Bella putri Jonathan usia 20 tahun gadis berpenampilan cupu, dibalik penampilannya itu ia gadis cantik dan cerdas namun semua itu ia sembunyikan
Alexander William Smith umur 26 tahun dijuluki king mafia berdarah dingin tidak memiliki belas kasihan dan tidak ragu ragu untuk melakukan apapun untuk mencapai tujuannya pengusaha nomor 1 didunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anti Anti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membalas
Kini Alex berada di ruang kerja, menatap jejeran buku di depannya, dengan mengingat setiap memori masa kecilnya. Melihat mata Bella mengingatkan Alex akan kelinci kecilnya, membuat seketika ia memejamkan matanya. Dalam hati, ia merasa bersalah telah melanggar janji-nya pada kelinci kecilnya itu.
Alex sangat muak dengan keadaan ini. Sering kali, banyak wanita yang kerap kali menggodanya, tapi hatinya masih terpaut pada kelinci kecilnya yang sampai saat ini belum diketahui dimana keberadaannya.
Namun, setiap ia menatap Bella, ia merasakan perasaan aneh. Entahlah, ia tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata, hingga tanpa sadar ia sering kali melukai Bella.
Tok, tok! Ben masuk ke dalam ruang kerja Alex, memberikan laporan pada hasil penyelidikan bawahan mereka.
"Tuan," ujar Ben, menatap tuannya itu.
"Apa?" ujar Alex, menatap Ben.
"Tuan, ini," ujar Ben, menunjukkan sesuatu pada Alex.
Melihat itu, Alex langsung mengambil flashdisk di tangan Ben dan memasangnya di laptopnya.
"Kurang ajar! Punya banyak nyawa, mereka bermain-main denganku! Kerahkan semua para Mafioso terlatih! Kita, Ben, dan beritahu Felix untuk melakukan rencana ketiga! Jangan biarkan tikus-tikus itu lolos!" ujar Alex, mengepalkan tangannya.
Alex semakin marah ketika melihat rekaman itu. Salah satu musuhnya membatalkan transaksi yang ia lakukan, dan banyak anak buahnya terbunuh. Hal ini tidak bisa dibiarkan. Siapapun yang berani mengusiknya, maka ia akan membabat habis mereka tanpa ampun.
Alex memiliki anak buah terampil yang tidak bisa dianggap remeh. Namun, kali ini musuhnya di dunia bawah melakukan hal picik, hingga mengusik penguasa itu, membuat amarah Alex memuncak.
"Baik, tuan," ujar Ben, berlalu keluar dari ruang kerja, dan segera melakukan yang diperintahkan tuannya itu.
Setelah kepergian Ben, Alex keluar dari ruang kerjannya, menuju salah satu kamar, karena ia tidak mungkin masuk ke dalam kamarnya sekarang, karena setiap melihat Bella, ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
.
.
Di kamar utama, di balkon kamar itu, seorang gadis sedang menatap langit dengan air mata terus membajiri wajahnya.
"Aku tahu pernikahan ini hanya kontrak semata, yang kapan pun aku tidak diinginkan akan dibuang. Namun, kenapa hati ini sakit setiap melihat perlakuanmu yang lembut, tiba-tiba kasar? Aku tidak tahu sampai kapan aku akan bertahan. Namun, bersamamu, aku merasa nyaman dan dilindungi. Aku sudah tidak memiliki siapa pun, tempatku mencurahkan hati ini. Aku bahkan hanya anak tak diinginkan, aku bahkan tidak tahu asal usulku. Entah sampai kapan ini terus berlanjut," ujar Bella dalam hati, menatap sinar rembulan.
Derin ponsel menyadarkan Bella dari lamunannya. Seketika melihat siapa yang menelpon, "Ada apa?" ujar Bella, tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah ketika mendengar perkataan seseorang di balik telpon.
"Jangan biarkan mereka menghancurkan tempat itu. Awasi orang-orang itu," ujar Bella, kemudian mematikan panggilan.
Pagi harinya, Bella terbangun, tidak menemukan keberadaan suaminya yang biasa memeluknya saat tidur. Tanpa ambil pusing, Bella beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri, Bella kini menuju ruang makan, karena sejak tadi, cacing di perutnya sudah meronta, meminta asupan. Sampai di meja makan, Bella melihat suaminya sudah rapi, sedang sarapan bersama asistennya, Ben. Tanpa pikir, ia menarik kursi dekat suaminya, tanpa perduli suaminya sedang menatapnya. Ia makan dengan lahap, karena hari ini ia membutuhkan tenaga untuk bisa melakukan aktivitasnya.
"Tuan, maaf, itu, diluar ada seorang wanita yang memanggil-manggil nama nona," ujar salah satu pengawal Alex, datang terburu-buru, memberitahu tuannya itu.
Sedang Bella mendengar salah satu pengawal suaminya, langsung menghentikan makannya, kemudian berdiri, menuju halaman depan.
"Plak! Plak! Dasar anak kurang ajar! Kamu apakan anakku? Ha?" bentak wanita itu, setelah melayangkan tamparan di pipi Bella.
"Apa maksud ibu? Aku bahkan sudah ibu jual. Kenapa ibu menuduhku seperti itu?" ujar Bella, memegang kedua pipinya yang sudah memerah karena tamparan ibu tirinya itu.
"Jangan mengelak! Kamu karenamu Sisil masuk di rumah sakit. Ini semua gara-gara kamu! Rasakan ini!" ujar ibu tiri Bella, melayangkan tamparan pada Bella, namun tangannya tertahan.
"Jangan coba-coba menyakiti istriku! Ibu macam apa Anda? Menyakiti putri Anda sendiri demi putri Anda yang lain?" ujar Alex, dingin, mencengkeram tangan wanita paruh baya itu, karena sejak tadi sudah geram melihat istrinya tiba-tiba ditampar dan dibentak.
"Lepaskan tangan Anda, tuan! Dia memang anak kurang ajar! Tak tau balas budi! Masih untung aku membesarkanmu! Sekarang begini perlakuanmu pada ibumu yang sudah merawatmu! Ha? Pekik ibu tiri Bella, menatap sengit Bella.
"Yakin ibu sudah merawatku? Bukankah aku hanya anak yang dibesarkan seorang pelayan? Dan untuk balas budi, apa tidak cukup selama ini aku menjadi tulang punggung untuk kalian yang hanya tahu menghabiskan uangku? Ha? Apa ibu pikir aku tidak sakit melihat kamu memperlakukan aku berbeda dengan kak Sisil yang kamu perlakukan dengan lembut?" ujar Bella, meluapkan emosinya, entah keberanian dari mana ia dapatkan.
"Sudah berani kamu melawanku! Ha! Dasar anak pungut! Lebih baik kamu mati saja!" marah ibu tiri Bella, ingin menyerang Bella, namun tubuhnya ditahan oleh Ben.
"He, aku bersyukur hanya anak pungut Anda, nyonya! Karena aku tak sudi punya ibu seperti Anda yang hanya mementingkan dirimu dan putrimu itu!" ujar Bella, menatap wanita di depannya itu.
"Plak! Plak! Ini balasan tamparan yang Anda berikan! Jangan temui aku lagi!" ujar Bella, berlalu menuju ke dalam masion.
"Ben, urus wanita itu! Jangan biarkan ia menginjakkan kakinya di masionku!" ujar Alex, berjalan masuk ke dalam masion, menyusul istrinya itu.
"Tuan, lepaskan aku! Aku berjanji tidak akan membiarkanmu hidup tenang, anak pungut!" ujar ibu tiri, meninggalkan masion tersebut dengan rasa dendam.
Jangan lupa follow, like dan komen guys 🙏