Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Seluruh tubuh Rivan gemetaran, bagaimana pun juga dia tidak melakukan hal buruk pada Gricelin.
"Pasien mengalami luka traumatik, segera siapkan ... " Rivan sudah tidak bisa mendengar perintah dokter pada para perawat karena dia malah pingsan.
Terkejut, syok dan sangat takut dengan amarah Rava.
Dokter wanita itu hanya bisa memutar bola matanya jengah, melihat pria itu pingsan.
"Pak Harley, maaf saya lancang. Tolong bantu saya angkat pria ini, kalau sampai terjadi apa-apa dengan pria ini. Ini bisa merepotkan saya dan pihak rumah sakit," pinta dokter itu pada Harley dengan nada sopan seraya terus melakukan CPR pada Gricelin.
Harley yang juga panik saat melihat keadaan Gricelin hanya bisa menjawab permintaan dokter itu dengan anggukan.
Tanpa pikir panjang, dia melakukan apa yang diperintahkan
Dia juga dalam keadaan terkejut dan terguncang saat melihat keadaan Gricelin, jadi Harley lumayan merasa kesusahan saat mengangkat tubuh besar Rivan yang gemar ngegym.
Semua orang dirumah sakit ini sangat mengenal keluarga Gunawan yang notabene pemilik saham terbesar.
Bahkan dokter wanita terbaik dan terkenal sangat galak itu juga lumayan ramah dengan Harley.
Kaki Harley terasa sangat lemas, lalu tubuh Rivan terjatuh dan menindihnya.
Dokter itu tidak melihat, tapi berkata pada perawat dengan marah.
"Tolong salah satu dari kalian, pergi panggil satpam. Aku sedang melakukan penyelamatan, sungguh ini sangat merepotkan!"
Harley berkata dengan nada lemah, "Dok saya nggak pingsan kok.
"Saya tahu Pak Harley, tapi kalau membiarkan Anda terlalu lama tertindih tubuh pria itu, Anda akan .... " Ucapan dokter itu terhenti, saat mendengar suara detak jantung Gricelin di monitor.
Dokter itu memilih mengabaikan Harley, lalu meminta para perawat yang berada di dekatnya untuk membantu pemasangan alat bantu kehidupan.
Siang hari seperti ini, semua dokter biasanya sibuk diruangannya untuk melakukan pemeriksaan pada para pasien rawat jalan.
Setelah beberapa alat bantu kehidupan terpasang, para dokter yang sudah selesai bertugas datang berbondong-bondong ke UGD saat mendengar kabar burung jika Harley ada disana.
Mereka semua tentu berniat untuk menyapa orang paling penting dikota ini bukan?
*****
Gricelin membuka matanya perlahan, tapi yang dia dapati pemandangan kamarnya dirumah mewah Rava.
Saat dia ingin bangun, dia merasa kesulitan.
Ternyata tubuhnya terpasang beberapa alat medis, bahkan 3 buah monitor juga diletakkan tak jauh dari tempat tidurnya.
"Kamu sudah sadar?" tanya Rava dengan suara lembut, walaupun suaranya sudah dia buat selembut mungkin.
Hal itu tetap saja membuat Gricelin merinding ketakutan.
Tak berselang lama, pintu kamar dibuka.
Menampilkan beberapa dokter yang datang tergopoh-gopoh, disusul dengan lima orang perawat.
"Cepat periksa dia!" titah Rava dengan nada suara berbeda, suaranya sekarang ini sangat jauh dari kata lembut.
"Baik Tuan."
Tiga dokter wanita dan beberapa perawat itu segera mendekat ke arah Gricelin.
Lalu mereka menjelaskan pada Rava, kalau keadaan Gricelin sekarang ini sangat baik dan stabil.
Jadi mereka meminta persetujuan Rava untuk melepaskan semua alat bantu yang menempel pada tubuh Gricelin.
Rava pun setuju.
Dokter dan perawat itu dengan cekatan langsung melakukan tugasnya.
"Sekarang kalian boleh pergi! Asisten pribadiku sudah mentransfer uang ke rekening kalian."
Setelah beberapa dokter dan perawat itu pergi, Rava berjalan mendekat ke arah Gricelin.
"Aku sudah mengambil tangan Dustin yang berani melecehkan mu!"
Ucapan Rava sontak membuat tubuh Gricelin menegang, reflek dia langsung menoleh dan menatap Rava.
Berharap jika ucapan Rava hanya sebuah kebohongan.
Tapi Gricelin tidak bisa melihat kebohongan dari wajah Rava.
"Tuan ... Saya ... " Sebelum Gricelin bisa menyelesaikan ucapannya, Rava tiba-tiba sudah berada disampingnya dns melumat bibirnya.
Gricelin ingin melepaskan bibirnya dari dekapan Rava, tapi Rava malah semakin mengurung bibirnya.
Ciuman panas itu berlangsung lama.
Gricelin akhirnya memilih pasrah, toh orang yang baik dan mau merawatnya dengan tulus hanyalah Rava seorang.
Mungkin tanpa bantuan Rava, dia sudah mati sebelumnya.
Rava melepaskan ciumannya, lalu berbisik ditelinga Gricelin.
"Aku sudah mengambil bola mata pria itu. Beraninya dia melihat tubuhmu, hanya aku dan kedua saudara kembarku yang boleh melihatnya."
Ucapan Rava lagi-lagi langsung membuat bulu kuduk Gricelin meremang.
Tapi Gricelin buru-buru menenangkan dirinya, bisa saja Rava berbohong bukan.
Mana mungkin ada orang setega itu? Itulah hal yang sekarang ini ada didalam pikiran Gricelin.
Tapi dia tidak mau ambil pusing.
"Apakah kamu bahagia saat pergi kuliah, sayang?" tanya Rava seraya mengambil makanan yang tersedia disebuah meja.
Gricelin menatap makanan kesukaan, moodnya sekarang langsung berubah baik.
Sebenarnya dia paling suka dengan apa yang disebut dengan makan.
Gricelin kira, Rava akan menyerahkan piring itu padanya.
Ternyata, Rava malah menyendok makanan di piring itu.
"Sepertinya pria ini gak sebaik seperti yang aku pikirkan!" Desahnya dalam hati, dia merasa kecewa karena Rava malah memakan makanan itu.
Rava mendekatkan sendok yang sudah terisi makanan ke depan mulut Gricelin. "Kamu belum menjawab pertanyaan ku? Apakah mau aku berikan hukuman yang lebih seperti malam bersama kedua saudara kembarku."
"Aku sangat bahagia kuliah, karena sebenarnya aku sangat menyukai belajar," jawab Gricelin jujur dan polos seraya membuka mulutnya.
Wajah Gricelin kembali riang, saat mengunyah makanan itu.
"Oke."
Tak banyak percakapan yang dilakukan keduanya, Gricelin memang suka bicara pada orang yang sudah dia kenal.
Dia akan menjadi pendiam, jika dekat dengan orang asing.
Dan sampai sekarang, Gricelin merasa belum begitu dekat dengan Rava.
Sementara Rava, duduk disofa dan berkutat dengan laptop miliknya.
Pintu kamarnya diketuk, seseorang ijin masuk.
"Tuan Rava ini adaalah proposal dari perusahaan Gunawan yang ingin melakukan kerja sama dengan perusahaan kita," celetuk seorang pria dengan mengenakan tuksedo.
Gricelin mengernyit, merasa tidak asing dengan pria yang masuk ke dalam kamarnya.
"Tolak!"
"Baik, Tuan Rava." Pria itu membungkuk lalu pamit.
Gricelin tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan oleh Rava dan asisten pribadinya, dia hanya fokus dengan wajah pria itu.
Riko yang merasa wajahnya terus di perhatikan, sontak saja menoleh.
Tatapannya beradu dengan Gricelin, hal itu sukses membuatnya terkejut.
Dia adalah sahabat Harley Gunawan dan mengagumi kepolosan Diandra namanya Riko Santoso.
Sementara Riko tidak menyangka, akan bertemu dengan wanita murahan yang mengkhianati sahabatnya sendiri.
Bagi Harley dan teman-temannya, Gricelin hanyalah sosok yang tempramen, kasar, sombong dan selalu menyakiti Diandra.
Tapi sekarang kenapa bisa Gricelin ada disini.
Bahkan Tuannya yang sangat kaya dan terkenal kejam dikalangan pebisnis menempatkan Gricelin di kamar utama.
"Apakah kalian berdua saling mengenal?" tanya Rava seraya menaikkan satu alisnya.
Gricelin tahu dan mengenal Riko.
Riko sering merendahkannya, menganggapnya tidak penting bahkan memperingatkannya beberapa kali untuk menjauhi Harley agar Harley bisa bertunangan dengan Diandra.
Mengingat hal itu, rasa sakit kembali muncul.
Gricelin menjawab dengan rasa penuh percaya diri. "Aku nggak mengenalnya, sayang! Tolong suruh dia segera pergi! Aku merasa nggak nyaman."
Deg.
Sementara Riko merasa terkejut dengan ucapan Gricelin yang dulunya ingin dekat dengannya maupun teman-temannya.
Sekarang Gricelin menolaknya.
Rava berbicara dengan nada dingin. "Pergi!"
Riko merasa mempunyai firasat buruk.