Reinkarnasi Ke Tahun 1980

Bab 10. Bibirnya Sangat Lembut Seperti Telur Gulung.

Hari ini berbeda dengan jam-jam pelajaran tulis-menulis seperti sebelumnya terutama bagi kelas Bayu. Khusus pada hari Jumat ini adalah kegiatan pelajaran olahraga. Dan biasanya kegiatan olahraga ini melakukan permainan ringan seperti permainan Kasti.

Permainan ini cukup populer pada tahun 1980.

Tidak hanya di kalangan anak SD saja akan tetapi SLTP dan SLTA permainan semacam ini juga sangat populer.

Jika kalian semua sudah lupa tentang aturan permainan ini, mari sedikit bernostalgia.

Permainan kasti ini adalah permainan yang awalnya berasal dari Eropa khususnya Inggris yang dikenal dengan nama rounders. Rounders sendiri adalah permainan yang dimainkan sejak abad ke-16 atau lebih tepatnya permainan yang menjadi cikal bakal permainan baseball.

Jika dihubungkan dengan Indonesia pada masa penjajahan Belanda kemungkinan pada awal abad ke-20 melalui sistem pendidikan kolonial permainan itu atau pada masa itu permainan ini dijadikan permainan olahraga dari barat yang mulai diajarkan di sekolah-sekolah sebagai pelajaran jasmani.

Seiring dengan berjalannya waktu rounders mulai mengalami penyesuaian dan penyederhanaan yang disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dan sejak saat itu namanya berubah menjadi Kasti.

Mari berbicara tentang permainan kasti.

Permainan ini, dilakukan oleh dua regu yang berisi 10-12 orang.

Satu regu menjadi pemukul dan satu regu menjadi penjaga. Dan cara permainannya adalah pemukul harus memukul bola dan langsung berlari ke pos. Pemain bola berhenti di pos untuk menghindari mati. Mati di sini maksudnya adalah terkena lemparan bola.

Pemain dinyatakan mati jika ia tertangkap langsung terkena lemparan saat di luar pos atau gagal memukul tiga kali regu berganti posisi jika semua pemukul mati dan waktu habis.

Pada permainan kasti sendiri ada 4 pos. Pos pertama adalah pos yang dituju untuk pemukul bola tepat aman pertama agar tidak terkena lemparan bola.

Sedangkan pos kedua berfungsi sebagai tempat berlindung lanjutan pemain bisa berhenti di sini sebelum melanjutkan lari ke pos ketiga. Pos ketiga adalah titik yang harus dilewati sebelum kembali ke tempat awal.

Pos ke-4 adalah titik awal sekaligus akhir pemain yang berhasil kembali ke sini dari pos ketiga akan memperoleh satu skor untuk timnya.

Penilaiannya adalah 1 skor untuk setiap pemain yang berhasil kembali ke tempat awal. Tim dengan skor terbanyak sudah pasti akan menjadi pemenang dalam permainan ini.

Umumnya permainan ini dilakukan pada 2 babak, masing-masing sekitar 20-30 menit.

Pada pagi itu semua anak kelas 4 berkumpul di lapangan sekolah karena jumlah mereka ada sekitar 35 orang mereka dibagi menjadi 2 tim. Kebetulan satu anak ijin sakit, Jadi totalnya jadi 34 orang yang masing-masing akan dibagi menjadi 12 orang per timnya.

Bayu sendiri menjadi tim pemukul. Saat ini dia sedang antri untuk melakukan pukulan. Pada awalnya semuanya berjalan dengan normal dan tidak ada keanehan. Hingga saat giliran seorang siswi bernama Wati melakukan pukulan. Terjadi hal yang cukup membuat suasana menjadi heboh dan ramai.

Pukulan pertama dilakukan Wati dengan sangat lancar. Dia berhasil berlari dan menuju pos pertama dengan sukses. Setelah wati, giliran teman lainnya yang melakukan pukulan. Setelah pukulan berhasil dipukul, Wati dengan cepat ingin berlari menuju pos 2. Karena terburu-buru ia tidak terlalu memperhatikan laju bola.

Akan tetapi pada ragu penjaga yang kebetulan di sana adalah Udin, dengan sigap ia berlari ingin menangkap bola.

Karena terlalu fokus pada bola, dia tidak menyadari jika dirinya dan Wati berlari menuju arah yang sama.

Tanpa bisa dicegah keduanya pun saling bertabrakan. Suara "BRUK" yang begitu keras tak bisa dihindari. Saat itu, Udin yang tidak siap, tubuhnya limpung dan jatuh ke belakang. Sedangkan Wati, yang kehilangan keseimbangan, akhirnya dia juga jatuh menimpa tubuh Udin. Karena ukuran badan dan tinggi mereka hampir sama, tanpa sadar, saat jatuh dengan keras, bibir mereka bersentuhan dan menempel satu sama lain sekitar 4-5 detik.

Sontak saja itu menyebabkan kehebohan dan sorak sorai dari teman-teman yang lain. Semua orang tertawa terbahak termasuk Bayu yang tercengang lalu tertawa terpingkal-pingkal.

"Hahaha!"

"Wah! Wah! Wah! Udin dan Wati berbaring bersama sambil berciuman! Hahahaha!

"Wah Si Udin untung besar!"

"Waduh waduh pacaran nih... Suit! Suit!"

Kehebohan dan keramaian langsung membahana di lapangan saat itu. Akan tetapi di satu sudut ada salah satu siswi perempuan yang merupakan teman Wati yang dengan polosnya berkata.

"Waduh Wati dan Udin berciuman. Bagaimana kalau Wati hamil? Dia kan masih kecil."

"Iya bagaimana kalau dia hamil."ucap teman yang lainnya dengan panik.

Bayu yang mendengar pembicaraan absurd itu, sekali lagi tak kuasa menahan tawa.

Sambil menyeka air matanya, Bayu pun merespon keduanya.

"Tenang saja, Wati tidak akan hamil." kata Bayu sambil berusaha menahan tawa.

"Hanya saja..." kata Bayu menjeda kalimatnya yang membuat kedua kedua siswi itu menjadi panik.

"Hanya apa Bayu? Cepat katakan dengan jelas?"

Mendengar itu Bayu tersenyum main-main dan berkata dengan akting yang sangat serius.

"Hanya saja mulai sekarang mereka harus wajib menjaga satu sama lain. Udin harus melindungi Wati untuk selamanya dari laki-laki manapun yang berusaha mendekatinya. Karena saat ini Udin sedang menandai Wati yang menandakan jika Wati adalah miliknya." Kata Bayu sambil terkekeh-kekeh.

Tentu saja kata-kata ini adalah bualan Bayu sendiri yang dia maksudkan sebagai candaan.

"Iya iya kamu benar! Mulai sekarang Udin harus menjaga Wati dengan baik, awas saja jika Udin berani menyakiti Wati maka kami akan memotong burungnya dengan pisau dapur.

Mendengar hal itu seketika Bayu membelalakkan matanya dan tanpa sadar dia merapatkan kakinya. Dia bahkan sempat tercengang karena candaannya dianggap serius oleh keduanya.

"Buset dah... Dua gadis ini meskipun masih kelas 4 SD ternyata sudah sangat ganas dan galak." Batinnya.

Sementara itu di tempat Udin dan Wati yang saling meniti dan berciuman. Mereka berdua segera bangun dan terdiam dengan ekspresi canggung bercampur malu satu sama lain.

Wajah keduanya memerah. karena ketidak fokus mereka tidak menyangka hal yang tidak terduga terjadi. Dan yang lebih memalukan lagi adalah mereka terjatuh dengan posisi saling menindih dan berciuman di hadapan teman-temannya.

Udin meskipun terlihat malu-malu akan tetapi dalam hati dia tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha aku berciuman dengan Wati. Ya ampun, bibirnya ternyata sangat lembut seperti telur gulung." Teriak Udin dalam hati dengan absurdnya.

Namun itu hanya ada di dalam pikirannya faktanya.Dia juga cukup malu karena dilihat banyak orang namun Bayu dan juga teman-temannya tahu sorot matanya menampilkan kebanggaan dan kepuasan yang hanya bisa dipahami oleh mereka.

"Dasar Udin! bocah Edan. Bisa-bisanya dia malah bangga dan tidak malu." Kata Azam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mana mungkin dia malu. Yang ada justru senang dia. kan diam-diam Udin memang menyukai Wati." Kata Alvian menanggapi.

"Waduh pantas aja kelihatan girang banget dia, Dasar Udin, Buaya Empang. kata Reno.

Kembali ke Udin dan Wati.

Udin berbalik menatap Wati yang saat ini juga menatapnya dengan tersenyum dan wajah yang malu-malu. Sontak saja itu membuat Udin membeku dan wajahnya berkeringat dingin.

Meskipun sudah berusaha menyiapkan mental akan tetapi berdiri di depan Wati gadis yang ia sukai hal ini membuatnya menjadi salah tingkah dan bingung harus berbuat apa.

Akan tetapi dengan menggertakkan gigi, Udin pun nekat bertanya

"Em.. A-Anu A- anu.. W-Wati..Apakah kamu baik-baik saja? Tanya Udin yang bahasanya belepotan karena gugup.

Mendengar bahasa Udin yang belepotan mati yang tadinya merasa canggung tidak kuasa menahan tawa. Meskipun masih ada semburat merah di wajahnya dan campuran rasa malu dia mengangguk dan berkata dengan ringan.

"Iya, aku baik-baik saja bagaimana dengan kamu? Apakah ada yang sakit Apakah kamu terluka? tanya Wati dengan prihatin.

Pasalnya, tanah di lapangan banyak sekali terdapat batu-batu kerikil yang jika terkena pada kulit itu pasti sangat sakit.

Mendengar pertanyaan Wati. Ketika hati Udin langsung berbunga-bunga. kegugupannya hilang, rasa ngilu yang ia rasakan entah kenapa tiba-tiba langsung sembuh begitu saja saat mendengar pertanyaan Wati yang mengkhawatirkannya.

" Oh tenang saja tidak sakit sama sekali. Laki-laki. Aku ini sangat kuat loh.. seperti Jendral Sudirman." kata Udin yang tanpa sadar mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan ototnya.

Sontak saja, hal itu membuat Wati tak kuasa menahan tawa karena Udin terlihat begitu lucu dan konyol.

"Woi Woi! malah pacaran! Kalau pacaran sana di pojokan!"

Sontak saja kata-kata itu mengundang gelak tawa dari teman-temannya yang lain. Menyadari jika dirinya diperhatikan banyak orang, Wati dengan malu-malu tersenyum ke arah Udin dan berkata.

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, kalau begitu aku mau menemui teman-temanku dulu." kata Wati berpamitan.

Mendengar itu Udin mengangguk sambil tersenyum namun detik berikutnya matanya melotot seperti binatang buas yang hendak menelan mangsanya hidup-hidup ke arah anak yang berteriak tadi. Ternyata anak itu adalah teman sekelasnya sendiri yang bernama Beni.

Bahkan Udin sampai mengangkat kepalan tangannya ke arah Beni.

Dipelototi dan di ancam oleh Udin, bukannya merasa bersalah atau takut, Beni justru tertawa terbahak-bahak. Bahkan Bayu, Azam, Alvian, dan Reno juga ikut tertawa.

Setelah Wati dan Udin kembali. Kegiatan olahraga kasti pun kembali berjalan dengan normal. Akan tetapi kejadian ini menjadi perbincangan hangat yang cukup heboh di sekolah.