Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
Amara terbangun dari tidur panjangnya, lagi lagi ia sendirian. " Dion tak pulang". Gumamnya. Amara memutuskan untuk membersihkan diri.
Tidak ada apapun di dalam kamar itu, biasanya setiap hari anniversary sudah ada buket bunga di atas meja riasnya. Walaupun sederhana, namun Dion tak pernah lupa.
Amara tak lagi peduli, ia lebih memilih fokus karena hari ini dia akan kembali ke perusahaan. Namun saat baru saja keluar dari kamar mandi, Dion datang sambil membawa seikat bunga mawar segar.
"Selamat hari anniversary sayang." ciuman singkat pada bibir Amara membuatnya seketika mematung.
"kamu membawa bunga untukku setelah semalaman bercinta dengan selingkuhanmu. Menjijikkan."
Dion tersenyum lebar tanpa tahu saat ini Amara sudah sangat jijik padanya.
"Sayang, senyum dong. Ini hari bahagia kita." ucap Dion. Namun Amara tidak ingin Dion curiga, ia kembali memainkan perannya.
"Terimakasih sayang atas bunganya, tapi semalam kamu lembur lagi?." tanya Amara.
Dion salah tingkah, ia hanya tersenyum kaku dan mengangguk.
Dion memutuskan untuk mandi tanpa menyentuh Amara lebih intens. Hanya ciuman singkat sebagai simbol bahwa mereka sepasang kekasih. Sudah seminggu Amara tidur sendirian, namun ia tak lagi mengeluh dan bahkan senang dengan hal itu.
Saat Dion sedang mandi, sebuah pesan masuk di ponsel pria itu.
" Sayang, terimakasih hadiahnya. Ini hadiah ulang tahun paling indah yang pernah aku terima." sebuah pesan masuk dengan foto kalung berlian mewah yang memanjakan mata. kini Dion tak lagi mengubah nama Vanya menjadi nama laki laki, melainkan sebuah emoticon hati yang membuat hati kecil Amara sakit.
Amara tertawa tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di hari anniversary pernikahan mereka ia hanya mendapatkan seikat bunga mawar yang bahkan setiap tahun sudah ia terima. Sementara Vanya, mendapatkan kalung berlian yang indah di hari ulang tahunnya.
"Menjijikkan." gumam Amara pelan sambil tertawa tak percaya.
Tak berselang lama Dion datang, Amara sudah meletakkan ponsel itu kembali saat mendengar gagang pintu kamar mandi terbuka.
" Sayang, aku ada pekerjaan mendadak. Hari ini kita tidak bisa quality time. Tapi akan aku usahakan kita pasti bisa melakukan itu. Aku sangat sibuk." ucap Dion dengan nada lembut, namun di pendengaran Amara suara itu tak ubah seperti anjing yang sedang menjilat tulang.
" No problem." jawab Amara dengan singkat. Amara hendak pergi namun Dion menarik tangannya.
Dion tersenyum bahagia karena tidak mendapat penolakan dari Amara. Hari ini ia akan berlibur dengan Vanya untuk merayakan ulang tahun gadis itu. Dan semuanya berjalan lancar, Amara tak keberatan dan mengijinkan dirinya untuk pergi.
Sementara itu Amara menatap datar punggung Dion yang sedang bersiap siap.
"terus saja berbohong padaku, jangan pikir aku tidak tahu bagaimana kelakuanmu di belakang ku Dion." Amara pergi dari ruangan itu. Namun saat sudah di ambang pintu, ia teringat dengan permintaannya yang akan pergi ke salon. itu bisa menjadi alasan kuat supaya dia bisa pergi ke perusahaan.
" Sayang,." panggil Amara, meskipun ia jijik mengucapkan kalimat itu, namun ia terpaksa.
" Apa?." jawab Dion yang sedang merapikan rambutnya.
"Hari ini aku mau ke salon. Bukankah kamu sudah gajian, jadi tidak masalah kan kalau aku pergi." ucap Amara.
" Tentu sayang, lakukan hal hal yang kamu inginkan hari ini. Aku sudah mengirimkan uang dua juta ke rekeningmu. Bersenang senanglah." ucap Dion tanpa beban.
Amara menghela nafas tak percaya, dapat apa dengan dua juta. Bahkan ke salon pun tak bisa. Amara ingin protes. " Dua juta, itu tidak cukup Dion. Bukannya gajimu tigapuluh juta, ini baru sehari kemana sisanya?." tanya Amara. Meskipun sudah tahu namun ia tetap ingin bertanya.
"Itu,,, mobil rusak jadi harus di perbaiki." ucap Dion dengan tergugup.
Amara tersenyum getir, " bilang saja sudah kamu belikan hadiah pada selingkuhanmu."gumamnya. Ia memilih pergi dari kamar itu.
" Dion, alasan ku untuk bercerai darimu sudah kuat. Kamu berselingkuh dan tidak lagi menafkahi ku." gumam Amara. Saat ini ia berada di ruang Londry. Ia hendak mencuci bajunya namun tak sengaja melihat nota belanjaan di saku celana Dion.
Begitu banyak belanjaan hingga barang mewah turut di beli. Amara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Ternyata benar, ketika seseorang sedang jatuh cinta, dia akan menjadi sangat bodoh." gumam Amara. Ia tak jadi mencuci baju Dion dan malah mencuci bajunya sendiri.
.
.
Saat ini Amara sudah berada di dalam mobil. Ia di jemput oleh supir pribadinya yang ditugaskan David untuk menjemput dan mengantarnya setiap hari. Saat di perjalanan, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
Senyum bahagia dari foto mesra tersebut membuat Amara menggenggam ponselnya erat.
" Pantainya sangat indah." pesan terakhir dari nomor tak dikenal itu membuat dada Amara memburu.
"Beraninya kamu mengirimkan pesan untukku wanita tidak tahu malu." gumam Amara. Ia memutuskan tak perduli dan mematikan ponselnya. Namun pesan terus saja berdatangan, foto foto mesra itu semakin banyak di kirimkan.
Amara tak terpancing, "Murah banget". Satu pesan singkat dari Amara mampu membuat pengirim pesan kepanasan tak terima. Vanya melempar ponselnya ke ranjang dengan ekspresi kesal.
" Bisa bisanya dia tidak terpancing." gumam Vanya dengan raut wajah kesal. Sementara Dion tak berada di kamar, Dion sedang keluar sebentar untuk memesan makanan.
" Lihat saja Amara, sebentar lagi aku akan memperlihatkan diriku di hadapanmu. Entah apa yang akan kamu lakukan, yang pastinya saat itu juga tak ada seorangpun yang akan membelamu." senyum miring terukir di wajah Vanya. Rencana jahat terus saja berputar di kepalanya. Apalagi hari penandatanganan kontrak akan segera di laksanakan, ia semakin gelisah. Ia tidak mau Amara diperkenankan sebagai istri Dion, ia ingin nanti di malam penandatanganan kontrak dirinyalah yang diperkenalkan Dion sebagai istrinya.
.
.
Amara memasuki perusahaan, ia bekerja dengan baik sebagai seorang pemimpin. Perusahaan mengalami kemajuan padahal ia baru dua hari bekerja.
" Nona, group Vaughn Capital mengajukan kontrak kerjasama dengan grup Sinclair. Ceo perusahaan itu masih muda, sama seperti nona. Namanya Leonard Vaughn putra kedua dari keluarga Vaughn. Mohon nona lihat dulu kontraknya." ucap Clarissa sambil menyerahkan kontrak kerjasama itu.
Amara membuka lembaran tipis itu dan mengamatinya dengan seksama. Sistem yang akurat dan perencanaan yang sistematis membuat Amara sangat terpukau, kontrak itu bisa dipastikan akan berhasil 100 persen apabila di kerjakan.
Amara berpikir sejenak, kemudian ia mendapatkan ide brilian.
" Atur pertemuan dengan CEO perusahaan Vaughn Capital."
"Baik nona."
Amara bersandar pada kursi sambil menyatukan jari jarinya. Pandangannya mengarah kedepan dengan begitu banyak rencana matang di dalam pikirannya. " perusahaan Olistair." gumamnya pelan.