"Kalian siapa? Kenapa perut kalian kecil sekali? Apa kalian tidak makan?" tanya seorang perempuan dengan tatapan bingungnya, dia adalah Margaretha Arisya.
"Matanan tami dimatan cama cacing," ucap seorang bocah laki-laki dengan tatapan polosnya.
"Memang tami ndak dikacih matan cama ibu," ceplos seorang bocah laki-laki satunya yang berwajah sama, namun tatapannya sangat tajam dan ucapannya sangat pedas.
"Astaga..."
Seorang perempuan yang baru bangun dari tidurnya itu kebingungan. Ia yang semalam menyelamatkan seorang wanita paruh baya dari pencopet dan berakhir pingsan atau mungkin meninggal dunia.
Ternyata ia baru sadar jika masuk ke dalam tubuh seorang perempuan dengan status janda bernama Naura Arisya Maure. Setelah menerima keadaan, ia berupaya mengubah semuanya. Namun kedatangan orang-orang di masa lalu pemilik tubuh ini membuat semuanya semakin rumit.
Bagaimakah Arisya bertahan pada tubuh seorang janda dengan dua orang anak? Apakah Arisya bisa kembali ke tubuh aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden 2
Sebuah mobil tiba-tiba oleng ke kanan dan kiri tak beraturan, menghalangi laju jalan motor Arisya. Arisya sudah mengumpati pengemudi mobil itu dengan kata-kata binatang. Namun melihat kaca mobil terbuka dengan seorang pria paruh baya tengah memegang dadanya, membuat Arisya terkejut.
"Astaga..."
"Itu kena serangan jantung apa sesak nafas?" gumamnya yang belum bisa memastikan kondisi pria paruh baya itu.
"Tenang, Pak. Injak remnya," seru Arisya yang langsung mengendarai motornya dengan cepat dan mendekati mobil ugal-ugalan itu.
Itu pengendaranya sesak nafas,
Tolong panggil ambulance,
Teriakan bersahutan dari beberapa pengendara yang sengaja menghentikan kendaraannya. Apalagi sangat berbahaya jika ada kendaraan mendekati mobil itu. Yang ada bisa tertabrak sehingga memilih menghentikan kendaraan mereka di pinggir jalan.
"Nggak bisa," jawab orang itu dengan nada terbata-bata. Arisya sudah berada di samping mobil tersebut untuk sedikit menolong pria paruh baya itu.
Sakit...
Ah... Elah,
Gimana dong ini?
Brakkk...
Dugh...
Aaaa...
Tanpa di duga semua orang, Arisya tina-tiba saja melompat dari motornya hingga kendaraan itu jatuh di aspal. Arisya berlari kemudian melompat lagi hingga berada di atas badan mobil.
Aksi heroik keberanian Arisya itu membuat semua orang menganga tak percaya. Bahkan beberapa dari mereka langsung mengabadikan kejadian menegangkan itu.
Buka tali pengaman pelan-pelan,
Saya akan bantu,
Percaya sama saya, Pak.
Klik...
Buka pintu mobil,
Klek...
Geser badanmu dan lepaskan setirmu,
Bak terkena sihir, laki-laki paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan menuruti perintah dari Arisya. Dia segera bergeser pelan ke kursi sebelahnya. Posisi Arisya sekarang sedang bersiap di atas body mobil dengan tangan memegang pintu.
Arisya segera melompat masuk ke dalam mobil dengan cepat dalam keadaan kendaraan sedang oleng. Akhirnya ia berhasil bisa duduk di belakang kemudi. Semua orang yang melihatnya begitu takjub dan menganga tak percaya dengan keberanian dari Arisya.
"Untung dulu aku jago manjat dan lompat dari pagar sekolah. Berguna juga keahlianku satu itu," gumam Arisya sambil menghela nafasnya lega.
Brakk...
Brumm... Brumm...
Wush...
"Tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Jangan panik, saya akan membawa anda ke rumah sakit." Arisya mencoba menenangkan seorang pria paruh baya yang sudah tampak lemas di sampingnya itu.
Tin... Tin...
IGD...
Ada orang sekarat,
Arisya berteriak dengan membuka kaca mobil setelah memasuki halaman rumah sakit. Satpam memanggil petugas medis hingga suasana di halaman rumah sakit itu begitu ramai. Beruntung sekali jarak rumah sakit dengan tempatnya tadi tidak terlalu jauh.
"Identitas pasien dan penanggungjawab, Nona." sela salah satu suster berbicara kepada Arisya. Sedangkan pria paruh baya itu sudah masuk ruang IGD.
"Waduh..."
"Sebentar saya cari dulu di mobil," seru Arisya yang segera berlari ke arah mobil milik pria paruh baya tadi.
Mbak... Mbak...
Dicari polisi, motornya ditilang.
"Alamak... Apalagi ini?" gerutu Arisya saat mendengar satpam memanggilnya karena dirinya dicari polisi.
"Sebentar, Pak. Saya cari identitas pasien dulu. Soalnya darurat ini, biar ajalah motor itu ditilang. Nanti saya beli lagi," serunya yang tetap berjalan menuju mobil.
"Polisi juga ngapain pakai tilang motor segala. Udah tahu ini darurat, ada yang butuh pertolongan. Masa menolong orang bisa ditilang," gerutunya.
***
"Gautama Nares..."
"Hmm... Kok kaya kenal ya namanya. Duh... Tapi lupa dimana dengar nama itu," gumam Arisya saat melihat sebuah kartu identitas di dalam dompet milik pria paruh baya itu.
Arisya terdiam sambil mencoba mengingat nama orang yang sangat familiar itu. Ia berjalan sambil mengetukkan jari telunjuknya pada dagu. Ia tak mempedulikan satpam yang masih mengikutinya.
"Mbak, jangan kabur ya. Tadi kata polisi, Mbak atraksi di jalan sampai motor dibuang segala."
"Eh... Ngapain ngikutin sih, Pak? Saya nggak kabur. Orang ini lagi nolongin orang sekarat kok. Nyawa lho lebih penting daripada urusan sama polisi. Lagian saya buang motor juga itu kendaraan pribadi saya, bukan milik oranglain." Arisya sedikit terkejut mendengar ada orang yang mengajaknya berbicara dari belakang. Ternyata satpam yang mengikutinya sedari tadi.
"Katanya mengganggu perjalanan dan bikin macet karena motornya di tengah jalan," ucap satpam yang bernama Pak Yono itu.
"Biarin ajalah. Nyawa lebih berharga daripada macet. Tadi juga kalau saya diam, bakalan ada kecelakaan beruntun. Sesak nafas itu pengemudi mobilnya," Arisya kesal karena dirinya disalahkan, padahal ia hanya berniat membantu.
"Mereka hanya butuh klarifikasi mengenai video yang beredar kayanya, Mbak." ucap Pak Yono menenangkan.
"Video apa? Video joget keong racun? Saya nggak pernah buat begituan. Ponsel aja baru punya kemarin," ucap Arisya sambil menggelengkan kepalanya.
Rasanya Pak Yono ingin menjitak kepala Arisya. Orang lagi dalam keadaan serius, malah Arisya berkata asal. Arisya lebih memilih fokus mengurus pria paruh baya itu dibandingkan urusan polisi. Mungkin nanti ia akan menghubungi Pak Michael untuk meminta bantuan.
"Iya, nanti diurus sama pengacara saya. Tenang saja, Pak. Saya tidak akan kabur," ucap Arisya sambil menghela nafasnya saat Pak Yono terus mengikutinya. Namun Pak Yono terlihat menilai penampilannya dari atas ke bawah.
"Nggak meyakinkan sekali. Pakaiannya kumal dan ada beberapa jahitan begitu masa punya pengacara. Dipikir ini novel yang pemerannya nyamar jadi orang kismin," gumam Pak Yono sambil menggelengkan kepalanya.
"Halu atau udah nggak waras ini cewek. Cantik sih, tapi sayangnya tukang halu." lanjutnya yang memilih membiarkan Arisya pergi.
***
Astaga...
"Ini kan pemilik rumah sakit swasta yang terkenal itu. Pengusaha juga."
"Oh iya... Waktu ini namanya disebut saat konferensi pers kasus copet yang menimpa istrinya. Ya... Ibu Nayra, orang yang aku tolongin waktu itu."
Arisya akhirnya sadar jika yang ditolongnya saat ini adalah suami dari Ibu Nayra. Wanita paruh baya yang malam itu ditolongnya dari penjambretan dan membuat dia meninggal hingga berpindah jiwa.
"Apa ini suatu kebetulan? Bertemu dengan suami dari orang yang bersamaku terakhir sebelum meninggal. Apa ini cara bikin aku bertemu kembali dengan masa laluku? Atau ini cara biar aku bisa bertemu dengan Ibu?" gumamnya dengan perasaan campur aduk.
"Apa Ibu akan percaya kalau ini Arisya anak kandungnya? Wajahnya beda, tapi tingkahnya sama." Arisya menghela nafasnya pelan. Ia segera menyelesaikan administrasi dari Pak Gautama atau biasa dipanggil Papa Tama itu.
Arrghhh...
Membingungkan,
Sudahlah, yang penting aku membantu nyawa Pak Tama dulu.
Lagian bodohnya aku yang tak mengenali Pak Tama. Wajahnya saja sudah wara-wiri di dunia bisnis dan workshop kesehatan,
Mana bawa ke rumah sakitnya ke sini lagi,
"Permisi, Nona Naura. Kami sudah menghubungi pihak keluarga dari Tuan Gautama Nares. Mereka akan segera datang ke rumah sakit untuk mengurus kepindahannya," ucap seorang suster yang membantu Arisya menghubungi keluarga Papa Gautama. Ternyata pihak keluarga Papa Tama akan memindahkannya ke rumah sakit lain.
"Baiklah, terimakasih." Arisya sedikit menundukkan kepalanya sebagai ucapan terimakasih.
Apa yang terjadi?
Kamu apakan Papaku?
Aku yang menolong Papamu,
Nggak mungkin,
Wajahmu tidak meyakinkan,
Kurang ajar,
Sudah dibantu, malah ngatain orang.
KOK ISO²NE DADI MANG OJEK TO KOOOOOOOOO RICKOOOO
lucu banget theo dan gheo
lanjut thor please
ke SKAK sama anak kecil iniJUDULNYA👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏