FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.
Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.
Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.
Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?
Yuk kepoin.
Semoga banyak yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Bertemu Marini
Davira menaiki angkot menuju pasar. Sejak dia menjadi istri siri Kaffa, tugas ke pasar yang biasa diemban Bi Dioh, dengan senang hati dia lakukan. Davira meminta langsung pada Bu Daisy agar ia belanja ke pasar. Meskipun sikap Bu Daisy dingin, Davira tetap menunjukkan sikap hormat dan rasa sayangnya. Baginya, sikap dingin Bu Daisy atau ibu mertuanya, tidak bisa dia balas dengan sikap yang sama atau bahkan lebih dari itu.
Angkot itu telah sampai di pasar. Davira memasuki pasar itu.
Lapak ikan dan sayur yang pertama kali ia tuju. Dia belanja sesuai apa yang ditulis Bu Daisy di secarik kertas kecil.
Kurang lebih satu jam, Davira menyudahi belanjanya. Semua kebutuhan yang ditulis sang ibu mertua, sudah lengkap dia beli. Sisa uang di dompetnya masih ada beberapa ribu, kini Davira keluar dari area pasar dan mulai mencari angkot.
Karena angkot yang akan dinaikinya harus ngetem dulu di terminal, Davira memilih berjalan dan keluar sedikit dari pasar, untuk mencegat angkot yang langsung pergi dan tidak ngetem.
Davira berhenti di halte, dia menurunkan belanjaannya yang lumayan berat dan banyak. Sejenak ia melepas lelah di sana, sambil mengipas tangan ke arah dadanya.
Davira melamun, pikirannya terbayang kembali dengan Kaffa yang jauh di Papua. Sudah hampir lima bulan, Kaffa tidak pernah menghubunginya atau mengirimkan pesan untuknya.
"Mungkin ini memang balasan bagi aku yang memaksakan cinta. Ternyata Kak Kaffa tidak semudah itu melupakan Mbak Marini." Davira berbicara pelan sambil matanya tidak henti menatap ke arah kanan, melihat angkot tujuan ke rumahnya.
"Kalau aku bisa menemukan bukti berupa foto tentang Mbak Marini, kemungkinan Kak Kaffa akan percaya apa yang aku katakan. Tapi, gimana caranya aku bisa mendapatkan foto itu, sedangkan aku jarang bertemu dengan Mbak Marini?
Sebuah sedan Civcic melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi dari samping kanan Davira. Davira memepet tubuhnya sampai habis batas halte. Sayangnya, ban mobil sedan itu sudah terlanjur menginjak genangan air comberan sisa hujan kemarin.
Sehingga malang tidak bisa dicegah, hijab dan baju Davira basah kena ciprat genangan air yang ditimbulkan mobil itu.
"Aduhhhh, ya ampun," pekiknya menatap hijab dan blusnya yang sudah kotor oleh air comberan. Airnya saja masih menetes dari bajunya. Alangkah banyaknya air comberan tadi yang mengenai hijab dan bajunya Davira.
Davira rasanya ingin menangis, wajahnya masih menunduk menatap baju dan hijabnya yang kini berubah coklat.
Namun mobil sedan Civcic itu mundur perlahan. Davira menoleh ke arah sedan itu, sepertinya orang di dalamnya menyesal dan ingin meminta maaf.
Seorang perempuan berambut sebahu mendongak keluar jendela, lalu menatap ke arah Davira. Wajahnya seperti merasa bersalah.
Davira tersentak, dia mengenal siapa perempuan cantik berambut sebahu itu.
"Mbak Marini." Davira terkejut, wajahnya ia arahkan pada perempuan yang disebut Marini tadi. Kemudian di sebelahnya ada seseorang yang pernah Davira lihat. Dia masih mengenakan kaos polisi. Sepertinya Marini memang sedang bersama pria polisi yang pernah Davira pergoki di salah satu mall.
"Eh, kamu, Davira? Mbak pikir orang lain. Tadi kena cipratan air, ya? Kami minta maaf, ya," ujarnya. Wajah Marini berubah pias, lantas ia buru-buru mengajak pria di sampingnya segera pergi sebelum Davira menyahut.
"Mbak Marini!" teriak Davira memanggil Marini. Namun sayang, mobil yang ditumpangi Marini sudah menjauh dan melaju cepat.
"Keterlaluan Mbak Marini. Tadi sebelum mengenali aku, dia menyesal dan seperti ingin meminta maaf. Tapi, setelah tahu ini aku, Mbak Marini seperti cemas." Davira bergumam memikirkan sikap Marini yang aneh.
Namun, tidak lama kemudian, Davira merasa sikap Marini tidak aneh, sebab dia sedang berusaha menyembunyikan perbuatannya.
"Mbak Marini sepertinya terkejut melihat aku, dan aku melihat dia sedang berada dalam satu mobil dengan seseorang. Sepertinya memang benar, Mbak Marini berselingkuh dari Kak Kaffa. Itu sebabnya Mbak Marini bersikap seperti tadi," simpulnya seraya menatap jauh kepergian mobil yang membawa Marini.
"Seandainya tadi posisi aku dalam keadaan siap, pasti tadi aku abadikan kebersamaan Mbak Marini bersama pria itu."
Davira mengangkat kembali kantong belanjaannya, karena angkot yang dia tunggu datang.
Davira sudah menaiki angkot. Tidak lama angkot itu berjalan melewati jalanan yang mulai ramai.
Dua puluh menit kemudian, Davira sudah tiba di gang menuju rumah ibu mertuanya. Davira kembali menjinjing kantong belanjaan yang berat itu.
Langkah kakinya menuju pintu samping yang tembus menuju dapur. Di sana dia disambut Bi Dioh.
"Neng Vira. Ya ampun, sini bibi bantu. Pasti ini sangat berat." Bi Dioh meraih kantong yang dibawa Davira, lalu membawanya ke dalam dapur. Bi Dioh langsung membereskan ke dalam kulkas.
"Neng Vira pintar belanjanya. Ini semua barang yang dibeli, bagus semua dan tidak layu. Sepertinya sayurannya baru masuk tadi. Dan ikan serta ayamnya, masih fresh. Benar-benar pandai milihnya Neng Vira belanja." Bi Dioh memuji Davira sampai kata-kata Bi Dioh terdengar oleh Bu Daisy.
Bu Daisy menghampiri, dia sebetulnya penasaran dengan apa yang dikatakan Bi Dioh. Bu Daisy mendekati Bi Dioh, ia pura-pura bertanya apakah belanjaannya lengkap dan sesuai dengan list yang ditulis.
Namun, mata Bu Daisy tidak benar-benar menuju belanjaan, sebab sudut matanya terlanjut menoleh ke arah Davira.
"Bajumu sampai kotor, kenapa?" herannya. Namun, tetap saja matanya tajam penuh ketidaksukaan.
"Tadi saat menunggu angkot di halte, ada mobil sedan yang bannya mengenai genangan air comberan, lalu genangan air itu mengenai hijab dan blus Vira," aku Davira.
"Buat apa kamu menunggu di halte. Kenapa tidak ngetem di dalam saja?" Bu Daisy malah seperti menyalahkan.
Davira tidak menyahut, kalau dia berani inginnya mengatakan kalau mobil yang berhasil mengotori hijab dan blusnya adalah salah satu orang di dalam mobil itu Marini. Namun, Davira tidak punya keberanian yang besar.
"Cepat ganti bajumu itu, jangan sampai mengotori dapurku ini," sinisnya sebelum beranjak pergi meninggalkan dapur.
"Bi Dioh, saya ganti baju dulu, ya." Davira meminta izin pada Bi Dioh untuk mengganti baju.
Bi Dioh mengangguk lalu berkata, "Iya, Neng, ganti saja dulu. Tapi, ngomong-ngomong, sebenarnya Neng Vira bajunya itu kena apa? Neng Vira tidak terpeleset di pasar basah, kan?"
"Tidak, Bi. Ini bukan kepleset, tapi keciprat air dari genangan yang kebetulan kelindas ban mobil orang."
"Ya ampun. Memangnya Neng Vira menunggu di mana?"
"Di halte, Bi. Kebetulan di depan trotoar halte itu ada genangan air. Saya tidak tahu kalau mobil sedan itu bakal melaju kencang tepat di air genangan," ujar Davira.
"Ya ampun, Neng. Kasihan amat. Lain kali biar bibi saja yang belanja." Bi Dioh terlihat was-was.
"Tidak apa-apa, Bi. Biar saya saja. Oh iya, sebetulnya saya tadi kenal dengan salah satu orang di dalamnya. Mbak Marini orang yang berada di samping pengemudi itu."
"Mbak Marini? Mbak Marini kekasihnya Den Kaffa?"
"Iya," ujar Davira mengangguk.
"Apa, Marini?" Tiba-tiba Bu Daisy menghampiri saat tidak sengaja mendengar pembicaraan Davira dan Bi Dioh tentang Marini.
Bersambung.
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus