Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.
Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.
Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.
Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.
Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.
Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.
Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inferno Trio
Mereka datang ke perkemahan dengan dua puluh anak buahnya.
Sekarang...
Yang tersisa hanya mereka berempat.
Selena merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.
Ketakutan.
Dia menatap ke arah kegelapan, di mana Rai berdiri dengan tenang, menatapnya balik dengan mata yang kosong.
Dan untuk pertama kalinya, Selena bertanya pada dirinya sendiri.
"Apa aku bisa bertahan dari ini?"
Di sisinya, Inferno Trio Vargo, Jared, dan Omar berdiri dengan cemas, tangan mereka menggenggam senjata erat-erat.
Mereka tahu, hari ini mereka bertarung bukan untuk menang, tetapi untuk bertahan hidup.
Dan mereka tidak yakin bisa keluar dari sini hidup-hidup.
"Hancurkan dia!" suara Selena bergetar ketika dia berteriak.
Inferno Trio langsung menyerang.
Vargo "Red Crusher" Mengayunkan kapak raksasa, mencoba meremukkan kepala Rai dalam sekali tebas.
Jared "Blazing Fencer" Bergerak cepat dengan pedang berlapis api, mencari celah dalam pertahanan Rai.
Omar "Infernal Shield" Mengangkat perisai besar, siap menahan serangan apa pun.
Rai mengamati mereka dengan tenang.
Tiga musuh, satu petarung jarak dekat yang lamban, satu ahli pedang yang cepat, satu tank yang sulit ditembus.
Namun, mereka semua punya satu kelemahan yang sama.
Mereka takut padanya.
Dan Rai akan membuat mereka semakin takut.
"Aku sudah cukup bersabar," geram Vargo, mengangkat kapak raksasanya.
"Bakar dia hidup-hidup!"
Jared melesat cepat, pedangnya menyala dengan api, meninggalkan jejak merah menyilaukan di udara.
Omar mengangkat perisai besarnya dan menghantam tanah.
Dinding api menyelimuti area pertarungan.
Udara seketika menjadi lebih panas.
Rai merasa oksigen di sekelilingnya mulai menipis.
Mereka akan membakar tempat ini bersama dirinya.
Bang!
Rai menembakkan Disruptor ke arah Jared.
Namun Jared bereaksi cepat.
Dia memutar pedangnya, menangkis peluru itu sebelum bisa menyentuh tubuhnya.
Mata Rai menyipit.
Mereka bukan lawan sembarangan.
Jared mengayunkan pedangnya ke arah kepala Rai.
Rai menunduk.
CZZZTTT!
Gelombang api hanya meleset beberapa inci dari wajahnya.
Namun sebelum dia bisa mundur...
"Sekarang!"
Omar menghantam perisainya ke tanah.
"Infernal Barricade!"
Dinding api membesar, mengurung mereka dalam sebuah kubah neraka.
Panasnya luar biasa.
Keringat Rai langsung menguap sebelum sempat menetes.
Rai hanya tersenyum tipis.
Dia menarik bola kecil dari sakunya, Bom Mana.
Tanpa ragu, dia melemparkannya ke arah kaki Omar.
"Hah?!"
BOOM!
Ledakan biru menerjang tubuh Omar.
Armor tebalnya retak, sebagian tubuhnya berdarah.
Berikutnya bom asap dijatuhkan untuk menghalangi pandangan mereka.
Namun, Vargo hanya tertawa.
"Bodoh. Kami bisa melihatmu."
Vargo memiliki Heat Vision, mampu merasakan suhu tubuh di dalam asap.
Tapi itu adalah kesalahan mereka.
Rai mengaktifkan Diss Trap.
Dalam sekejap...
Api mereka padam.
Jared membelalak.
Mana mereka lenyap.
Selena mundur jauh, menyadari ada sesuatu yang menghancurkan kekuatan mereka.
"Sial! Temukan alat itu dan hancurkan!" Jared berteriak.
Omar berlari, mencari sumber gangguan.
Tanpa mana, mereka tidak lebih dari manusia biasa dengan senjata.
Dan Rai?
Dia adalah algojo yang lahir di dunia tanpa keajaiban.
Vargo mengayunkan kapaknya.
Terlalu lambat.
Rai meluncur ke samping, pisau di tangannya menari.
Srrttchh!
Darah menyembur.
Vargo tercengang.
Namun Rai sudah bergerak.
Pisau telah tertanam di leher samping kanannya.
Tangannya gemetar, mencoba menutup luka
"Ghk...!"
Darah mengalir deras dari luka itu.
Vargo jatuh, tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya diam selamanya.
Jared melihatnya langsung.
Vargo, pria yang tidak pernah takut, sekarang tergeletak dalam genangan darahnya sendiri.
Darah di wajahnya mengering.
Jared menerjang, kemarahan memenuhi matanya.
Namun Rai telah mengantisipasi.
Bang!
Tembakan pistol menembus dada Jared.
Dia jatuh berlutut memegangi dadanya yang berlubang
"Tidak...! Tidak mungkin!!"
Rai berjalan mendekatinya dan...
Srrttchh!
Pisau Rai menusuk tepat di jantungnya.
Jared terbatuk darah.
Matanya membelalak, kehilangan fokus.
Tubuhnya roboh.
Omar berhasil menemukan dan menghancurkan Disstrap yang terpasang tetapi sudah terlambat Rai sudah berhasil membunuh keduanya.
Hanya tersisa Omar.
Tangannya gemetar, dia tahu dia sudah kalah tapi dia tidak bisa lari.
Dia membentangkan perisainya, mencoba mempertahankan diri.
"Aku akan membunuhmu, dasar iblis!"
Rai hanya tersenyum dingin.
Dalam sekejap...
Srrttchh!
Pisau menembus celah lehernya.
Omar terdiam, darah mengalir pelan, matanya kehilangan cahaya dan perisai itu jatuh dari genggamannya.
Selena Ignis berdiri di tengah kehancuran.
Inferno Trio, pengawal terkuatnya, kini hanya mayat-mayat bersimbah darah di tanah.
Seluruh pasukannya telah dibantai tanpa belas kasihan.
Dan kini, ia sendirian.
Berhadapan dengan sosok yang seharusnya tidak mungkin menang melawan dirinya.
Seorang manusia tanpa mana.
Dan tetap saja... dia bertahan.
Selena menggertakkan giginya.
Dia tidak akan mati di sini.
Tidak oleh sampah seperti ini.
"PYRO STORM!"
Selena mengayunkan tangannya.
Ledakan api meledak dari telapak tangannya, berubah menjadi badai api yang berputar, mencari untuk memanggang Rai hidup-hidup.
Namun, sosok itu bergerak.
Rai melompat ke belakang, tubuhnya melesat seperti bayangan.
Ledakan api hanya menghantam tanah kosong.
Meskipun kecepatan Rai lambat tetapi dia dapat memprediksi arah datangnya serangan dengan Eye lens V2 yang telah ditingkatkan dengan kemampuan mirip skill eagle Eye Rodick
Bang! Bang! Bang!
Selena terus menembakkan bola-bola api.
Rai terus bergerak, kakinya melesat dari satu titik ke titik lain.
Dia tidak melawan, hanya menghindar, itu membuat Selena semakin marah.
"Berhenti berlari, pengecut!"
Dia mengangkat kedua tangannya ke udara.
"SCORCHING HELL!"
Dari langit, hujan api turun.
Bumi memanas.
Udara bergetar oleh gelombang panas namun, Rai masih terus berlari.
Selena tidak menyadari sesuatu.
Setiap kali Rai menghindar, dia menempatkan sesuatu di tanah.
Benda kecil, seukuran koin, ada lima di antaranya.
Dan ketika yang terakhir dipasang...
Rai berhenti.
Dia menatap Selena dengan mata dingin.
"Sudah cukup."
Selena mengangkat alis.
Namun saat dia mencoba menembakkan sihirnya lagi...
WUSHHH!
Sebuah gelombang tak terlihat menyebar.
Mana di sekeliling mereka bergetar liar, Selena merasa sesuatu yang aneh.
Mana-nya terkuras... dengan kecepatan luar biasa.
"Apa ini?!"
Dia mencoba menghentikan sihirnya.
Namun terlambat.
Absorb Mana Field telah aktif.
Siapapun yang menggunakan mana akan kehilangan lima kali lipat dari jumlah yang seharusnya.
Dan Selena?
Dia telah membuang terlalu banyak.
Dalam sekejap, tubuhnya mulai melemah.
Namun kesombongan mengalahkan logika.
"Aku masih bisa membunuhmu!"
Dia mengangkat tangannya untuk terakhir kalinya.
Api berkumpul di telapak tangannya, lebih besar dari sebelumnya.
"INFERNAL OBLIVION!"
Sebuah gelombang api raksasa melesat ke arah Rai dan kali ini Rai benar-benar tidak bisa menghindarinya.
Api melahapnya sepenuhnya.
Saat asap mulai menghilang terlihat tubuh Rai yang terkapar dengan luka bakar
Selena menyedot napas, tubuhnya bergetar oleh kelelahan, setidaknya dia bisa lega setelah melihat musuhnya
Dia menang...
Atau setidaknya, begitu yang ia pikirkan.
Sosok itu kembali berdiri.
Luka-lukanya menghilang.
Dagingnya yang terbakar mulai tumbuh kembali.
Selena membelalak.
"T-Tidak mungkin..."
Rai menatapnya dengan mata kosong.
"Gunnar memiliki regenerasi yang luar biasa, aku hanya meminjamnya sebentar."
Darah Selena membeku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya,
Dia merasa seperti seseorang yang telah ditelan oleh apinya sendiri.