NovelToon NovelToon
“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Pembaca Pikiran
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lian, gadis modern, mati kesetrum gara-gara kesal membaca novel kolosal. Ia terbangun sebagai Selir An, tokoh wanita malang yang ditindas suaminya yang gila kekuasaan. Namun Lian tak sama dengan Selir An asli—ia bisa melihat kilasan masa depan dan mendengar pikiran orang, sementara orang tulus justru bisa mendengar suara hatinya tanpa ia sadari. Setiap ia membatin pedas atau konyol, ada saja yang tercengang karena mendengarnya jelas. Dengan mulut blak-blakan, kepintaran mendadak, dan kekuatan aneh itu, Lian mengubah jalan cerita. Dari selir buangan, ia perlahan menemukan jodoh sejatinya di luar istana.

ayo ikuti kisahnya, dan temukan keseruan dan kelucuan di dalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Api di tungku kembali padam, menyisakan bara merah yang sesekali berdesis. Rumah keluarga An malam itu tampak sunyi, seolah seluruh dunia ikut beristirahat. Namun di ruang dalam, ada langkah pelan yang mendekat.

Ayah Lian, An Zheng mantan menteri besar yang dulu dikenal bijak dan dihormati di istana lama berdiri di ambang pintu. Rambutnya sudah banyak yang memutih, tapi sorot matanya tetap tajam, seperti elang yang masih sanggup mengawasi mangsanya dari kejauhan.

“Lian,” suaranya berat namun hangat.

Lian terlonjak kaget. Ia buru-buru menyembunyikan gulungan catatan dan botol-botol ramuan di meja. “Ayah! Kenapa ayah belum tidur? Ini sudah larut.”

An Zheng melangkah masuk, tatapannya jatuh pada gulungan peta yang setengah tergulung. Dengan tenang ia menarik kursi dan duduk. “Kau pikir aku buta dan tuli, anakku? Sudah berhari-hari aku memperhatikan gerak-gerikmu. Kau, Chen Yun, Yuyan… bahkan pria misterius yang kini tinggal di rumah ini. Kalian tidak sedang bermain-main.”

Lian tercekat. Wajahnya pucat. “Ayah… aku bisa jelaskan—”

“Tunggu.” An Zheng mengangkat tangannya, menghentikan kata-kata putrinya. “Kau tidak perlu menjelaskan. Aku sudah tahu siapa pria itu.”

Ruangan langsung hening. Lian menunduk, jari-jarinya gemetar menggenggam ujung roknya.

“Ayah tahu?” bisiknya hampir tak terdengar.

An Zheng menatapnya lama, lalu berkata pelan, “Liu Ning. Kaisar muda Dinasti Liu. Aku mengenalnya… setidaknya dari laporan dan kabar yang datang bertahun-tahun lalu. Tidak kusangka aku akan melihatnya langsung, dalam keadaan seperti ini.”

Dari balik pintu, ternyata Liu Ning mendengar percakapan itu. Ia melangkah masuk, memberi hormat dengan menundukkan kepala. “Tuan An. Aku tidak bermaksud menyeret putrimu dalam bahaya. Semua ini adalah pilihannya. Jika ada yang harus disalahkan, salahkan aku.”

An Zheng menatap Liu Ning lama, seolah sedang menilai isi hatinya lewat sorot mata. Akhirnya, ia menghela napas panjang. “Tidak. Aku tidak menyalahkan siapa pun. Aku sudah melihatnya sejak awal, Lian bukan gadis biasa. Ia selalu menolak hidup di bawah bayang-bayang, selalu ingin berjalan dengan caranya sendiri. Kini aku tahu, ternyata caranya adalah berdiri di samping seorang kaisar yang terbuang.”

Lian menahan napas, jantungnya berdegup kencang.

“Kalau begitu… ayah marah?” tanyanya ragu.

“Marah?” An Zheng tersenyum tipis. “Tidak, anakku. Justru aku… bangga.”

Lian terbelalak.“Ayah… bangga?”

An Zheng mengangguk mantap. “Aku pernah menjadi menteri. Aku tahu betapa busuknya dunia politik, betapa sulitnya mencari pemimpin yang benar-benar tulus untuk rakyat. Jika benar kau memilih berdiri di sisi Liu Ning, maka aku akan mendukungmu. Dunia ini butuh seseorang yang bisa membawa keadilan. Dan jika aku bisa memberikan bantuan terakhirku… maka aku akan memberikannya padamu.”

Lian tak mampu menahan haru. Matanya basah, ia bangkit lalu memeluk ayahnya erat-erat. “Ayah…”

Liu Ning menunduk dalam-dalam. “Tuan An, aku… tidak tahu bagaimana membalas ketulusan ini.”

An Zheng menepuk bahu Liu Ning. “Balaslah dengan hidup. Dengan merebut kembali apa yang menjadi hakmu, dan menggunakannya untuk rakyat. Itu sudah cukup.”

---

Keesokan paginya, suasana rumah keluarga An berbeda. An Zheng memanggil Lian, Chen Yun, Yuyan, dan Liu Ning ke ruang utama.

Di sana sudah menunggu seorang pria tua berperawakan kokoh dengan janggut putih panjang. Ia mengenakan baju sederhana, tapi gerakannya penuh wibawa. Begitu melihatnya, Chen Yun terkejut.

“Ayah?”

Pria itu menoleh, tersenyum samar. “Chen Yun.”

Itulah Jenderal Chen, ayah Chen Yun, sahabat lama An Zheng sekaligus mantan panglima perang yang pernah disegani. Ia sudah lama pensiun dan memilih hidup tenang, namun semua tahu, namanya tetap ditakuti.

“Apa maksudnya semua ini?” Chen Yun menatap bergantian antara ayahnya dan ayah Lian.

Jenderal Chen tertawa kecil. “Kau pikir hanya kalian berempat yang bisa merencanakan sesuatu diam-diam? Aku dan An Zheng sudah memperhatikan sejak lama. Kalian terlalu muda untuk menyembunyikan api sebesar itu.”

Chen Yun terdiam. Ia merasa bodoh karena mengira rencana mereka aman.

An Zheng lalu berkata mantap, “Mulai hari ini, kalian tidak berjalan sendirian. Aku punya orang-orang lama yang masih setia. Mereka bukan bangsawan, bukan pejabat, hanya rakyat biasa yang dulu bekerja di bawahku dan masih memegang teguh keadilan. Mereka bisa dipercaya.”

Jenderal Chen menambahkan, suaranya rendah tapi penuh kekuatan, “Dan aku punya sesuatu yang lebih. Pasukan khusus yang dulu tidak pernah tercatat dalam laporan resmi istana. Mereka adalah orang-orang pilihanku, prajurit bayangan yang kulatih sendiri. Setelah aku mundur, mereka kububarkan ke berbagai tempat, agar tidak diketahui siapa pun. Tapi aku tetap menyimpan tanda pengenal mereka.”

Chen Yun terkejut. “Plakat khusus itu… Ayah masih menyimpannya?”

Jenderal Chen mengangguk. Dari dalam jubahnya, ia mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil. Saat dibuka, di dalamnya terdapat plakat logam berukir lambang naga bersilang pedang. Aura keagungan memancar darinya.

“Pasukan ini sekarang kuserahkan padamu, Chen Yun.” Suara Jenderal Chen mantap. “Kau anakku. Kau yang akan memegang plakat ini. Siapa pun yang masih setia padaku akan tunduk pada pemegang tanda ini.”

Chen Yun terdiam lama. Tangan kasarnya gemetar saat menerima plakat itu. Ada rasa berat sekaligus bangga menyelimutinya.

“Ayah…” suaranya parau. “Aku… akan menjaga kehormatan ini.”

Lian menatap Chen Yun dengan mata berbinar. “Kalau begitu, kita benar-benar punya kekuatan sekarang.”

Yuyan menepuk tangannya, wajahnya berseri. “nona Lian! Ini artinya kita tidak hanya segelintir orang. Kita punya pasukan sungguhan!”

Liu Ning menunduk dalam-dalam pada kedua orang tua itu. “Tuan An, Jenderal Chen… aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan dukungan ini. Dengan pasukan dan orang-orang kepercayaan kalian, aku akan melangkah menuju takhta. Dan aku akan pastikan darah rakyat tidak lagi tertumpah sia-sia.”

An Zheng tersenyum. “Kata-kata itu harus kau pegang erat. Karena begitu kau mengkhianati janji itu, aku sendiri yang akan mencabut nyawamu.”

Suasana menjadi hening. Liu Ning menatapnya dengan mantap. “Aku tidak akan pernah mengkhianati janji.”

---

Malam itu, di halaman belakang rumah keluarga An, mereka berkumpul. Api unggun menyala, cahayanya memantul di wajah-wajah penuh tekad.

An Zheng duduk di kursi batu, sementara Jenderal Chen berdiri tegap dengan tangan di belakang. Chen Yun memegang plakat naga, Yuyan sibuk membagi ramuan kecil yang dibuat Lian, semacam tonik untuk menjaga stamina.

Liu Ning melangkah ke depan. Sorot matanya tajam, suaranya bergema.

“Malam ini, kita mengikat sumpah. Aku, Liu Ning, kaisar sah Dinasti Liu, bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas, bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk rakyat yang merindukan keadilan.”

Chen Yun menundukkan kepala, menggenggam pedang kayu yang kini terasa seperti pedang sejati. “Aku, Chen Yun, anak Jenderal Chen, bersumpah menjadi pedang bagi Liu Ning. Selama hidupku, aku tidak akan membiarkan pengkhianat meraih kemenangan.”

Yuyan mengangkat botol kecil ramuan. “Aku, Yuyan, gadis biasa tanpa kekuatan, bersumpah akan menjadi telinga dan mata bagi mereka. Aku akan mencari tahu, mendengar, dan membawa berita yang bermanfaat.”

Lian melangkah maju, membawa gulungan catatan ramuan. Matanya berkilat, suaranya tegas meski bergetar. “Aku, Lian, putri keluarga An, bersumpah menggunakan pengetahuan tabibku untuk menjaga kalian tetap hidup. Aku akan berdiri di samping kalian, apa pun yang terjadi.”

An Zheng mengangguk puas. Jenderal Chen menepuk dada dengan tangan kanannya. “Kalau begitu, malam ini kita bukan lagi hanya keluarga atau sahabat. Kita adalah awal dari sebuah pasukan yang akan mengguncang dunia.”

Mereka berlima berdiri di depan api unggun, menatap ke langit.

Lian merasakan dadanya hangat. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasa seperti burung dalam sangkar. Ia merasa bebas, karena kini ia memilih jalannya sendiri.

Liu Ning menatapnya sekilas, lalu kembali menatap api. Dalam hatinya ia mendengar suara batin Lian yang jujur:

“Aku akan ikut bersamamu, sampai akhir.”

Senyum samar muncul di bibirnya. Ia tidak menjawab, tapi tekadnya semakin kuat.

Dan malam itu, di halaman kecil keluarga An, sejarah baru mulai ditulis. Dengan restu seorang menteri bijak, dukungan seorang jenderal legendaris, dan keberanian generasi muda, api pemberontakan untuk menegakkan keadilan mulai menyala.

Api kecil itu… akan menjadi kobaran besar yang menerangi seluruh negeri.

Bersambung…

1
Cindy
lanjut kak
Srimulyani
wah cinta segiempat Cen Yun banyak saingan
hani chaq
orang licik ga akan bertahan lama karna bakal termakan balik dengan kelicikannya
hani chaq
jodohnya kian dekat.....ayo semangat berjuang setiap keburukan pastilah akan kalah
hani chaq
emang seorang yg kuat harus berjodoh ma yg lebih hebat
hani chaq
masih menjadi teka teki siapa jodoh pedang langit
hani chaq
ini baru tambah asik.mantap polllll..... pokoknya
hani chaq
jgn biarkan ke4 org itu ada yg hilang.ayo.....kalian bisa
hani chaq
ayolah chen....ajari lian bela diri.seenggaknya bisa buat lebih bermanfaat
nara 🇮🇩 🇹🇼
bearti lian tak berjodoh denga kaisar liu ning,,kalau lian ketemu dengan pemilik pedang langit feng xuan,,
hani chaq
sayang sekali yg cewek2 pd ga bisa bertarung
hani chaq
benar2 jodohnya lian
kaylla salsabella
wah kasihan nanti Liu ning klu kian nikah sma pewaris satu nya
Tiara Bella
makasih Thor up nya....sangat menghibur berasa nnton dracin.... semangat ya
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
berada selalu disisi nya untuk menuju kebahagiaan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
wahhh, seperti harapan ku dong /Applaud/
seorang kaisar yang sangat berwibawa yang akan menjadi jodoh nya Lian
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
Lian bobo' cantik, sementara keluarga nya kelimpungan nyariin /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
penyesalan mu telat raja, Lian udah menutup hati nya untuk istana xu
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kabulin dong yang mulai, biar Lian bisa buat gebrakan baru
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pintar, Lian sang jenius baru muncul 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!