NovelToon NovelToon
Kisah Pangeran Yang Terbuang

Kisah Pangeran Yang Terbuang

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Action / Fantasi Timur / Ilmu Kanuragan
Popularitas:143.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: Ikri Sa'ati

Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ibunya atas suruhan ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.

Namun siapa sangka pangeran yang dibuang itu ternyata diselamatkan oleh orang-orang baik. Dari orang-orang baik itu dia mempelajari tentang banyak hal.

Sehingga dengan itu dia menjadi seorang pendekar tanpa tanding bermula dari mempelajari sebuah kitab legenda.

Berbagai ragam lika-liku kehidupan dia lalui selama dalam pengembaraannya, baik suka maupun duka, termasuk tentang lika-liku asmaranya dengan beberapa orang gadis.

Jika penasaran tentang kisahnya, yuk ikuti perjalanan Kisah Pangeran Yang Terbuang!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KPYT 010 Keraguan Chen Baiyu dan Liu Bojing

Liu Bojing melepaskan cengkeramannya pada Zhao Jinlong dengan perlahan, meski masih menyimpan kekesalan dalam dirinya pada bocah itu.

Setelah itu dia mundur dengan cepat, lalu menghadap ke arah laut seolah menghempaskan kekesalannya pada Zhao Jinlong ke lautan yang amat luas itu.

Sementara Chen Baiyu, setelah melirik sebentar pada Liu Bojing, dia lalu beralih menatap Zhao Jinlong. Dalam hati pemuda berumur 25 tahun itu mengagumi keberanian dan ketenangan yang ada pada bocah Zhao Jinlong yang selalu menampakkan wajah riang penuh persahabatan itu.

Sedangkan Zhao Jinlong masih memandang ke arah Liu Bojing dengan tenang.

Sikap maupun raut wajahnya tidak menunjukkan kalau dia kesal atau tersinggung dengan perbuatan pemuda berumur 24 tahun itu tadi yang sedikit kasar sepertinya. Wajahnya masih saja tampak ceria dan tersenyum tenang.

Sejurus kemudian Chen Baiyu melangkah menghampiri Zhao Jinlong. Lalu sambil tersenyum hangat penuh persahabatan, dia berkata setelah agak lama terdiam, meminta maaf dan pengertian bocah yang sama sekali belum dia kenal.

"Saya minta maaf atas perbuatan teman saya tadi, Nak. Sebenarnya dia tidak bermaksud menyakitimu. Dia hanya kaget saja atas ucapanmu tadi."

"Ah, tidak apa-apa, Paman," tanggap Zhao Jinlong penuh sopan santun, senyum tenangnya tidak lepas. "Saya bisa memakluminya kok."

"Memang anak kecil seperti saya," lanjut Zhao Jinlong," jika mengatakan sesuatu yang di luar jangkauan pengetahuan anak kecil pada umumnya, kedengarannya memang aneh, bahkan dianggap bercanda."

Chen Baiyu terpekur sejenak setelah mendengar penuturan Zhao Jinlong barusan.

Dilihatnya perawakan bocah itu tampak biasa-biasa saja, seperti layaknya anak kecil kebanyakan. Tapi kenapa dia mampu berkata seperti layaknya orang dewasa, bahkan seperti ahli hikmah atau pendeta.

Pemuda berkumis tipis itu seperti tertarik dengan bocah umur 12 tahunan di depannya itu. Tutur bahasanya juga baik dan sopan. Sikapnya penuh ketenangan. Tampak kalau dia itu bagai anak yang sudah terpelajar.

Benar-benar bocah yang menarik!

Sedangkan Liu Bojing cuma menoleh sebentar pada Zhao Jinlong. Tapi tampak dari tarikan wajahnya seperti berpikir tentang apa yang dipikirkan oleh temannya, Chen Baiyu.

"Perkenalkan nama saya...," kata Chen Baiyu setelah agak lama terjadi kebisuan.

Tapi seketika dia langsung memenggal ucapannya saat teringat dan tersadar kalau Zhao Jinlong sudah sejak tadi bersama mereka sepertinya.

"Sepertinya kamu sudah sejak tadi berada di sini, Nak," kata Chen Baiyu selanjutnya. "Tentu kamu sudah mengetahui nama kami. Apa benar?"

"Benar, Paman," sahut bocah Zhao Jinlong langsung, masih bersikap sopan dengan senyum tenangnya. "Paman adalah Paman Baiyu, dan paman yang satu itu adalah Paman Bojing."

"Hahaha..., anak yang pintar," tanggap Chen Baiyu sambil tertawa pelan. "Kalau begitu saya akan memperkenalkan nama marga kami saja padamu. Saya bermarga Chen...."

Lalu dia mengisyaratkan tangan kanannya pada Liu Bojing sambil berkata, "temanku ini bermarga Liu."

"Kalau begitu namamu siapa, Nak?" tanya Chen Baiyu selanjutnya.

"Nama saya Zhao Jinlong, Paman Chen," sahut Zhao Jinlong tanpa ragu dan banyak pikir. Dia merubah nama panggilan saat menyebut Chen Baiyu karena sudah mengetahui nama marganya.

Zhao Jinlong langsung memperkenalkan nama yang baru dibuatnya tadi siang, bukan nama lamanya, pemberian orang tua aslinya. Seolah memang sengaja keluarga aslinya ingin dilupakan.

"Boleh tahu, berapa umurmu sekarang, Nak?" tanya Chen Baiyu lagi.

"Sudah genap 12 tahun, Paman Chen," sahut Zhao Jinlong tanpa sungkan.

Chen Baiyu tampak mengangguk-angguk pelan sejenak. Sedangkan Liu Bojing kini berdiri sudah menghadap ke arah Zhao Jinlong. Pemuda itu juga sepertinya mulai tertarik dengan bocah yang cerdas itu.

★☆★☆

"Ketahuilah, Zhao Jinlong, junjungan kami tengah menderita sakit keras yang amat serius," tutur Chen Baiyu mengungkapkan. "Sudah banyak tabib ahli yang mengobati beliau, tapi belum juga kunjung sembuh...."

"Sedangkan kamu tadi mengatakan kalau penyakit junjungan kami bisa disembuhkan," lanjut Chen Baiyu. "Bahkan kamu juga mengatakan kalau penyakit junjungan kami disebabkan oleh racun."

"Apakah kamu tidak main-main dengan ucapanmu itu, Zhao Jinlong?" Chen Baiyu lebih serius nadanya saat mengucapkan kalimat itu.

"Benar, Paman Chen, saya mengatakannya memang dengan sungguh-sungguh, tidak bergurau atau mengada-ada," sahut Zhao Jinlong bernada mantap dan tetap tenang. "Tuan Jenderal memang tengah terkena racun...."

"Dan kebetulan saya bisa menyembuhkan," Zhao Jinlong lebih mempertegas ucapannya itu agar kesannya tidak bermain-main.

"Hati-hati dengan ucapanmu, Zhao Jinlong!" kata Liu Bojing bernada sinis, jelas masih meremehkan dan meragukan kemampuan Zhao Jinlong. Sikapnya masih menganggap bocah itu seperti anak kecil kebanyakan yang belum bisa apa-apa.

"Tabib-tabib ahli saja yang sudah berumur tua belum mampu menyembuhkan penyakit Tuan Jenderal," lanjutnya masih bernada sinis. "Sedangkan kamu... yang masih bocah ingusan sudah berlagak seperti tabib besar dan hebat...."

"Bukankah kamu hanya bergurau saja, Bocah?" Liu Bojing masih dengan sikap peremehannya. "Ataukah kamu hanyalah bocah pemimpi yang ingin jadi tabib besar dan hebat?"

"Tidak ada yang tidak mungkin apabila Yang Maha Kuasa sudah berkehendak, Paman Liu," kata Zhao Jinlong bernada bijak seraya masih tersenyum tenang penuh sopan santun.

Sikapnya jelas tidak menanggapi sikap peremehan dari Liu Bojing yang masih meragukan kemampuan ilmu ketabiban dan ahli racunnya.

Padahal jika sekiranya Liu Bojing mengetahui kalau Zhao Jinlong bisa menyembuhkan jenis racun ganas dengan energi sakti penyembuh yang dimiliki saat ini, niscaya pemuda berwajah klimis itu tidak bakalan meremehkan bocah shen tong itu.

"Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditakdirkan oleh Penguasa Langit," lanjut Zhao Jinlong dengan tutur kata bijaknya bagai seorang pemuka agama atau pendeta. "Apabila Dia sudah berkehendak, tidak ada seorang pun dari kita yang dapat mencegahnya...."

"Sampai pun pada kesembuhan suatu penyakit tertentu. Sang Penguasa Langit bebas mengantarkan kesembuhan melalui perantara siapa pun dari manusia, tidak terkecuali pada seorang anak kecil seperti saya."

Baik Chen Baiyu maupun Liu Bojing tidak bisa berkata-kata barang beberapa saat lamanya setelah mendengar penuturan Zhao Jinlong yang begitu lancar, sarat akan makna itu. Bahkan mereka seperti enggan untuk menyela selagi Zhao Jinlong masih berbicara.

Tidak mereka sangka untaian kalimat yang pantasnya dituturkan oleh seorang pendeta atau pemuka agama, mampu keluar dari bibir seorang bocah yang mereka anggap masih bau kencur.

Mereka saja tidak mampu merangkum untaian kata yang penuh makna seperti itu. Sedangkan bocah Zhao Jinlong mampu menuturkannya dengan mudah bagai sedang minum air.

Apakah Zhao Jinlong adalah seorang bocah ajaib?

"Paman, Chen, apakah Tuan Jenderal sudah beberapa kali muntah darah?" tanya Zhao Jinlong selagi kedua lelaki dewasa itu masih tertegun sambil melihatnya. "Dan demam beliau semakin tinggi?"

Chen Baiyu yang ditanya tidak lantas menjawab pertanyaan yang mengejutkan itu. Dia malah menatap pada Liu Bojing yang juga menatapnya dalam kaget.

Benak mereka seakan sama berpikir, bagaimana bocah ini bisa tahu penyakit yang diderita junjungan mereka? Apakah bocah itu tahu nama penyakit yang diderita oleh junjungan mereka? Dan apakah besar bocah itu bisa menyembuhkannya?

Kalau mengetahui nama penyakitnya mungkin bisa saja. Akan tetapi jika sudah sampai pada jenjang menyembuhkan segala, belum masuk dalam hitungan mereka kalau bocah seumuran Zhao Jinlong itu dapat melakukannya.

"Bagaimana, Paman Chen? Apakah Tuan Jenderal sudah beberapa kali muntah darah dan demamnya semakin tinggi?" kata Zhao Jinlong mengulangi pertanyaannya, tanpa menggubris keraguan kedua lelaki muda itu.

"Yaaah... Tuan Jenderal memang sudah beberapa kali muntah darah," sahut Jenar setengah mendesah, mengaku, "dan demam beliau akhir-akhir ini memang semakin tinggi hingga sekarang."

"Apakah kamu bisa tahu junjungan kami terkena racun apa, Zhao Jinlong?" tanya Liu Bojing langsung seperti penasaran.

"Kalau begitu izinkan saya memeriksa Tuan Jenderal terlebih dahulu, baru saya bisa menyebutkan nama racunnya, Paman Liu," kata Zhao Jinlong seolah menawarkan jasanya. "Penyakit yang diderita Tuan Jenderal memang sudah semakin parah."

Sejurus lamanya Chen Baiyu tercenung seakan mempertimbangkan penawaran Zhao Jinlong tersebut. Tapi tak lama kemudian, dia langsung mengajak Zhao Jinlong ke tempat junjungan mereka.

Sedangkan bocah sakti itu mengikut saja ke mana Chen Baiyu membawanya.

Sementara Liu Bojing diam saja saat Chen Baiyu membawa Zhao Jinlong ke tempat junjungan mereka. Seolah dia telah menyetujui perbuatan rekannya itu.

★☆★☆★

1
Wahyu Budi
d tunggu om bro updatenya
Adhie: siap...
terima kasih masih mengikuti novel ini...
🙏🙏🙏
total 1 replies
aleena
kenapa kepala ketua petir merah tidak dinawa saja,
supaya permaisuri dapat.lihat jika apa yg direncanakan telah gatot alias gagal total😀😀🤭
Adhie: permaisuri sudah melarikan diri, kaka.
dan yang mati itu cuma komandan pasukan, bukan ketua klan.
total 1 replies
Wahyu Budi
d tunggu lanjutannya om bro semakin seru
Adhie: siap kaka
total 1 replies
Jati Sasongko
sikaaattt semua pemberontak ya tong
Adhie: sikat bang
total 1 replies
aleena
wow perang sudah dimulaii💪💪💪💪💪
Adhie: kayaknya...
total 1 replies
Kustri
duh, kasian🫂
Kustri
qu berharap anak'a sdh menerima warisan smua ilmu beladiri'a
Adhie: amin...
makasih sudah mampir
total 1 replies
aleena
aku aakan mmenggulingkan kakanv prabu🤣🤣🤣🤣🤣

tpi boong
Jati Sasongko
terlalu panjang dan sangat bertele-tele Thor penjelasan mu itu..
Adhie: makasi atas kritikannya kaka
total 1 replies
Nanik S
Terlalu banyak nama kadang bikin kurang greget
Adhie: hehehe...
makasih
total 1 replies
aleena
Zhang Jiang wei coba kau tanyakan. ada hubungan apa ibu yin Hua dgn istri jendraal
Adhie: nanti akan ada chapternya dimana Zhao Jinlong alias Zhang Jiang Wu akan menceritakan riwayat keluarganya kepada Jenderal Wang dan istrinya
total 2 replies
aleena
ciee ada yg panas tpi bukan api🤣🤣
Nanik S
Gak Rela karena Cemburu
Adhie: sepertinya begitu kaka
total 1 replies
Wahyu Budi
semangat, d tunggu sambungannya
Adhie: semangat...
siap, ditunggu ya
total 1 replies
aleena
semangaat45💪💪💪
Adhie: terima kasih sudah ikut dampe di sini
🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Nanik S
Lanjutkan
Adhie: siap, lanjut
total 1 replies
Sopian Gacor
terlalu tidak penting penjelasannya alur cerita nya jadi tidak hidup membingungkan coba susun kata yg sederhana untuk menggambar situasi tersebut
Sopian Gacor
bertele tele bray
Adhie: siap, saran dan kritik diterima
total 1 replies
Dudun Ferduzi
terlalu bertele2 alurnya thor
Adhie: terima kasih atas saran dan kritikannya
total 1 replies
Nanik S
Lanjutkan terus Tor
Adhie: lanjuuuut...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!