Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Rudi
"Juna udah sekolah???" tanyaku setelah Juna menempelkan punggung tanganku di keningnya.
"sudah tante" jawab Juna dengan suara khas anak kecil.
"Dek,,, kamu bisa bantu aku pilih baju buat Juna,,," pinta Irwan.
"kalau kamu tidak keberatan,,,"
"boleh,,,, tapi selera kamu kan lebih bagus dari pada aku mas,,," ucapku lagi.
"nyatanya pilihanku adalah pilihan paling buruk di dunia,,," ucap mas Irwan sambil terkekeh.
"tapi itu kan sudah jadi pilihanmu mas,,, ya terima saja,,," sahutku.
"aku masih sangat berharap semua itu masih bisa aku perbaiki,,,"
"lihatlah baju itu cocok untuk Juna,,, gambar dino kan bagus,,," ucapku mengalihkan pembicaraan yang sudah ku tahu ujungnya akan kemana.
"iya bagus,,,, aku akan ambil itu saja,,,"
"dek,,, kenapa kamu dulu menolak Andi, ku rasa Andi pria yang baik,, jurangan lagi,,,"
"peristiwa itu sudah lewat mas, kurasa tak perlu aku menjawab pertanyaanmu itu,,,, aku saja sudah melupakan peristiwa 5 tahun yang lalu itu"
"aku kan belum pernah bertanya secara langsung padamu,, jadi aku ingin tahu saja,,," ucapnya.
"walaupun kamu belum pernah bicara secara langsung pasti kamu juga sudah mendengar dari mulut ke mulut, berita itu kan hits banget dulu,,,"
"bahkan sampai tetangga kampung pun banyak yang nenggolokku, masak kamu tidak tahu,, " ucapku sambil memgembangkan senyum.
"maaf tak seharusnya aku menginggatkan luka lama mu itu,,," ucapnya dengan raut wajah sedikit menyesal.
Setelah melakukan pembayaran semua belanjaan aku pun pamit pulang terlebih dahulu,,, aku juga mengucapkan terima kasih banyak sebab Mas Irwan pun membayar juga semua belanjaanku.
namun ku tolak mentah - mentah. Sejak masuk ke toko Juna sudah merenggek minta es krim.
Tak ingin menjadi bahan gunjingan jika ada warga sekitar rumahnya yang melihatnya makan bersama Irwan dan Juna.
"lain kali saja mas,,, sudah terlalu sore aku harus pulang,,
" aku malas membahas hal yang lampau,,,,"
Setelah menyelesaikan pembayaran itu, aku pun pamit kepada Mas Irwan, tak lupa ku ucapkan terima kasih, karena telah membayar semua belanjaanku juga.
"ayo yah,,,, cepet aku mau makan es krim,,," renggek Juna.
"iya sebentar,,,"
"dek,,, maukah kamu menemani kami makan es krim,,," tanyanya padaku.
"maaf mas,,, aku harus segera pulang, ini sudah sore,,," tolakku halus.
Aku memang tak ingin pergi bersamanya sebab aku tak ingin menjadi bahan gunjingan warga kampung lagi,
jika sampai ada yang melihat kami.
Sudah cukup bagiku menjadi bahan olok - olokan warga kampung.
Meski sampai sekarang masih ada yang menjuluki ku perawan tua.
Apalagi pernikahan Rudi sudah sangat dekat, pasti akan banyak yang mengasihani menganggap aku perempuan tidak laku.
***
Hari pernikahan Rudi tinggal 2 hari lagi, tradisi di kampungku para warga akan gotong royong memasak berbagai macam menu makanan, untuk kelancaran acara Rudi.
Sejak pagi ibu - ibu sudah datang untuk memasak menu untuk mengisi besek syukuran yang akan di bagikan ke seluruh warga kampung. Serta menyiapkan menu untuk menjamu tamu yang datang di acara resepsi ngunduh mantu.
Kehidupan warga kampung memang terlihat guyup rukun saat ada salah seorang warga yang mempunyai hajat.
Sehingga tuan rumah tak perlu memesan makanan dari catering.
Di saat seperti ini, aku harus menebalkan kembali kupingku. Banyak para ibu yang membicarakanku, karena aku belum juga mendapatkan jodoh di usia ku yang telah matang.
"Bu Ningrum itu bagaimana ya,,, punya anak gadis kok boleh dilangkahi anak lelakinya, ,tidak kasihan dia jika Rania jadi perawan tua" ucap seseorang ibu.
"iya,,, kasian sekali,,,, itu kayak nasibnya mbak Lilis, dilangkahi adik lelakinya sampai sekarang udah 50 tahun yo ngak dapet jodoh,,, " timpal seorang ibu yang lain.
Meski mereka berbicara secara berbisik - bisik, namun masih bisa aku dengar dengan baik.
Hatiku sudah biasa saja, sebab aku sudah cukup lama mendengar hinaan itu. Tak ada air mata seperti yang kurasakan dulu, karena hatiku sudah kebal, mentalku sudah terlatih.
Hari yang di tunggu - tunggu pun datang, kamj sekeluarga beserta keluarga besar kami, datang mengantarkan Rudi ke rumah mempelai wanita untuk melaksanakan ijab qobul disana.
Rudi pun dengan lancar mengucapkanya, hingga kata - kata sah mengema di seluruh ruangan.
Acara di rumah Linda cukup singkat hanya akad saja, sebab acara pesta akan dilaksanakan di rumah kami.
Acara pun berlangsung meriah meski sederhana, semua tamu undangan nampak senang dengan jamuan yang keluarga kami berikan.
"semoga cepet nyusul ya Ray,,," ucap Dini yang datang bersama suami dan putranya.
"insyaallah doa kan saja ya Din,,," jawabku pelan.
"aku selalu mendoakan yang terbaik untuk sahabatku yang satu ini,,," ucap Dini.
"silahkan dinikmati hidangannya Din,,," tawarku.
"iya,,, aku sudah makan kok,, tuh lihat Bintang asyik makan bakso,,," tuturnya.
Dini juga tamu undangan di acara ini, meski dia tak begitu mengenal Rudi, namun dia sahabat terbaikku.
Menjelang waktu ashar acara pun selesai, semua tamu undangan sudah kembali ke rumah masing - masing, hanya menyisakan para ibu warga sekitar rumah yang masih membantu membersihkan peralatan makan bekas menjamu tamu.
Di desa memang budaya gotong royong masih sangat lekat, hingga saat ada warga lain yang sedang kerepotan mereka dengan senang hati saling membantu dengan ikhlas.
"Rud,,,, ajak Linda makan dulu, kalian pasti belum makan dari siang tadi kan??" ucap ibu yang melihat sepasang suami istri baru itu selesai berganti baju.
"iya bu,,, "jawabnya tegas.
Tak berapa lama kulihat Linda keluar dari kamar Rudi setelah memasukkan beberapa barang pribadinya.
Karena Linda akan tinggal bersama kami di rumah sederhana kami.
"mbak Rania ayo makan bareng,, " ajak Linda.
"mbak tadi sudah makan bareng bapak Lin,,, kamu makanlah terlebih sekarang,,," ucapku pelan.
"kapan mbak Rania makan??? Aku tidak lihat,,," tanya Rudi sambil memasukkan nasi beserta daging rendang ke dalam mulutnya.
"ya tadi,,, pas kalian ganti baju,,," tukasku.
"udah ah,,, mbak capek banget, mbak mau istirahah dulu,,," ucapku lagi sambil meninggalkan mereka yang masih makan.
Aku memasuki kamarku yang terasa sangat nyaman, badanku rasanya sangatlah lelah, banyak hal yang harus ku urus seharian ini.
Sekarang lebih baik aku istirahatkan tubuh lelahku ini, agar esok hari aku bisa bekerja dengan semangat.
Tak menunggu waktu lama setelah mataku kupejamkan, aku sudah berpindah ke alam mimpi.
Ku lirik jam di dinding di kamarku, meski mata ini masih sangat berat, namun aku harus beranjak ke kamar kecil sebab rasa ingin buang air kecil tak bisa ku tahan lagi.
Setelah dari kamar kecil, tak sengaja ku dengar suara laknat dari dalam kamar adikku.
Meski aku masih jomblo, aku juga mengerti dengan masalah seperti itu.
Ku lewati depan pintu kamar adikku dengan cepat, sungguh ada rasa risih di hatiku mendengar suara - suara itu.
