Khusus Area Anuu dan banyak anuu
# Jangan cari sesuatu yang faedah, ga bakal nemu😂😂😂
Arka dan Naura adalah saudara angkat yang selalu bersama, keduanya menjalin percintaan setelah bertemu kembali.
Hingga keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Namun keinginan mempunyai keturunan begitu syulit.
Apalagi pernikahannya tidak diketahui oleh orang tua Arka.
Bagaimana mereka berdua mendapatkan kebahagiaan dengan mempunyai keturunan.
Nahhhhh
Ikutin aja
Walau ga ada faedahnya
Banyak mengandung anuuu
harap bijak dalam membaca😂😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Hendar Mahendra
Sesuai kesepakatan, Arka dan Naura pun menginap di rumah Kakek Abimana, sebab paginya Arka hendak berkeliling kampung untuk mengenang masa lalunya.
Sudah hampir lima tahun, Arka tidak berada di rumah Kakek Abimana, sebab ia berada di luar negeri untuk menuntut ilmu.
"Kakek dan Nenek sudah menunggu di ruang makan, ayo Ka!, buruan!, isss!"
Naura kesal karena Arka tidak segera melepas pelukannya, padahal hari telah malam, dan keduanya baru selesai membersihkan diri.
"Ya udah ayuk!"
"Lepas dulu lah, ga bosen apah!, tiap hari begini!"
"Ga akan bosen walau waktu mengalir begitu cepat, dan kamu lah satu-satunya untuk seterusnya," Sahut Arka, kemudian melepas pelukan dan merangkul Naura untuk menemui kakek dan neneknya di ruang makan.
"Yakin?"
"Yakin sayang!"
cupppp....
Arka dan Naura pun makan malam bersama kakek-neneknya, tampak suasana hening karena itu sudah menjadi kebiasaan jika makan bersama.
***
Pagi harinya, Naura dan Arka sudah lebih dahulu bangun, dan keduanya pun langsung keluar rumah.
Tampak seorang lelaki, yang diyakini arka sebagai penjaga rumah kakeknya saat ini.
Usianya terlihat masih muda, namun tidak terlihat jika ia adalah seorang penjaga rumah.
Pemuda itu terlihat seperti pemuda kampung yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari.
"Pagi bang!"
"Pagi mas Arka!"
Ternyata pemuda tersebut mengenal Arka, bahkan ia tampak tersenyum, kemudian mendatangi Arka yg ingin jalan jalan.
"Ckk, ini gue Ka!, lu sudah pikun yah!" Ucap pemuda itu sambil menjabat tangan Arka.
"Febri!"
Febriansyah Hendar Saputra Mahendra (Pict: fr pintere**st
Alangkah terkejutnya Arka yang menatap Febriansyah Hendar Saputra Mahendra, saudara sepupunya, putra dari Om Hendar Mahendra.
Naura yang berada disamping Arka pun tersenyum sambil menutup mulutnya, sebab itu memang kejutan untuk Arka.
Arka dan Febri pun berpelukan karena lama tidak bertemu.
Febri yang usianya lebih muda dari Arka namun badan yang tegap serta tinggi itu membuat Arka pangling, terlebih wajahnya sangat berbeda.
"Kemana aja Lo!"
"Elu tuh yang kemana aja, sudah hampir lima bulan balik, ga pernah kemari!" Sahut Febri, yang kemudian bersama-sama berjalan menyusuri kampung tempat kakek Abimana berada.
"Gue kerja di tempat papah sekarang, lhah elu?"
"Gue kan lagi mengejar impian gue sekarang, ini pun masih pendidikan di Akmil."
"Serius Lo!"
Tangan Arka pun memukul bahu Febri di sampingnya, kemudian keduanya saling tatap hingga keduanya tertawa bersama sama.
"Pantas aja Lo!, badannya sekarang jadi, sampe gue kira pengawalnya kakek!"
Hahahahaha.....
Ketiganya tertawa, kemudian mereka pun menyusuri jalanan perkampungan yang masih asri dan sejuk.
Ketiganya mampir ke pedagang kue yang berada di ujung jalan, dan tampak disana sudah ramai pengunjung.
Naura sangat antusias, karena kue-kue yang dijajakan adalah kesukaannya, hingga Naura pun membeli beberapa bungkus untuk dibawa pulang.
Namun sebelum sampai ke rumah, Febri mengajak Arka dan Naura menuju area persawahan milik Kakek Abimana.
Karena disana ada gubuk kecil, yang biasa ditempati Kakek Abimana untuk istirahat sewaktu menggarap sawah.
Arka dan Febri menuju ke gubuk kecil itu, sementara Naura mencari rumput ilalang untuk di adu, mengingat permainan sewaktu kecil dahulu.
Ketiganya pun duduk di gubuk yang terdapat balainya, Arka memandang sekilas wajah Naura yang sedikit pucat.
"Kamu sakit Yang?"
Naura hanya menggelengkan kepalanya, sementara Febri tampak bengong, dengan panggilan Arka kepada Naura, yang sudah dianggap kakak sendiri.
"Yang?"
Febri penasaran, karena memang belum tahu, jika Arka dan Naura adalah pasangan suami istri, terlebih papanya tidak pernah bercerita tentang Arka dan Naura.
"Emang ga boleh?, panggil bini sendiri begitu!"
"Bini?, maksudnya?"
"Gue sama Arka kan sudah nikah Feb, jadi jangan kaget." Sahut Naura.
"Lhah!, serius Lu?"
Febri kemudian menatap Arka dengan intensif, mencari kebenarannya disana.
Arka mengangguk, kemudian menceritakan yang terjadi, walau tidak secara detail kenapa harus menikah saat itu.
Arka memberikan alasan lain yang mungkin bisa diterima oleh Febri, dan Febri pun percaya setelah mengetahui jika papa serta kakeknya juga ikut serta disana.
"Yahh!!, obat nyamuk gue!"
Febri berdiri, kemudian berlari menjauhi Arka dan Naura yang terlihat mesra saat ini.
Arka dan Naura justru tertawa, kemudian menyusul Febri.
***
"Om!, Bunda!, kapan datang?"
Naura dan Arka kaget karena Hendar Mahendra, papa dari Febri datang bersama sang istri, Latifa Siti Nurmala dan biasa dipanggil Bunda Lala.
"Belum lama, kalian dari mana?"
Bunda Lala menyambut Naura dan Arka kemudian bersalaman dengan takzim, bahkan Bunda Lala memeluk Naura, karena rindu lama tak bertemu.
"Dari jalan jalan bunda, lama engga keliling kampung sini." Sahut Naura.
Arka kemudian duduk disebelah om Hendar untuk membicarakan sesuatu, terutama tentang suasana hatinya yang masih gundah gulana.
Arka bertanya beberapa hal, mengenai masa lalunya, bahkan hingga harus dirawat oleh Kakek Abimana.
"Om, tidak tahu pasti, namun kami sempat mencurigai seseorang, yang kini entah dimana keberadaanya."
"Siapa Om?"
"Bibimu, anak angkat Kakek dan Nenek."
"Lalu apa hubungannya?"
"Om tidak tahu pastinya, tapi semenjak kelahiranmu, bibi tidak pernah kembali kesini." Sahut Om Hendar, menjawab pertanyaan Arka saat ini.
"Lalu?"
"Om sudah menyelidiki, jika kembaranmu yang bernama Arkan Abimana Mahendra tidaklah meninggal, dan jasad yang dimakamkan itu bukanlah saudara kembar mu."
Arka tampak kaget dengan penjelasan dari Om Hendar, sebab memang inilah yang ditunggu penjelasannya, karena Kakek Abimana tidak menjelaskan secara detail.
Naura yang masih bercengkerama dengan Bunda Lala pun sempat mendengar perkataan Om Hendar, sehingga kita matanya tertuju kepada Arka.
"Semoga saudaramu itu dalam keadaan sehat walafiat, dan suatu saat kita bisa bertemu."
Naura memberikan kekuatan untuk Arka, agar selalu sabar dan tabah, apalagi mengenai saudara kembarnya yang entah dimana keberadaanya.
Semua menyetujui perkataan Naura, sehingga membuat semua lega, karena ini merupakan permasalahan yang begitu pelik, dan Arka harus bisa menyelesaikannya.
"Nanti biar Febri membantu kalian." Sahut Om Hendar disela sela keheningan dipagi ini.
"Lalu bagaimana denganmu neng?"
Bunda Lala kini bertanya kepada Naura, yang diketahui sangat perhatian kepada Arka, bahkan putra putri dari Bunda Lala.
"Apanya Bun?"
"Sudah berisi kah?"
"Maksudnya?"
"Apakah kamu sudah hamil?"
Naura menunduk, karena pertanyaan itu kembali datang, terutama dari Nenek Mia, dan kemudian Bunda Lala.
"Belum Bun."
"Yang sabar, nanti kalau Allah sudah mengijinkan, pasti kalian cepat punya momongan, mungkin permasalah keluarga ini menjadi salah satu pemicu untuk menunda dulu kalian mempunyai momongan."
"Baik Bunda."
Naura pun memeluk Bunda Lala, bahkan sempat air matanya menetes disela-sela pipi putihnya.
Tak lama kemudian, seorang gadis kecil mendatangi Naura, kemudian memeluk dari belakang, kemudian gadis lainnya pun turut serta memeluk Naura dari arah samping.
"Laela, Laila!, isss kalian udah gede sekarang!"
Laela Ningrum Mahendra dan Laila Ningrum Mahendra (pict: from Pinterest)
Naura paham, siapa yang memeluknya saat ini, tentu saja adik kembar Febriansyah, Laela Ningrum Mahendra dan Laila Ningrum Mahendra.
Keduanya saat ini masih sekolah SMP kelas 9, dan sebentar lagi melanjutkan tingkat atas.
"Kak Rara!"
"Iya dong, kan kami udah besar!" Sahut keduanya secara berbeda.
Naura memeluk Laela dan Laila bersamaan, kemudian Naura pun diseret menuju kedalam rumah.
"Kalian belum Salim sama kak Arka lho..!"
"Ga penting Bun!!" Sahut Laela dan Laila dari dalam rumah.
Bunda Lala hanya menggelengkan kepala, melihat dua anak gadisnya yang selalu menghindar jika bertemu Arka.
"Kagak dianggap lu Ka, sama Doble L!" Celetuk Febri yang baru datang sambil membawa buah rambutan.
Om Hendar dan Bunda Lala tertawa mendengar ledekan dari putranya, namun justru itu membuat suasana menjadi hangat.
"Doble L, dari dulu begitu sama gue, awas aja entar kalau ngrengek, terus gue yang harus nurutin.!"
Celetuk Arka diselingi candaan, namun justru Doble L meledek Arka dengan menjulurkan lidahnya, di ambang pintu rumah.
Weeekkk...!!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
..."𝘼𝙙𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙨 𝙩𝙖𝙧𝙪𝙝 𝙙𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙥𝙖𝙙𝙞"...
...𝚁𝚊𝚑𝚊𝚜𝚒𝚊 (𝚊𝚒𝚋) 𝚑𝚎𝚗𝚍𝚊𝚔𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚜𝚒𝚖𝚙𝚊𝚗 𝚛𝚊𝚙𝚊𝚝-𝚛𝚊𝚙𝚊𝚝( 𝙱𝚊𝚒𝚔-𝚋𝚊𝚒𝚔 )...
"𝑱𝒆𝒏𝒈! "
"𝑰𝒚𝒂, 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂? "
"𝑺𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒏𝒖 𝒍𝒉𝒐, 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒊 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒊, 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒉𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒋𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖. "
"𝑵𝒈𝒐𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒉? "
"𝑨𝒏𝒖𝒖𝒖..! "
вєяѕαмвυηg...