Musim panas sudah di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
namun bukannya mendapat liburan yang menyenangkan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
[Tingkah Yang Akan Menghancurkan mu]
Sella berusaha ramah walaupun hatinya gersang, ingin meledak saat itu juga di hadapan gadis tak tahu adab itu, tapi ia menahan diri, menekan gejolak amarahnya dan menganggap jika hal itu hanyalah kenakalan bocah remaja.
"Nama yang bagus, kamu mengingatkanku pada minuman chai manis yang sering aku minum di sore hari. Apakah kamu datang kemari untuk berlibur bersama temanmu?" Sekali lagi Sella mencoba mengobrol dengan Chai Tea tapi, gadis itu malah mengabaikannya.
"Kak, bisakah kamu jangan berhubungan dengan wanita seperti ini karena dia adalah iblis yang kejam." Bisik pedas Chai Tea ke telinga Zee.
"Chai! Jaga bicaramu!" Tegas Zee, suaranya pelan tapi tajam.
Tapi pembicaraan itu terdengar jelas oleh Sella, seketika ia langsung tersinggung dan murka disebabkan dirinya digosipkan seperti itu. Ia bersabar setelah mendapatkan ketidaksopanan berkali-kali dari bocah itu sampai hatinya mengkal hati dan tertantang. Tak ada senyuman lagi terlihat, hanya kerutan dahi terpampang jelas di wajahnya.
Tak ingin membuang waktu, Chai Tea menarik tangan Zee dan membawanya kabur menjauh dari Sella. Zee yang tak diberikan kesempatan untuk bereaksi, ia pun ikut berlari dengan keadaan bingung. Mereka pergi meninggalkan Sella tanpa sepatah kata.
"Chai! Apa-apaan kamu? Lepaskan!" Tegas Zee, berusaha menghentikan langkah.
"Diamlah! Nanti dia mengikuti kita." Sahut Chai Tea, menarik paksa.
Dalam keadaan naik radang, Sella tak mengerti mengapa dia dimusuhi tanpa kejelasan. Tapi kemudian ia mengingat bahwa ada seorang gadis yang juga tak punya sopan santun terhadapnya tak lama ini, Sella semakin yakin mengingat jelas bila keduanya adalah orang yang sama.
Dengan rasa kesal Sella mengepalkan tangan sambil menggertak kuat giginya, dalam benak yang dipenuhi akan amarah yang meledak-ledak bak gunung berapi. Baru kali ini ada orang yang berani dan tidak sopan terhadap dirinya, ia benar-benar tak terima.
Samar-samar terdengar mulutnya dipenuhi oleh kata kata yang mengutuk bagai seorang penyihir. Selama ini ia selalu dihormati dan dijunjung tinggi karena kekuasaannya sebagai Ratu Ombra Noir, semua orang takut dan tunduk tak ada yang berani menatap langsung matanya dan begitu taat mengikuti semua perintah darinya.
Tetapi sekarang dihadapannya telah lahir seorang bocah yang masih mengkal pikiran tapi sudah berani memperlakukan dirinya bagai jalang yang hina. Ia tak akan segan-segan membalas perlakuan itu dengan pelajaran yang tak akan pernah bisa dilupakan oleh Chai Tea di semur hidupnya.
"Chai, liburanmu akan berubah menjadi neraka yang mengerikan, tunggu saja!" Gumam pedas sella.
Tatapan tajam tersorot ke arah mereka yang sudah pergi jauh membuat kemarahan hati yang meluap-luap.
Sementara itu, Cherry masih berdiri diam di sana memperhatikan gerak-gerik wanita itu dengan gelagat aneh, ia merasa ada yang tak beres dengan tingkah Sella yang terus-terusan komat-kamit dan bergumam tak jelas sendiri bak seorang dukun yang sedang membaca mantra, menyantet target dengan lirikan membunuhnya.
Hingga Sella pun akhirnya sadar bila dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia mengerling keras pada Cherry, membalas lirikan gadis muda itu dengan tatapan geli, memandang sekejap penampilannya yang hanya mengenakan kaos hitam pendek seperti seorang cowok.
Sella mengerutkan keningnya, memandang remeh, seperti melihat sesuatu yang menjijikan.
"Apa-apaan penampilanmu itu, aneh sekali." Sindir Sella secara terang-terangan.
"Anak muda jaman sekarang memang begini semua."
Sella menargetkan gadis muda itu sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kekesalan dan rasa malu setelah ditinggalkan pergi. Tapi tak pernah duga jika Cherry bukanlah gadis lemah ataupun manja seperti Chai Tea yang bisa diolok-olok.
"Apa maksud ucapanmu, nenek tua? Daripada mengurusi penampilanku lebih baik sadari dirimu dahulu yang terlihat seperti wanita simpanan!"
"Dasar jalang kunti merah, jangan sampai aku melihatmu lagi!" Balas sinis Cherry, memicingkan mata pada dadanya yang hampir keluar dari bra merah tua.
"Apa?" Sella terkejut, tak bisa berkata lagi.
Daripada berdebat tak jelas seperti orang gila, Cherry memilih meninggalkan pergi wanita itu sambil menarik koper milik Chai Tea bersamanya. Lagi-lagi terdengar samar-samar suara dari Sella yang terus-menerus mengomel tidak jelas dari belakang.
"Apa-apaan dia? Awas saja aku juga akan memasukkan mu ke dalam daftar hitamku!" Ancam Sella sambil berkacak pinggang.
Sebaliknya, Cherry sama sekali tidak memperdulikan ucapan Sella sebab dirinya saat ini sedang liburan bukan untuk mencari masalah dengan orang tak sehat. Lagipula ia tidak terlalu mengerti pemikiran orang kaya yang hanya memikirkan tentang kehormatan.
Saat dilihat dari tingkah Sella yang mencurigakan, Cherry yang berpengetahuan luas di dunia kriminal dengan mudahnya menyimpulkan bahwa Sella bukanlah golongan orang kaya biasa pada umumnya, kemungkinan besar dia merupakan kelompok penjahat internasional.
Jika tebakannya benar, berarti akan sangat berbahaya untuk Chai Tea. Cherry menjadi sedikit cemas sebab temannya yang tengil itu telah membangunkan kemarahan si kunti merah seperti bara api.
-----
Setelahnya, di ruang tunggu lobby hotel tampak resepsionis sedang mengurus perpesanan kamar untuk tamu. Sementara itu Chai Tea terlihat gelisah saat duduk bersebelahan dengan sang kakak, berkali-kali ia memalingkan pandangan sebab tak berani melihat ke samping.
"Aduh... Kakak kalau lagi marah seram banget."
"Uang jajanku dipotong tidak ya?" Decak Chai kamu, dalam benak.
Di sebelahnya, Zee masih memendam kekesalan akan tingkah adiknya. Terus-terusan memelototi tanpa henti, ia ingin agar Chai Tea melihat kemarahannya yang telah menumpuk bagai lava di dalam gunung berapi.
"Apakah kamu tidak takut matamu akan copot?" Ucap Chai Tea, sedikit bercanda untuk mencairkan suasana.
"Kelakuanmu tadi sangat keterlaluan seperti orang yang tidak berpendidikan, aku tidak pernah mengajarkanmu perilaku seperti itu."
"Setelah ini aku akan meminta maaf pada Nona Sella atas tingkahmu yang kurang mengenakkan itu." Omel Zee, menahan geram.
"Kenapa kamu yang meminta maaf? Lagipula dia bukanlah atasanmu, jadi tak sepantasnya berhubungan jika tidak penting."
"Terlebih lagi wanita itu yang memulainya lebih dulu, hingga aku terpaksa ikut campur." Jelas Chai Tea, memonyongkan bibirnya, menukik alis.
"Apa maksudmu? Pernah ada konflik diantara kalian berdua?"
"Oke, aku akan menjelaskan semuanya, tentang bagaimana bisa aku dan si nenek itu bermusuhan."
"Tapi kakak harus janji agar tidak dekat-dekat lagi dengan dia." Pinta Chai Tea, memandang yakin.
________
Kejadian ini bermula tiga hari yang lalu ketika Chai Tea dan Cherry baru saja memasuki area perkampungan di pinggiran kota yang akan melewati perbatasan kabupaten, sekitar jam sebelah dini hari.
Chai Tea sempat mendapatkan sebuah undangan beberapa hari lalu dari komunitas mobil balap liar yang akan diadakan secara ilegal di daerah kawasan pegunungan.
Tamu penting yang diundang secara khusus ialah dirinya sebab Chai Tea merupakan seorang rider yang sudah terkenal dikalangan dunia balap. Kendati terkesan mengada-ada sebab dilaksanakan secara terbuka, tetapi Chai Tea tetap kekeuh ingin bertanding.
"Chai! Aku serius, kamu ini bisa saja diincar."
kadang pembaca bisa nggak jadi baca kalau paragraf nya sesak begini.
maaf yah kak, aku cuma ngasih sran