki, memulai usaha dari tingkat paling bawah. Bertarung dengan panasnya jalan, banyaknya debu serta hujan keringat untuk membangun sebuah perusahaan yang menjadi tujuan hidupnya. Perusahaan periklanan yang kini telah menjadi nomor satu di negeri ini.
Empat tahun lalu, badan pria itu tertutup debu. Dan sekarang, terbalut jas dan aksesoris mahal. Dinominasikan menjadi pengusaha muda nomor satu di negeri ini dengan penghasilan tahun lalu sebesar 10 triliun.
Sungguh sosok yang pantas dihormati oleh Kirana.
Dan orang itu berjalan tepat melewati Kirana. Dia merasa impiannya selama ini terwujud dan hal itu membuatnya bahagia.