Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.
Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?
Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditabrak Sepeda
“Aw... aw... aaaa... sakit!”... rengek Danis dengan suara pelan sambil memegang pergelangan kakinya.
Ternyata Danis baru saja di tabrak oleh seseorang dengan sepeda. Tampaknya pria itu juga sedang berolahraga.
Danis jatuh terduduk, dengan kedua tangannya di aspal jalan menopang tubuhnya.
Danis yang sedang asik video call’an dengan anaknya, tidak menyadari kalau ada orang bersepeda mendekat ke arahnya dengan kecepatan lumayan tinggi.
Dan rupanya orang yang bersepeda itu juga tidak tahu kalau di depannya ada orang yang akan menyebrang. Karena dia sementara memandang ke arah danau dan menikmati keindahan danau di sekitar tempat itu.
“Oh sh*t...!!”
“I’m sorry, are you okay?”,
Pria itu turun dari sepedanya dan menghampiri Danis yang jatuh.
“I’m okay...”
Danis berusaha untuk berdiri, tapi...
“Aw... sakit... kakiku sakit!”, Danis merintih kesakitan.
Sepertinya kaki Danis terkilir.
Pria yang berdiri disamping Danis yang berusaha untuk membantu Danis berdiri seketika terkejut, mendengar apa yang diucapkan Danis.
“Kamu bisa bahasa Indonesia? Apakah kamu orang Indonesia?”, tanya pria itu penasaran.
“Iya.. Aku orang Indonesia”, jawab Danis.
"Sorry ya... aku gak sengaja nabrak kamu. Pandangan aku tadi lagi gak fokus ke depan. Kaki kamu sakit?”
“Iya gapapa, aku juga tadi lagi nerima telpon jadi gak liat-liat dulu mau nyebrang.
Kayaknya kaki aku terkilir deh”.
“Mau aku antar kerumah sakit aja?”. Tawaran pria itu.
‘Ohh, gak! Gak usah! Gak apa apa. Paling ini diurut aja udah sembuh kok”. Jawab Danis menolak sambil menggerakkan kedua tangannya.
“Bener? Gak mau diperiksa dulu?”.
“Iya gak usah, beneran gapapa kok”, jawab Danis sambil berusaha tetap tersenyum.
“Ya udah ya, aku mau lanjut jalan, mau balik ke apartemen”. Lanjut Danis.
“Baiklah. Atau mau aku antar ke apartemen kamu?”. Pria itu menawarkan.
Lagi-lagi Danis menolak dengan ramah.
“Gak usah, aku bisa kok. Udah deket juga kok apartemennya”.
“Ok, kalau begitu aku lanjut. Aku minta maaf buat kejadian tadi”.
“Sama, aku juga minta maaf, aku juga salah kok tadi”.
Pria itu kemudian pergi dengan sepedanya.
“Auch...” Danis merintih kesakitan.
“Aw sakit banget... Aw...!”, Danis duduk sambil memegang pergelangan kakinya yang terasa sakit.
Ternyata pria bersepeda itu belum benar-benar pergi. Ia masih di sekitar tempat itu, memperhatikan Danis.
Danis terkejut, ketika melihat pria bersepeda itu sudah ada di hadapannya. Pikir Danis pria itu sudah pergi.
“Tawaran aku tadi masih berlaku kok? Naiklah, aku antar kamu pulang”.
“Jangan dipaksain jalan, nanti kaki kamu jadi lebih sakit”.
Danis pun akhirnya bersedia diantar pria itu kembali ke apartemen dengan sepeda.
Bagaimana caranya?
Yup! Danis yang gantian duduk di sepeda itu, sementara pria pemilik sepeda berjalan dan mendorong sepeda.
Situasi ini sedikit awkward buat Danis. Jalan berdua dengan orang yang gak Danis kenal.
Apalagi pria itu sepanjang perjalanan memilih diam.
“Situasi macam apa ini?”, (seru Danis dalam hati).
Kalau bukan karena kakinya yang sakit, Danis pasti menolak tawaran ini.
Tapi Danis mencoba untuk tidak membuat suasana lebih canggung.
“Oyah... kenalin nama aku Danis. Kamu?”.
“Aku Ansel”.
Berkenalan tanpa berjabat tangan.
“Kamu disini dalam rangka liburan?”, tanya Danis.
Sebenarnya Danis gak penasaran, dan gak perduli juga pria itu mau ngapain di sini. Tapi daripada sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam saja dan suasana jadi lebih canggung.
“Iya, liburan. Kamu?”, Ansel balik bertanya.
“Sama, liburan juga”. Padahal Danis ke sini untuk Healing, ya sekalian liburan juga.
Ketika lewat di depan sebuah apotik, Ansel menghentikan sepedanya.
“Kamu bisa turun sebentar?”.
Danis menuruti permintaan Ansel.
“Tunggu disini”, kata Ansel.
Danis hanya mengangguk. Dia tidak paham kenapa pria itu berhenti mendorong sepeda dan menyuruhnya untuk menunggu.
Saat kembali dari dalam apotik, Ansel menyerahkan dua buah salep yang dibelinya kepada Danis.
“Yang ini salep buat meredakan nyeri kaki kamu, dan ini salep buat telapak tangan kamu yang tergores”, Ansel menjelaskan.
Danis juga tidak menyadari kalau ternyata telapak tangan kanannya ada luka tergores.
Danis memperhatikan kedua telapak tangannya.
“Oh iya ya! terimakasih banyak. Maaf sudah merepotkan kamu”. Danis memperlihatkan senyuman manisnya.
“Sama-sama. Ayo lanjut!”. Ansel sedikit tersenyum.
Akhirnya Danis tiba di apartemennya.
Dan Ansel setelah mengantar Danis, ia langsung berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.