Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.
Apa? Menyelamatkan Protagonis?
Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?
Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!
Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.
Tapi… lalu kenapa?
Dia hanya ingin bersenang-senang!
Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!
———
Happy Reading ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Ande-Ande Lumut (9)
Hanyut bersama arus sungai, di atas cangkang kepiting raksasa, seorang gadis berbaju kuning cerah duduk sambil menyenandungkan lagu lembut.
"Kuning... Kita hampir sampai," ujar Yuyu Kangkang yang membawa Klenting Kuning mengarungi sungai.
Klenting Kuning mengangguk pelan, wajahnya tenang. "Aku mengerti."
Mereka adalah Klenting Kuning dan Yuyu Kangkang. Setelah beberapa saat hanyut mengikuti arus, akhirnya mereka menepi di pesisir sungai. Klenting Kuning melompat turun dari cangkang. Begitu kakinya menyentuh daratan, sosok Yuyu Kangkang perlahan berubah menjadi manusia.
"Kemana kita akan pergi?" tanya Yuyu Kangkang.
Klenting Kuning menoleh, memandang jalan setapak di depannya. "Ke sini. Aku mengenal tempat ini dengan baik."
Tanpa ragu, Klenting Kuning melangkah lebih dulu, memimpin Yuyu Kangkang menuju rumahnya.
Klenting Kuning tidak menyangka bahwa perjalanan pulang bersama Yuyu Kangkang hanya memakan waktu tiga hari.
Dalam ingatannya, mereka pernah menghabiskan berbulan-bulan hanya untuk menyeberangi satu pulau ke pulau lainnya. Jadi tidak heran jika dalam dua tahun lebih beberapa bulan ini, mereka baru mencapai pedalaman Borneo.
Namun jika diingat kembali, mereka memang sering singgah beberapa saat di desa-desa sepanjang perjalanan. Tinggal cukup lama untuk mempelajari adat istiadat setempat.
Sepertinya bukan hal yang aneh jika waktu mereka tersita sebanyak itu.
—————
Sementara itu, ketika Yuyu Kangkang menjejakkan kakinya di tanah, riak gaib merambat tanpa suara. Seseorang segera mengetahuinya. Dalam hitungan jam, kabar kembalinya Yuyu Kangkang sampai ke telinga Raden Panji.
Di belakang rumah Ande-ande Lumut di desa Klenting Kuning, Raden Panji berdiri mematung. Awan kelabu menyelimuti langit pagi dan angin membawa ujung-ujung jubahnya, namun itu tak mampu mengganggu ketenangannya. Wajahnya tenang, dingin dan tak tersentuh. Namun begitu mendengar laporan dari bawahannya, sorot matanya berubah. Sekilas, ada api yang menyala di sana.
Bahkan cuaca mendung seakan-akan menjadi cerah melihat senyuman kecil yang ida tarik tanpa sadar.
"Yang Mulia, Jenderal Yu telah kembali," ujar salah satu penjaga, menunduk dalam-dalam. "Kami menerima kabar bahwa beliau telah tiba di pesisir timur."
Sayang sekali para bawahan ini tidak berani melihat wajah majikan mereka. Namun jika mereka melihatnya, mereka mungkin akan sangat terkejut hingga mendapatkan serangan jantung.
Majikan mereka, seorang pangeran yang terlahir jenius dengan pengetahuan dalam politik dan perang. Berdarah dingin dan tanpa ampun sebenarnya bisa terlihat bersemangat penuh dengan harapan dan kerinduan. Bahkan tersenyum lembut dan senang.
Sekali lagi, Untung saja sang penjaga dan para penjaga gelap lain tidak melihatnya.
"Bagus," katanya pelan, lalu melangkah melewati para penjaga. Namun tiba-tiba dia berhenti, seolah teringat sesuatu.
"Sampaikan pada Paduka Raja," lanjutnya dengan nada datar namun mantap, "anak bodoh ini akan menyambut Jenderal Yu."
Dia sempat melangkah lagi, namun tiba-tiba berbalik sedikit, menambahkan dengan suara ringan, "Tenang saja, aku akan menyamar sebagai rakyat biasa."
Lalu dia masuk ke dalam rumah, menganti baju seperti saat menjadi Ande-ande Lumut, namun lebih biasa lagi dan meninggalkan rumah. meninggalkan bawahannya yang masih terpaku dan bingung. Sang penjaga tidak mampu berkata-kata. Tapi sebagai seorang bawahan, dia hanya bisa menunduk dan segera pergi untuk menyampaikan kata-kata sang Pangeran pada Raja.
Denara, atau sekarang gadis yang menjadi Klenting Kuning, belum menyadari bahwa seseorang tengah bergerak diam-diam ke arahnya. Seorang pemuda berpangkat tinggi, bangsawan yang disegani, kini menanggalkan segala gelar dan kebesarannya hanya untuk satu tujuan: bertemu dengannya.
Tanpa sepengetahuan Denara, kisah mereka yang sempat terpisah perlahan mulai saling mendekat kembali, dituntun oleh takdir dan kerinduan yang belum padam.