"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ingatan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Cassie memegang keningnya.
Hujan rintik membasahi kaca jendela apartemen. Di luar, langit tampak kelabu seperti menyimpan beban yang berat—tak berbeda jauh dari hati Cassie yang kini duduk memeluk lutut di atas sofa. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin. Matanya menerawang ke arah jendela, namun pikirannya berkelana jauh.
Perasaan hampa itu tak kunjung hilang. Meski orangtuanya mengatakan semua akan baik-baik saja, ada lubang besar dalam dadanya yang tak bisa ia jelaskan. Seolah ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang penting.
Dia tahu ada yang telah disembunyikan oleh orang tua dan kakaknya. Bayangan seorang pria selalu menghantui pikirannya. Dia yakin memiliki hubungan dengan pria tersebut.
Tiba-tiba kepalanya berdenyut hebat. Matanya memicing, tangannya meraih pelipis. "Aghh…" keluhnya lirih.
Teh dalam cangkir tumpah, dan tubuhnya mulai goyah. Gambar-gambar samar mulai melintas di kepalanya—gambaran pria yang waktu itu mengaku sebagai suaminya, wajah datarnya,lalu suara… “Cassie, kamu akan menyesal melanjutkan pernikahan ini…”
Cassie terengah, jantungnya berdebar. “Siapa…?” gumamnya panik.
Langkahnya terhuyung saat ia mencoba berdiri, namun tubuhnya kehilangan kendali. Matanya nanar, dunia mulai berputar.
Dan dalam hitungan detik, tubuh Cassie tumbang di lantai.
Sirene ambulans meraung di tengah jalanan kota. Gunawan, Clarissa, dan Jessie berdiri tegang di ruang IGD, menunggu kabar dari dokter yang menangani Cassie. Wajah mereka penuh kecemasan, namun dalam hati mereka, ada ketakutan lebih besar: jika Cassie kembali mengingat segalanya. Termasuk Bram.
"Jangan sampai dia tahu kita menyembunyikan kepergiannya dari Bram," bisik Clarissa kepada Jessie.
“Tenang, Mama. Bram nggak akan tahu kejadian ini,” ujar Jessie, cepat. “Aku pastikan apartemen Cassie dijaga. Tidak ada yang menghubungi dia.”
Namun pada saat yang sama, Bram—yang sedang duduk gelisah di dalam mobil, menatap layar ponselnya—melihat notifikasi dari anak buahnya:
"Tuan, Nona Muda sedang dalam perjalanan ke rumah sakit."
Mata Bram membesar. Cassie…?
Tanpa pikir panjang, ia menyalakan mesin mobil dan memacu kendaraan menuju rumah sakit itu.
Di ruang perawatan, Cassie masih terbaring dengan infus menempel di tangannya. Kepalanya diperban. Di sela-sela ketidaksadaran, matanya bergerak gelisah, dan kilatan memori mulai mengusik tidur damainya.
Dalam pikirannya—ia melihat dirinya berdiri di depan altar. Ia memakai gaun putih sederhana namun indah. Di hadapannya, seorang pria tersenyum sinis. Suara itu kembali terdengar…
"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini Cassie. Aku memiliki wanita lain!"
Cassie menggigit bibir dalam tidurnya, air mata jatuh perlahan dari sudut matanya.
“Namanya… Bram…” bisiknya lirih.
Sementara itu, Bram sudah tiba di rumah sakit. Namun langkahnya segera diadang dua orang penjaga yang telah diperintahkan sebelumnya oleh Gunawan.
“Anda tidak bisa masuk, Pak,” ucap salah satu dari mereka.
“Aku suaminya! Aku harus lihat istriku!” bentak Bram, matanya merah.
“Tuan Gunawan memerintahkan kami untuk tidak membiarkan Anda mendekat.”
“Dia masih istriku secara hukum!” teriak Bram, frustasi. Namun para penjaga tetap berdiri kokoh.
Beberapa menit kemudian, Jessie keluar dari ruangan dan menatap Bram dingin. “Kau mau buat adikku makin sakit lagi? Pulang, Bram.”
“Aku harus minta maaf padanya…”
“Kau bahkan tak pantas mengucap maaf. Kau bilang dia lebih baik mati! Kau pikir kata-kata itu bisa dihapus dengan satu kunjungan?!”
Bram terdiam. Tak bisa membantah. Kata-kata Jessie menampar keras, karena memang benar. Dulu, di puncak kemarahan, ia telah melukai Cassie dengan kalimat terburuk yang bisa diucapkan seorang suami.
“Aku tahu aku salah… Tapi biarkan aku menebus semuanya,” lirih Bram.
Jessie hanya menatapnya dengan penuh kecewa. “Kalau kau benar-benar peduli, buktikan dulu. Jangan muncul hanya saat rasa bersalah menghantui.”
Di dalam kamar, Cassie membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat, tapi pandangannya mulai jelas. Di sisinya, Clarissa duduk sambil memegang tangannya.
“Ma…?”
“Sayang… kamu sadar? Mama di sini…” Clarissa tersenyum paksa, menyembunyikan keresahan.
Cassie menatap langit-langit, lalu mengerutkan dahi. “Aku… aku bermimpi. Aku menikah…”
Clarissa menegang. “Itu mungkin hanya mimpi, Sayang.”
Cassie memalingkan wajahnya ke arah jendela. “Tapi rasanya nyata sekali. Aku… aku berdiri di altar. Aku tersenyum. Lalu ada suara… dia bilang ...”
Cassie memegang jantungnya sendiri, dia tidak bisa melanjutnya ucapannya. Begitu sakit mengetahui calon suaminya mencintai orang lain.
Clarissa menarik napas dalam. “Kamu lelah. Tidur lagi, ya?”
Cassie hanya diam. Tapi jauh dalam hatinya, potongan-potongan kecil mulai menyatu. Dan nama itu—Bram—semakin kuat terpatri di benaknya.
Sementara di lorong luar, Bram masih duduk di kursi tunggu, matanya memerah, tubuhnya lunglai.
Ia tidak tahu bahwa di balik dinding kamar itu, Cassie perlahan mulai mengingatnya kembali. Tapi akankah ketika semua ingatan benar-benar kembali, masih ada tempat untuknya di hati Cassie?
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍