NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selamat Jalan Mama

Ketika sampai di rumah mama, Rheina langsung berlari ke kamar. Betapa hancur hatinya saat melihat Marni tergolek lemah di atas tempat tidurnya. Wanita yang biasa terlihat bersemangat dalam menjalani hari-harinya, kini terlihat lesu dan tidak bergairah. Rheina meraih tangan yang senantiasa mengurusnya sejak terlahir ke dunia itu. Di ciumnya tangan tersebut dengan setulus hati.

"Mama makan, ya. Biar bisa minum obat setelah itu," bujuk Rheina. Ia ingin mamanya segera pulih seperti sedia kala. Ia masih sangat membutuhkan Marni di dalam hari-harinya.

Marni hanya diam. Ia tidak merespon omongan Rheina sama sekali.

"Zahid mana?" tanya mamanya pelan.

Rheina sedikit kecewa karena Marni tidak memedulikan ucapannya. Beliau hanya memikirkan soal Zahid, dan tidak memikirkan kesehatannya sama sekali.

"Rheina suapin, ya, Ma. Kalau Mama sehat, setelah itu Mama bisa main sama Zahid, 'kan? Malam ini kami nginap di sini, lo, Ma." Rheina menyemangati mamanya agar mau makan.

"Benaran, Rheina? Malam ini kalian mau nginap?" tanya Marni.

"Iya, tetapi Mama harus makan sama minum obat." Rheina mengajukan syarat. Ia sangat tahu mamanya paling lemah dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Zahid.

"Mama mau makan sekarang," ujar mama bersemangat.

Rheina tersenyum senang dan menyuapi mamanya dengan sepenuh hati. Ia merasa sangat bahagia melihat perempuan yang telah melahirkannya itu makan dengan lahap, walaupun ia tahu semua itu beliau lakukan dengan susah payah. Setelah minum obat, panas badan Marni agak sedikit turun. Beliau tidak mau Zahid terlalu dekat dengannya. Ia takut Zahid akan ikut tertular oleh penyakitnya.

Setelah Zahid tertidur karena kecapekan bermain, Marni kembali beristirahat di dalam kamar. Rheina mengirim pesan pada Adnan. Ia tadi hanya pamit untuk berkunjung sebentar saja, tetapi melihat kondisi mamanya seperti ini, Rheina memutuskan untuk menginap beberapa hari.

[Sayang, nanti pulang dari toko langsung ke rumah mama, ya.]

[Kenapa?] tanya Sandy singkat.

[Mama lagi sakit, kita nginap di sini dulu untuk beberapa malam.]

[Baiklah, kamu dan Zahid baik-baik aja, kan?]

[Kami nggak apa-apa.]

[Okay. Love you, Honey.]

[Love you, more.] Rheina mengakhiri percakapan di aplikasi hijau tersebut.

Setelah itu, ia kembali lagi ke kamar Marni untuk melihat kondisi mamanya itu. Hatinya terasa sepi jika mamanya sakit seperti sekarang ini. Ia duduk di samping tempat tidur mamanya. Malaikat tanpa sayapnya itu tampak tertidur pulas. Rheina merasa sedikit lega. Semoga kondisi kesehatan mamanya segera pulih seperti sedia kala.

--

Setelah selesai menunaikan salat Isya, Rheina kembali mengecek kondisi mamanya. Ia kembali tersenyum saat mengetahui mamanya semakin membaik. Rheina sangat senang melihatnya, walaupun Marni masih belum sanggup duduk terlalu lama, tapi wajahnya sudah terlihat lebih segar.

"Ma, Rheina keluar dulu, ya. Zahid dari tadi rewel terus," pamitnya. Seharian ini, Rheina banyak menghabiskan waktu di kamar mamanya. Ia hanya sesekali keluar kamar untuk menyusui Zahid. Walaupun sudah berusia dua puluh satu bulan, Zahid masih menyusu pada Rheina. Wanita tersebut berniat menyapih putranya itu saat berusia dua tahun nanti.

"Iya, nanti kalau Zahid udah tidur, Rheina balik ke sini lagi, ya." ujar Marni. Ia seolah tidak mau jauh dari putri semata wayangnya itu.

"Iya, Ma. Rheina panggil Papa dulu, buat menemani Mama di sini, ya," ujarnya sambil berjalan keluar dari kamar Marni. Setelah memastikan papanya masuk ke kamar, Rheina melangkah menuju kamarnya dan melihat Zahid menangis dalam gendongan Mbak Herlin.

Rheina segera mengambil Zahid dan menyusui jagoannya itu. Tidak berapa lama, akhirnya Zahid tertidur. Rheina bingung karena putranya seharian ini rewelnya luar biasa. Sebelumnya, Zahid tidak pernah seperti ini. Akibat kelelahan seharian mengurus mama, akhirnya Rheina tertidur.

"Sayang!" Adnan membangunkan Rheina dengan hati-hati.

"Eh, kamu kapan pulang?" tanya Rheina kaget. Ia segera duduk untuk menyambut suaminya.

"Sudah dari tadi, tetapi aku lihat kamu tidurnya pulas banget. Makanya aku nggak tega buat bangunin," jawabnya sambil tersenyum.

"Maaf, ya, Sayang. Seharian ini Zahid rewel, terus aku juga harus merawat mama, makanya aku capek banget," ujar Rheina merasa bersalah.

"Nggak apa-apa, kok! Papa menyuruh kita ke kamarnya, bawa Zahid juga," ucap Adnan.

"Mama kenapa?" tanya Rheina panik.

"Nggak kenapa-kenapa. Papa mau kita ngumpul di sana. Zahid di masukin ke stroller aja, kasihan, tidurnya pulas banget," ujar Adnan. Laki-laki tersebut menggendong Zahid dan memindahkannya ke stroller dengan perlahan agar tidak terbangun.

Saat mereka sampai di kamar mama, terlihat Marni sedang tertidur di pangkuan suaminya. Mereka sedang ngobrol mesra sekali. Rheina tersenyum melihat kebersamaan mereka. Sejak ia kecil, tidak sekali pun Rheina melihat orang tuanya itu bertengkar. Ia berharap, semoga hubungannya dan Sandy juga bisa seperti orang tuanya, hingga mereka tua nanti.

"Duduk di sini, Rheina" ujar Ramli sambil menunjuk ranjangnya.

Rheina duduk di tempat yang ditunjuk papanya. Sedangkan Adnan, duduk di dekat kaki mertuanya. Rheina mulai memijat tangan mamanya. Badan Marni terasa agak sedikit panas dari pada tadi sore.

"Mama kenapa, Pa?" tanya Rheina khawatir.

"Mama nggak apa-apa, kok. Namun, sebaiknya kita ngumpul di sini dulu. Ngobrol sama mama," ujar Ramli.

Walaupun tidak begitu paham dengan yang sedang terjadi, Rheina menuruti ucapan papanya sambil terus memijat tangan mamanya. Papanya terus mengajak mamanya ngobrol, tetapi hanya disambut dengan senyuman dan anggukan. Sementara mulutnya sibuk melantunkan surah Ar-Rahman favoritnya. Rheina semakin merasa khawatir walaupun papanya berkata mamanya tidak apa-apa.

Marni begitu tenang berbaring di pangkuan suaminya. Namun, tiba-tiba Marni menghentikan bacaannya.

"Tolong berjanji untuk tidak ada seorang pun yang akan menyakiti Rheina," serunya tiba-tiba.

"Mama ngomong apa, sih?" Rheina mulai takut.

"Ayo, Pa, janji dulu. Papa harus jaga Rheina. Jangan sampai ada satu orang pun yang boleh menyakitinya," paksa Marni.

"Ayo, Pa, janji dulu," desaknya lagi.

"Ya, Papa janji, Ma," jawab Ramli pada akhirnya.

"Adnan, kamu bisa janji sama Mama, kalau kamu tidak akan menyakiti Rheina. Kamu juga harus melindungi Rheina dari mami kamu," ujar Marni lancar. Ia sangat paham bagaimana perlakuan Desti pada Rheina.

"Iya, Ma. Adnan janji," ujar Adnan yakin.

Mama tersenyum, sambil terus menyebut nama Allah. Rheina mulai menangis. Ramli mengajak Rheina membisikkan syahadat di telinga Marni. Wanita tersebut terus menangis. Selang beberapa menit, Marni menutup mata untuk selamanya. Kepergian yang sangat indah, di pangkuan suami tercinta dan dikelilingi oleh anak, menantu dan cucunya.

Namun, walaupun begitu, separuh jiwanya ikut pergi bersama Marni. Ia merasa hancur. Ia ingin pergi bersama Marni. Berkali-kali wanita beranak satu tersebut tidak sadarkan diri. Sampai akhirnya, dilihatnya rumah mereka sudah ramai dengan para tetangga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!