Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sepuluh
Caca menaruh tasnya di tanah dan mulai mengamati sekeliling lapangan. Belum terlalu banyak orang yg datang untuk latihan. Mereka yg standby ialah mahasiswa baru yg rata-rata sudah berganti pakaian.
“Ayoo ganti baju Ca!” ajak Elzi meraih tangan Caca.
“Entaran dulu ah..” Caca menepisnya.
“Bentar lagi mah keburu pada dateng senior, trus pada ngeliatin hayoh.. mana ngeliatnya pasti rese’…” jawab Elzi.
Huftt… Caca membuang nafas berat.
“Males banget El..” wajahnya kini mengiba.
“Ayoook daripada entar idup lu ga tenang!” sahut Elzi lagi yg segera menggandeng tangan Caca.
“Eh..bentar, bentar! Gw ambil bajunya dulu kalii…” Caca pun membuka tasnya untuk mengambil satu set baju basket dan menutupnya kembali lalu tasnya ditaruh di dekat tas Elzi.
“Haeiii cowo-cowo baik hati.. titip tas kita yaa..” sahut Elzi pada geng geje.
“Iyaa sayyangg…” manja Dustin, sedang Evan hanya menggangguk dan Dodo mencebikkan bibirnya.
Mereka berdua menuju mushola agar lebih leluasa berganti pakaian karena toiletnya terpisah antara perempuan dan laki-laki.
Di toilet cukup ramai karena banyak juga anggota basket yg akan berganti pakaian. Elzi yg sudah mengenal mereka pun saling sapa berbeda dengan Caca yg tidak mengenalnya karena cukup lama bolos latihan basket.
Selesai berganti pakaian Elzi dan Caca kembali ke lapangan, ternyata para anggota sebagian sudah berbaris di tengah lapang. Disana juga tampak Siska, Farhan dan Ali sebagai ketua lapangan. Siska tampak menatap tajam ke arah Caca.
Elzi yg menyadari hal itu pun berkomentar,
”Siska tuh Ca! Kayanya masih ada sisa-sisa dendam!”
“Bodo amat! Sekarang gw malah ngarepin dia cari masalah, biar gw ada alesan lagi berhenti latihan!” Caca terkekeh sambil memasukkan bajunya ke dalam tas dan merapihkannya.
“Jangan dong ah! Ntar gw ga ada temen lagi…” sanggah Elzi.
“Bohong aja lu El, tadi di toilet temen lu udah banyak yg gw ga kenal lagi…”
“Eh, udah pada rapi tuh barisnya, ayo ah buruan…”
Elzi sengaja tak ingin membahas lebih lanjut takut Caca kembali bolos latihan basketnya. Sekarang Elzi sudah baris berhadapan dengan Caca dan mereka akan melakukan pemanasan.
Selesai melakukan pemanasan seperti biasa dilanjutkan dengan berlari mengelilingi lapangan. Evan yg sudah tak tahan sedari tadi didiamkan Caca mulai bertindak agar Caca tak marah lagi padanya, kini dia sudah berlari disisi Caca.
“Marah yaa Ca?” sahut Evan sembari menyenggol tangan Caca.
Caca tak sedikit pun meliriknya, masih mendiamkannya. Evan tak mau hubungan mereka jadi kacau begini. Sambil berlari disisi Caca, Evan terus berusaha agar Caca memaafkannya.
“Maaf atuh…” dengan nada manja Evan kini memegang sebelah tangan Caca sambil mengusapnya pelan, namun Caca menepisnya.
Huftt..
Dengan nafas berat Evan masih berusaha membujuk Caca sambil mengimbangi lari Caca yg kini menjadi cepat. Tadi pake cara lembut masih dicuekin, kini Evan pake cara jail.
Dicoleknya pinggang Caca hingga menggeliat geli dan akhirnya menoleh ke arah Evan sambil memelototinya. Kini masih sambil berlari kecil Caca memegang tangan Evan yg terus mengganggunya.
“Diem ga?” bentak Caca.
“Akhirnya… lu ngomong juga! Ga mau ah biar lu ngomong terus sama gw..” kini Evan melebarkan senyumnya.
Mereka masih berlari pelan beriringan karena tangan yg saling berpegangan. Tak sadar seseorang tengah mengamatinya dengan pandangan yg tak suka.
“Ciee.. ciee…” beberapa anggota basket yg melewati mereka berduapun mengejeknya.
Caca lantas melepas tangannya yg memegangi tangan Evan. Namun Evan masih tak mau menyerah, dia tak ingin Caca kembali mendiamkannya.
“Senyum dulu dong…” goda Evan.
Caca masih malas menanggapinya, dia terus berlari tak mau peduli. Bukan Evan namanya klo berhenti membujuknya. Dicoleknya dagu Caca agar mau menuruti kemauannya.
Lagi-lagi Caca memelototinya dan kembali memegang tangan Evan agar tak mengganggunya.
“Diem ga..!” Caca membentaknya lagi.
“Iyaa.. tapi senyum dulu…” pinta Evan merajuk.
“Maless..!”
“Dih… masih marah. Jangan lama-lama klo marah, ntar cantiknya ilang!”
“Apaan sih?” ketus Caca sambil menghempaskan tangan Evan.
Saat Caca akan menambah kecepatannya dia sempat terkejut tatkala melihat Barra yg sedang menatapnya tajam tak jauh dari posisi berlarinya kini.
“Caa…!” Evan masih merajuk dan berlari disisi Caca lagi.
Tak ingin mencari masalah dengan Barra akhirnya Caca pun mengalah dengan mengakhiri marahnya pada Evan. Karena dia takut Barra akan marah padanya melihat Evan yg terus mendekatinya.
Memang aneh sih, Caca kepikiran hal itu padahal dirinya bukan siapa-siapa Barra. Yg jelas kini Caca akui nyalinya menciut kala melihat muka Barra yg jutek dengan tatapan yg begitu tajam menatap dirinya seperti ingin menerkam mangsa penuh dendam.
“Iyaa udah Van.. gw ga apa-apa! Cuma pengen diem aja!” sahut Caca yg berlari kecil sangat santai padahal sengaja agar tak cepat-cepat melewati Barra.
“Tapi.. senyum dulu…” Evan masih mengajukan syarat memastikan Caca tak marah lagi padanya.
Caca pun menyunggingkan senyumnya dengan lebar membuat Evan gemas dan mengacak rambut Caca, hal itu bertepatan saat mereka berada tepat di depan Barra.
Barra pun memicingkan matanya kearah Caca yg membuat Caca salah tingkah. Baru kali ini ada seorang cowok yg membuatnya salah tingkah, antara risih dilihatin sebegitunya dan takut Barra marah gegara sikap Evan padanya.
Caca yg masih kikuk pun mempercepat berlarinya meninggalkan Barra yg kini diselimuti amarah. Dadanya bergemuruh tak terima melihat Caca sedekat itu dengan pria apalagi kini dia tau siapa Caca.
Semua ini diluar kendalinya, Barra pun tak menyangka hatinya akan sepanas ini melihat Caca diperlakukan seperti itu oleh Evan. Padahal hal ini sudah sering Barra lihat sebelumnya.
Sepertinya Barra harus mengambil sikap tegas sebelum semuanya terlambat. Dia tak ingin Caca bersama dengan pria lain.
Ditambah kini dia sudah tak bisa lagi mengontrol emosinya, dia tak terima Caca tersenyum untuk pria lain. Mungkin sudah saatnya Barra melunturkan gengsinya. Meski dia pun tak yakin Caca akan mau menurutinya.
...****************...
Haiii.. semuanya!
Terimakasih masih setia dengan Caca..
Mau vote dan bintangnya dong biar author semangat nih nulisnya…
Jangan lupa tekan tombol favoritnya biar ga ketinggalan update terbarunya..
Mohon dukungannya yaa…
Makasih…💙
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘