The Petals Bride

“Terus mau ngapain kalau udah kayak gini?" tanya Evan.

“Main lagi Dad," jawab Ziyara dengan memainkan jari telunjuknya di Dada Evan.

“Mmhhh ... nakal banget sih Babby ... tapi Daddy sukaa!"

“Dad!"

“Iya Babbyyy"

“Pengen 69 Dad."

“Sekarang?" tanya Evan.

“Iya Daddy."

Evan langsung menidurkan Ziyara di sofa dan langsung memutarkan badannya menghadap rahim merah kekasihnya, ia raup rahim Ziyara dengan rakus dan menggigit rahim itu dengan gemas.

Ziyara tak kalah brutal dengan kekasihnya, ia santap dan ia hisap dengan kuat tombak panjang itu, ia mainkan biji kembar Evan lalu menguyelnya dengan pelan, ia masukkan tombak besar itu ke dalam mulutnya.

GLOK GLOK GLOK

SLURP SLURP SLURP

“Ahhh ... ahhh!"

“Nghh."

“Dadyyhhh."

“Iya Babbyyh ... kenapa Sayang."

“Udah pengen titid gede ini ... pengen dimasukin Dad!"

“Sini Sayang ... sini ... Daddy masukin!"

Ziyara bangun dan hanya berdiri di depan Evan.

“Kenapa Sayang? Katanya pengen dimasukin? Sini!"

“Pengen main di sana, Dad!" Ziyara menunjuk meja makan.

“Di atas meja makan?" tanya Evan.

“Iya Daddy."

Evan langsung menggendong Ziyara menuju meja makan dan merebahkan tubuh kekasihnya di atas sana, ia melebarkan paha Ziyara dan memainkan sebentar rahim Ziyara dengan jari-jarinya.

“Ini ya Me - Q yang minta dimainin terus?" tanya Evan dengan jari mengelus bibir rahim Ziyara.

“Mhhh ... iya, Dad."

“Kenapa nakal banget hari ini me-Q nya? Hm?"

“Gak tauhh ... pengen titid terus hari ini kayanya Dad ... mmmhh!"

“Sekarang pake jari aja ya? Titidnya capek!"

“Aaaa gak mau Daadd ... mau pake itiiid! Pokoknya—"

Belum sempat mengucapkan kata-kata, Evan langsung memasukkan tombak besarnya ke dalam rahim Ziyara.

JLEEEEBBHH

“Aahhh ... ahhh Daddyhhhh."

“Nghh ... ini itid Daddyh Sayang ... enak?"

“Ahhh ... ahhh ... enak Daddhhh!"

“Ahhh ... ahhh ahhh ... ahhh ... ahhh ... ahhhh!"

“Ngh titid Daddyh enaAhhh ... ahhh!"

“Ahhh ... ahhh iya Sayang ... titid Daddyh untuk Babbyyhhh!"

“Jangan main sama buk Sabina lagi ya, Dad ... mainin Babby ajaa!"

“Nghh ... iya Sayangkuuhh ... Daddy mainin Babby ajaaa ... ahhh ... ahhh!"

“Ahhh ... ahhhhhh ... ahhhhhh ... ahhh!"

“Keluarin lidahnya Babby!"

Ziyara menjulurkan lidahnya dan langsung dihisap kuat oleh Evan, tangannya menguyel kuat dada yang bergoyang sedari tadi. Ia pelintir dan ia tarik kismis yang sangat keras itu. Ciumannya turun ke dada besar Ziyara dan langsung menggigitnya. Ia hisap dan lagi-lagi ia gigit kismis pink Ziyara.

“Ahhh ... ahhhhhh ... ahhhhh ... ahhh!"

“Habisin Dad ... habisin Babby! Babby pengenhh keluarhh!"

“Ahhh ... ahhhh ... ahhhhh ... ahhhhhhhh."

Evan mengangkat Ziyara dan menurunkannya dari atas meja, ia membawa Ziyara ke dinding yang berada di samping kulkas dan merapatkan tubuh kekasihnya menghadap dinding itu. Ia memasukkan kembali tombaknya yang panjang ke rahim Ziyara.

JLEEBBBBBHH

“Nghhhh!!"

“Ahhh ... ahhhhhh ... ahhhhhh ... ahhh!"

“Ahhh ... ahhh vack … enak banget Babby me-Q kamuuhhh ... Daddyh gak tahan Sayang!"

“Enakh me-Q Babby atau me-Q Sabinah Dad!"

“Punya kamu Sayang ... tembem ... seret ... ahhh ... ahhh!"

“Ahhh ... ahhhhh ... ahhh."

“Mau keluar, Dad."

“Bentar, Sayang ... ahhh ... ahhhhhh ... ahhhhh ... ahhh!"

“Gak tahanhhh, Dad."

“Barengan Babby ... ahhh ... ahhhhh ... ahhhhhh ... ahhh!"

“Aaaaahh ... ahhh keluar Babby ... keluarhhh!"

“Aaahhh ... ahhhhhhh."

“Akkkhhh."

“Nhhh."

Evan memeluk tubuh Ziyara dari belakang dan menahannya agar tidak limbung karna kelelahan, ia mencabut pelan tombaknya yang sudah sedikit tertidur.

“Awhhhh."

“Kenapa, Sayang?"

“Perut Babby sakit Dad."

Evan menggendong kekasihnya ke sofa dan membaringkan Ziyara di sana, ia segera memakai pakaiannya dan berapa terkejutnya Evan melihat ada darah di rahim Ziyara.

“Babby, kamu kenapa Sayang?"

“Sakit Dad ... hiks ... hiks!!!"

Evan segera mengambil daster yang sering Ziyara kenakan lalu memakaikan daster itu ke tubuh Ziyara, ia dengan panik langsung membawa kekasihnya menuju rumah sakit.

────୨ৎ────

Selang beberapa puluh menit mereka tiba di rumah sakit dan Evan langsung membawa Ziyara ke UGD. Setelah melalui beberapa pemeriksaan, dokter ingin berbicara kepada Evan.

“Maaf sebelumnya pak, karna usia kandungan istri bapak tergolong sangat muda, sebaiknya jangan terlalu sering melakukan hubungan suami istri dulu," ucap dokter yang memeriksa Ziyara.

“Ap-apa, Dok? Istri saya hamil?" tanya Evan terbata-bata.

“Iya Bapak, usia kandungannya baru seminggu."

Evan tak bisa berkata apa-apa lagi, ia sangat bahagia dan bersyukur atas kehamilan Ziyara, ia mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dokter dan langsung berlalu untuk menemui Ziyara. Sampainya di kamar rawat Ziyara, Evan langsung memeluk Ziyara dan menangis.

“Hiks ... hikss!"

“Dad, kenapa nangis, aku sakit apa?"

“Hiks ... hikss ... kamu gak sakit apa apa Babby ... kamu ... hikss ... kamu hamil anak Daddy, Sayang," ucap Evan sambil mengelus perut Ziyara yang masih rata.

“Apa, Dad? A-aku hamil?"

“Iya, Sayang kamu hamil."

Ziyara memeluk erat-erat tubuh Evan dan mereka saling menangis karna kehamilan Ziyara.

────୨ৎ────

Setelah 2 hari di rawat di rumah sakit, Ziyara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya.

Sekarang mereka sedang berada di depan tv dengan Evan yang berbaring di atas paha kekasihnya, Evan tak henti-hentinya tersenyum bak orang yang sudah tidak waras lagi.

“Kenapa sih Dad, senyum-senyum terus?" tanya Ziyara.

“Daddy seneng Sayang, akhirnya benih Daddy tumbuh juga di sini," jawab Evan sambil mengelus elus perut Ziyara.

“Aku juga seneng Dad, tapi gimana sama sekolah aku?"

“Kamu masih bisa sekolah Babby sampe perut kamu udah gak bisa di tutup lagi sama seragam sekolahnya," ucap Evan.

“Beneran, Dad?"

“Iya Babby, tapi inget ... Babby gak boleh grasak-grusuk di sekolah," tegas Evan.

“Siap bos."

Evan tersenyum melihat tingkah kekasih kecilnya ini.

“Pantes aja 2 hari yang lalu kepengen banget di masukin sama Daddy, ternyata dedek ini pengen ketemu Daddy, ya?" tanya Evan.

“Ihhh Daddy, jangan di ingetin ... aku maluuu."

“Kenapa malu Mommy?" tanya Evan lagi.

“Daddy ih."

Ziyara menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, ia sudah salah tingkah di tambah lagi dengan Evan memanggilnya mommy.

“Babby!” panggil Evan.

“Hmm."

“Besok kita nikah, ya."

“Harus ya Dad kita nikah?" tanya Ziyara.

“Maksud pertanyaan Babby apa?"

“Ya kalau gak nikah gpp kan?"

Evan yang tak senang mendengar perkataan Ziyara pun langsung bangkit dari tidurnya.

“Maksud perkataan kamu apa?" tanya Evan.

“Aku cuma nanya aja, Dad."

“Kamu Sayang gak sih sebenarnya sama aku?" tanya Evan.

“Kok jadi aku kamu sih Dad ngomongnya?"

“Kita lagi gak ngebahas tentang nama panggilan ya, aku tanya sekali lagi sama kamu, apa maksud kamu ngomong kayak gitu dan sebenarnya kamu Sayang gak sama aku?" tanya Evan lagi.

“Cuma iseng aja Dad nanya kayak gitu tadi, terus kalau Daddy Sayang, aku juga Sayang sama Daddy," jawab Ziyara.

“Kalau beneran Sayang, kamu gak perlu bertanya harus apa gak kita nikah ... sedangkan kamu lagi hamil anak aku."

“Daddy ihh, jangan aku kamu ngomong nya ... gak sukaaa," ucap Ziyara sambil memainkan jari-jari Evan.

“Terus kamu pikir aku suka kamu ngomong kayak tadi?" tanya Evan.

“Maaf Dad."

“Kamu mau apa gak nikah sama aku?" tanya Evan serius.

“Aku takut Dad," jawab Ziyara.

“Mau apa gak?"

“Aku takut kalau sampai ketahuan orang-orang Dad, aku takut gak bisa jadi istri yang baik buat Daddy," jawab Ziyara.

“Mau apa gak Ziyara?"

“IYA MAUUUUUUU!" teriak Ziyara kesal.

Evan langsung memeluk Ziyara erat-erat, ia kecup pucuk kepala kekasihnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

“Makasih ya Sayang, Daddy seneng banget."

“Sama-sama Dad, tapi gimana sama yang aku bilang tadi?"

“Babby gak perlu khawatir soal apapun itu, Babby cuma harus selalu berada di samping Daddy."

“Makasih ya Dad, terus besok kita beneran nikah?" Tanya Ziyara.

“Iya Sayang, besok kita nikah," jawab Evan sambil mengelus pipi Ziyara.

“Siri ya, Dad?"

“Iya Sayang, kalau Babby udah selesai sekolahnya ... kita langsung nikah resmi terus ngadain pesta sesuai keinginan Babby."

“Berarti aku jadi istri simpanan Daddy?"

“Babby, Daddy gak suka ya kalau Babby ngomong yang enggak-enggak," ucap Evan.

“Tapi Daddy janji ya, akan nikahin aku secara resmi."

“Daddy janji, Sayang."