Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 10
Sebelum hari keberangkatannya keluar kota untuk menemani Juna melihat kosan yang akan di tempatinya selama kuliah, Shafa tidak sengaja bertemu dengan ibu Juna di pasar tradisional yang menyediakan berbagai macam baju, perlengkapan sekolah hingga sayur mayur dan perdagingan. Shafa yang saat itu sedang mencari baju untuk bekerja, sedangkan ibu Juna sedang berbelanja bahan masakan. Karena kurangnya stok baju di rumah, Shafa terpaksa membeli baju baru. Pasalnya dia bekerja di bidang jasa dan pelayanan, setidaknya dia harus memantaskan diri sebaik mungkin agar para pelanggan merasa nyaman ketika harus berhadapan dengannya ketika dia melayani mereka. walaupun hanya bisa dia beli di pasar loak yang harganya lebih terjangkau, bukan di mall ternama.
Mereka berpapasan ketika Shafa akan ke parkiran motor yang jaraknya dekat dengan tukang sayur mayur. Ibu Juna yang menyadarinya duluan sebelum Shafa benar benar pergi dengan motor milik bapaknya.
"Shafa.." teriak ibu Juna memanggil Shafa yang saat itu juga langsung menoleh ke arah sumber suara.
"mamah Juna.." girang Shafa melambaikan tangan sembari mendekat ke arah ibu Juna. Jangan heran kalau Shafa memanggil ibu Juna dengan panggilan mamah sedangkan Juna memanggil ibunya sendiri dengan sebutan ibu. Itu karena, menurut Shafa lebih imut dan pantas saja karena ibu Juna yang terlihat lebih muda dari usianya sekarang yang menginjak empat puluh tahun lebih.
"mamah Juna lagi apa?belanja sayuran ya?" tanya Shafa ketika sudah berhadapan langsung dengan ibu Juna.
"iya..biasa lah ibu ibu." senyum mengembang menghiasi wajah ibu Juna.
"kamu sendiri abis ngapain disini? belanja?" lanjutnya
"iya..buat keperluan kerja."
"udah sarapan belum? Makan bareng dulu yuk..udah lama juga baru ketemu lagi" ajak ibu Juna. Ya, hari ini Shafa tukar shift sore dengan karyawan lain di cafe nya. Jadi tidak heran sepagi ini dia sudah berada di pasar tradisional ini.
Shafa menerima tawaran ibu Juna untuk sarapan bareng. Dan disinilah mereka, ditempat soto ayam langganan ibu Juna.
"orang tua kamu apa kabar? Denger dari Juna, katanya sempat di rawat bapaknya?"
"iya..kemaren sempat ngedrop tapi sekarang udah baikan mamah Juna. Udah pulang juga." jawab Shafa sembari memakan soto ayamnya.
"syukur deh kalau udah sehat lagi. Kamu kerja dimana Shafa? kenapa gak istirahat dulu aja..baru lulus kemaren, langsung kerja aja." sambung ibu Juna yang juga menyantap soto ayamnya.
"di cafe punya teman. Gapapa mamah Juna, mumpung ada kesempatan juga. lagian udah pengen banget bantu bantu buat biayain orang rumah" jawab Shafa.
"hmmm bangga mamah dengernya kalau gitu. Yang semangat ya"
Shafa mengangguk sembari tersenyum menanggapi ucapan ibu Juna.
"ngomong ngomong, Juna udah kasih tau kapan dia mau keluar kota buat ngecek kosannya?" lanjut ibu Juna.
"udah..Jumat besok. aku di ajakin juga buat ikut kesana, katanya sekalian dia mau jalan jalan."
"hmm Shafa, mamah boleh minta tolong gak?" ibu Juna mendadak berucap ragu. Shafa yang mendengar nada bicara ibu Juna yang terdengar ragu, menegakkan punggungnya dengan wajah bertanya.
"minta tolong apa ya mamah Juna?"
"tolong bujukin Juna supaya dia mau ajakin Nadia buat barengan kesana."
"hm Nadia?" tanya Shafa yang sama sekali tidak mengerti
"iya..Nadia, calonnya Juna." terang ibu Juna.
"calon Juna?" Shafa masih tidak mengerti arah pembicaraan ibu Juna.
"kamu belum tau soal Nadia?" kaget ibu Juna. Ia kira anaknya sudah memberitahu Shafa tentang rencana orang tuanya yang akan menjodohkan dia dengan Nadia.
Shafa menjawab dengan gelengan kepala dan rasa ingin tahu tiba tiba menyeruak. Juna tidak pernah cerita apapun tentang Nadia. Calon, apakah calon istri yang dimaksud ibu Juna? Shafa menutup mulutnya dengan terkejut karena ingat pertanyaan yang di ajukan Juna tentang perjodohan. Apa Juna dijodohkan?
"maksud mamah Juna, Nadia itu calon istrinya Juna?" tanya Shafa ragu. namun ibu Juna menggelengkan kepala dengan lambaian tangan.
"belum sejauh itu, cuma mau ngenalin Juna ke Nadia. Orang tua Nadia itu teman bisnis ayahnya Juna. kebetulan Nadia juga keterima di kampus yang sama dengan Juna. Jadi orangtuanya sekalian minta Juna buat jagain Nadia. Syukur syukur bisa cocok dan kalau Juna nya setuju, ya bisa lanjut ke tahap yang lebih serius." terang ibu Juna.
"mamah kira, Juna udah ngasih tau hal ini ke kamu. Ternyata belum ya.." sambung ibu Juna.
"Juna belum cerita apa apa" jawab Shafa jujur
"nah maka dari itu, mamah minta tolong ya. Besok kalau bisa bujuk Juna supaya dia mau ajak Nadia buat ikut kalian keluar kota. Lagipula mereka bakal sekampus dan kosannya deketan. Supaya mereka bisa tambah akrab juga. kalau mamah yang nyuruh, mana nurut dia."
Shafa merasa gamang, karena ia yang ingin memakai motor buat jalan jalan dengan Juna besok. Tapi Shafa gak boleh egois kan?
"gimana ya mamah Juna..besok rencananya mau pakai motor kesananya." jawab Shafa meragu
"ganti pakai mobil aja ya, tolong bujuk Juna. dia pasti nurut sama kamu.ya..." pinta ibu Juna. Shafa yang mendengar permohonan itu, mana sanggup ia menolaknya.
"yaudah aku usahain bujuk Juna ya." angguk Shafa
"makasih Shafa.." ibu Juna tersenyum senang. Mereka pun melanjutkan makannya dengan diselingi beberapa obrolan ringan lainnya. Walaupun Shafa sesekali ingat Juna dan bertanya tanya, kenapa Juna tidak memberitahunya tentang perjodohan itu. Mungkin waktunya yang belum tepat atau Juna yang tidak ingin memberitahunya sama sekali. Entahlah. Yang jelas sekarang bagaimana caranya supaya dia bisa membujuk Juna agar mau mengajak calonnya yang bernama Nadia itu. Dengar dari cerita ibunya Juna, sepertinya Juna menolak rencana perjodohan itu.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya