NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 2

Pewaris Terhebat 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.

Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.

Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.

Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.

Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Banyak tim pencari yang dikirimkan ke pulau Tuzon sesuai perintah Xander. Sisanya masih melakukan pencarian di pulau lain, pusat kota Petalland, dan pinggiran kota.

Xander menunggu dengan tidak sabaran, beberapa kali berpindah dari balkon, kursi hingga akhirnya memilih keluar rumah untuk sekadar berjalan-jalan di sekeliling halaman dan danau. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, tetapi awan mendung sudah menaungi Royaltown sejak beberapa setengah jam lalu.

"Aku harap rencanaku berhasil." Xander berhenti di sisi danau, memandangi dua angsa yang sedang kejar-mengejar, lalu terbang menjauh. Setelah menemukan pencerahan dari petunjuk yang diberikan Noah Blair, ia kembali menganalisis banyak hal. Akan tetapi, kesimpulannya tetap tertuju pada pulau Tuzon dan perkampungan di sekitar bukit yang menjadi tempat persembunyian Evan Krest.

Xander pergi untuk berlatih.

Selain berlatih beragam bela diri, Xander juga terus berlatih dalam berbagai bidang, seperti penggunaan beragam senjata, peningkatan kecepatan, peningkatan ketahanan tubuh, kelincahan hingga siasat dari para pengawal terlatih lainnya.

Perkembangannya naik signifikan dibanding saat pertama kali berlatih. Akan tetapi, itu belum cukup membuatnya sejajar dengan pengawal tingkat atas.

Selesai dengan latihan di atas, Xander berlatih bela diri dengan bimbingan langsung dari Miguel.

Untuk ke sekian kalinya, ia kembali gagal menjatuhkan Miguel dan hanya beruntung bisa mendaratkan dua serangan meski tidak banyak berefek pada pria itu. Setelah berlatih cukup lama, ia memang merasakan banyak kemajuan. Hal itu dikuatkan dengan pendapat Miguel. Sayangnya, jarak yang terbentang antara dirinya dan Miguel masih cukup jauh.

Xander berkali-kali tumbang setelah diserang Miguel. Begitu waktu usai, ia masih terbaring di ring, mengatur napas yang terengah-engah, menatap langit-langit ruangan. "Ini masih belum cukup. Aku masih sangat lemah dibandingkan yang lain."

"Kerja bagus, Tuan. Anda sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa," ujar Miguel seraya mengulurkan tangan. "Sayangnya, itu masih belum cukup untuk membuatku terluka. Anda akan bernasib sama seperti Edward saat aku bersungguh menyerang Anda."

Xander berdiri sambil menarik tangan Miguel, menatap pria di depannya lekat-lekat. Ia masih mengingat bagaimana Miguel menumbangkan Edward dan Theo Lennox dari belakang dalam waktu sekejap. Jika ada musuh sekuat Miguel, ia pasti akan bernasib tak jauh berbeda dari Edward dan Theo Lennox.

Xander menyadari jika Miguel bisa saja membunuhnya dengan mudah dan hidup bebas tanpa perlu menuruti perintahnya lagi. Hanya saja, pria itu sama sekali tidak melakukannya.

"Miguel, apa alasanmu untuk tetap mengikutiku?" tanya Xander.

Miguel terdiam sesaat. "Karena Anda sudah berhasil mengalahkanku, Tuan."

"Mengalahkanmu?"

"Anda mengalahku dengan kecerdikan dan kebaikan Anda, Tuan. Kecerdikan dan kebaikan Anda membuatku tidak bisa berkutik. Anda menyelamatkan adikku yang sedang terluka sangat parah. Meski Anda mengatakan bahwa menyelamatkan adikku adalah salah satu cara untuk membuatku memiliki hutang budi pada Anda, tapi aku bisa melihat jika Anda tulus menolong adikku. Selain itu, Anda sudah menunjukkan padaku bagaimana Anda bisa mengalahkan dendam Anda atas perlakuanku di masa lalu. Tidak semua orang bisa melakukan seperti yang Anda lakukan. Menjadi bawahan Anda seumur hidup adalah hukuman panjang yang aku nikmati."

Xander diam sejenak, mengingat kembali bagaimana pertemuan pertamanya dengan Miguel. Bisa dikatakan ia sangat marah pada Miguel ketika tahu bahwa pria itulah yang sudah menyebabkan dirinya terpisah dari kedua orang tuanya dan menjalani hidup yang sangat berat. Akan tetapi, setelah melihat bagaimana perjalanannya hingga ke titik ini, ia sadar bahwa pilihan untuk menjadikan Miguel sebagai anak buahnya adalah keputusan tepat. Lambat laun perasaan dendamnya menghilang dan berganti menjadi rasa memiliki.

"Entah sejak kapan aku sepenuhnya percaya padamu, Miguel. Aku pikir ayah dan pamanku juga merasakan hal yang sama." Xander mengembus napas panjang. "Aku senang kau berada di sisiku. Aku akan terus mengandalkanmu. Kau harus menjaga kepercayaanku dan ayahku dengan sebaik mungkin."

"Hidupku sudah sepenuhnya aku serahkan padamu, Tuan. Aku sepenuhnya milikmu, begitupun dengan seluruh keturunanku." Miguel membungkuk, tersenyum tipis.

Xander menuruni ring, mengeringkan keringat dengan handuk yang diberikan Govin.

Latihan hari ini membuatnya cukup kelelahan, tetapi di saat yang sama ia merasa belum cukup.

Xander pergi ke kamar setelah semua sesi latihan selesai. Di tengah guyuran air, ia memikirkan jalan untuk mencari keberadaan Evan Krest bila kesimpulan awalnya tidak membuahkan hasil. Meski sangat berharap bahwa kesimpulan awalnya bisa menemukan Evan Krest, tetapi tidak menutup kemungkinan jika hal tak terduga bisa saja terjadi. Melihat latar belakang Evan Krest, ia meyakini jika tidak akan mudah menemukannya.

Xander bergegas memakai baju, mengisi tenaga dengan makan siang dan berbincang santai dengan Lizzy, Sebastian, Samuel, dan Lydia. Ia menemani Lizzy untuk melakukan pengecekan kandungannya yang sudah menginjak empat bulan. Ia benar-benar tidak sabar menunggu kehadiran buah hatinya yang akan menjadi pewarisnya nanti.

Xander memasuki ruang kerjanya. Sudah lewat dari tiga jam sejak ia mengirim tim pencari ke pulau Tuzon. "Bagaimana dengan pencarian di pulau Tuzon, Govin?"

"Tim pencari mengabarkan kalau mereka belum menemukan Evan Krest, Tuan. Mereka sudah mencari ke sekitar hutan, bukit dan seluruh sudut pulau Tuzon. Sayangnya, tidak ada pentunjuk yang mereka dapatkan di sana."

"Mereka tidak mendapat petunjuk?" Xander berbalik menghadap Govin, terkejut meski dengan cepat menguasai diri. Ia memejamkan mata sesaat, berjalan menuju balkon. Hujan tampak mengguyur cukup deras di luar.

Xander terdiam agak lama untuk memutuskan rencana terbaik. "Tarik sebagian besar tim pencari dari pulau Tuzon dan perintahkan mereka untuk berjaga di pinggiran pulau. Sisa tim pencari tetap berada di sekitar tebing."

"Baik, Tuan." Govin segera menghubungi ketua tim pencari.

Xander termenung di sisi balkon meski hujan semakin mengguyur deras. Pikirannya benar-benar terasa buntu. Ia cukup yakin kesimpulannya benar, tetapi fakta justru berkata sebaliknya. Haruskah ia kembali menemui Noah Blair untuk mendapatkan petunjuk lain? Atau haruskah ia turun tangan secara langsung ke pulau Tuzon?

"Aku harus tenang." Xander berbalik, kembali menuju ruangan.

Pria itu duduk di kursi, kembali mengamati peta kota Petalland di layar tablet. Ia memeriksa dari awal hasil kesimpulannya dan mulai melakukan analisis lain. Sayangnya, pikirannya mendadak buntu.

Xander memejamkan mata dengan kedua tangan menyatu di dahi. Pikirannya terus bekerja keras memecahkan petunjuk dan merangkai kesimpulan baru.

"Govin, bagaimana dengan informasi yang kubutuhkan? Apa sudah siap?"

Govin memeriksa jam tangan, menunggu sesaat. "Sudah, Tuan."

Govin segera menampilkan data di layar besar. Deretan foto dan beberapa tulisan seketika muncul. "Berikut informasi mengenai pertempuran empat puluh tahun lalu antara negara Vistoria dengan negara Lytora."

Xander membaca informasi secermat mungkin. Sesuai dengan yang pernah ia baca, negara Vistoria berhasil memenangkan pertempuran dengan negara Lytora. Akan tetapi, di paragraf terakhir tertulis catatan jika pasukan yang tewas dari negara Vistoria justru lebih banyak dibanding pasukan dari negara Lytora.

1
Siti Norina
untuk beberapa hari kedepan kayaknya gw harus ngepet ni thor buat beli kuota demi PT.
#✌️✌️✌️
y@y@
💥👍🏿🌟👍🏿💥
y@y@
⭐👍🏻👍🏼👍🏻⭐
Glastor Roy
up
Ablay Chablak
lamaaa
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
y@y@
🌟👍🏾👍🏿👍🏾🌟
Rocky
Kira2 apa ya 'sesuatu' yg di maksud Kakek Evan ?
Ablay Chablak
noh udh gw kasih hadiah thor...rajin2 ya updatenya
Rahmat BK
penderitaan di mulai
y@y@
🌟👍🏻👍🏼👍🏻🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
Ablay Chablak
sehari 4bab lah thor
ikhsan
penasaran sama kelanjutannya gimna perjalanan xander
cepat² di up nya min
Glastor Roy
up
Siti Norina
nunggu up nya smp lupa sarapan thor
#makan2
Ablay Chablak
lama nih alur cerita ivan krest nya sampe 3 hari blm kelar
MELBOURNE: Disaksikan terus jangan sampai kelewatan yaa😘😘
total 1 replies
amienda
up byk2 thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!