NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#09

Wajah Afi yang terlihat murung sebelumnya, semakin tampak murung karena pertanyaan sang mama. "Anin ... aku akan berpisah dengannya untuk sementara waktu?"

"Apa?"

"Tunggu! Bagaimana maksudnya? Kamu akan berpisah dengannya untuk sementara waktu? Apa kamu berencana untuk berpisah dengan Desi setelah menikah, Hanafi?"

"Tidak perlu membahas hal itu sekarang, Ma. Yang penting, menikah saja dulu. Apa yang terjadi selanjutnya, kita lihat saja nanti."

Ucapan Afi membuat Nisa terdiam. Namun, benaknya langsung membenarkan apa yang Afi katakan. 'Ya. Menikah saja dulu. Kedepannya, aku akan pikirkan cara lain untuk mempertahankan pernikahan mereka. Hah. Lagian, aku yakin nantinya juga Afi pasti tidak akan rela melepaskan Desi. Secara, Desi lebih baik di segala sisi ketimbang Anin yang tidak punya keistimewaan sama sekali.' Nisa bicara dalam hati dengan raut wajah yang sangat bahagia.

"Iya, iya. Kamu benar, Fi. Menikah saja dulu. Kedepannya, biarkan takdir yang menentukan ya. Sekarang, kapan waktu pernikahan itu akan kalian langsungkan. Menikah tidak perlu terlalu mewah juga gak papa sih. Tapi yang penting, Desi tetap menjadi menantu mama, Fi."

Afi langsung melepas napas berat. "Terserah mama saja. Kapan waktu yang baik, aku akan mengikuti."

"Ah, kalau begitu, bagaimana kalau minggu depan saja? Minggu depan bisa di katakan waktu yang baik. Tanggal nikah mama sama papa kan juga minggu depan, Fi. Bagaimana? Setuju gak?" Nisa terlihat sangat bersemangat sekarang. Sangking semangatnya wanita tua ini, dia terlihat seperti tidak pernah mengalami sakit sebelumnya.

Afi bangun dari duduknya sambil berucap. "Terserah mama. Atur saja. Aku akan mengikuti apa yang mama katakan."

Setelah berucap, Hanafi langsung beranjak meninggalkan kamar rawat sang mama. Melihat anaknya yang langsung pergi tanpa mengakhiri ucapan, Nisa langsung menahan langkah si anak dengan cepat.

"Eh, Fi. Kamu mau ke mana?"

"Pulang, Ma. Aku punya banyak hal yang harus ku urus."

"Lah, mama siapa yang jaga?"

"Minta Mbak Desi datang. Aku yakin, dia pasti akan senang buat jagain mama."

"Lho, kamu-- "

Hanafi yang tidak ingin berdebat dengan sang mama malah langsung membuka langkah kembali. Jujur, Nisa cukup kesal akan ulah anak tengahnya ini. Tapi, karena Hanafi baru saja memberikan kabar yang sangat membahagiakan buat hati Nisa, maka rasa kesal karena ditinggalkan si anak bisa segera menghilang.

"Ah, gak papa. Biar saja dia pergi sekarang. Yang penting, dia sudah setuju untuk menikah secara sah dengan Desi. Aku bahagia banget karena kabar ini. Sungguh-sungguh bahagia. Akhirnya, Desi tetap jadi menantu aku walau Ali sudah tidak ada." Nisa bicara sambil tersenyum lebar.

Sementara di luar sana, Afi sedang melangkah dengan perasaan berat. Setuju untuk menikah dengan kakak ipar adalah karena terpaksa. Hatinya luka saat memikirkan hidupnya yang kacau berantakan. Tapi, setitik embun tetap ia pertahankan. Menjadi penguat langkah untuk tetap maju ke depan.

"Berpisah hanya untuk sementara saja. Aku pasti bisa mendapatkan Anin lagi nantinya. Bercerai, bukan berarti tidak bisa menikah lagi, bukan?"

"Ya, ya, ya. Aku bisa menikah lagi dengan Anin setelah berpisah. Nanti, tunggu Anin sudah tidak marah lagi padaku. Aku akan buat Anin jatuh cinta lagi setelah bercerai."

Hanafi berhenti di bawah pohon besar yang ada di taman rumah sakit. Satu tangan ia pukul ke batang pohon tersebut. "Agh! Andai saja aku tidak perlu bercerai sekarang. Aku yakin, hidupku pasti akan bahagia."

"Anin, andai kamu bisa sedikit rela mengorbankan perasaan mu, Nin. Aku pasti akan mengutamakan kamu setelah aku menikah dengan mbak Desi. Karena hanya kamu satu-satunya wanita yang aku cintai di dunia ini. Hanya kamu, Anin."

*

Beberapa hari kemudian, mama Afi sudah pulang dari rumah sakit. Persiapan pernikahan pun langsung wanita tua itu lakukan. Dia dengan penuh semangat menyiapkan pernikahan kedua untuk anaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan menantunya yang sedang tersakiti.

"Nah, ini semua undangan yang akan kita bagikan," ucap Nisa pada Hana.

"Sebanyak ini, Ma?"

"Iya. Tentu saja. Kenapa? Terlalu banyak nurut kamu?"

"Iya ... iya lumayan sih. Kan, katanya cuma nikahan kecil-kecilan aja. Tapi, ini kok banyak banget, Ma?"

"Banyak apanya? Ini itu gak ada seperempat dari kenalan dekat kita yang mama undang. Huh, jika saja Afi bersedia mengadakan pesta yang besar, mama pasti akan siapkan lebih banyak undangan lagi buat pernikahan mereka."

Saat ibu dan anak sibuk berbincang tentang pernikahan Afi, Nindi yang tidak punya jalan lain untuk menuju pintu keluar terpaksa melewati pasangan ibu dan anak yang sedang ngobrol di ruang tengah. Dua manusia yang tidak punya hati itupun langsung menegur Anindia yang sedang melangkah dengan santai menuju pintu.

"Anindia."

Suara lantang Nisa langsung menahan langkah kaki Anin yang sedang bergerak. Mau tidak mau, Nindi pun terpaksa berhenti. Menoleh ke arah mama mertuanya dengan engan.

"Ada apa, Ma?"

"Mau ke mana kamu?"

"Minimarket."

"Minimarket? Ngapain kamu ke sana?"

"Ada yang-- "

"Kamu gak tahu rumah sedang sibuk? Kenapa kamu malah keluyuran, Anin?" Nisa malah memotong ucapan Nindi dengan kesal. "Tidak perlu pergi. Jika ada yang ingin kamu beli, titipkan saja uangnya ke bibi. Biar bibi yang sekalian belanja beli barang yang kamu butuhkan. Sedang kamu, bantuin persiapan yang masih banyak kurang di dapur."

Nindi langsung menatap tajam Nisa.

"Bantu? Apa gak salah, Ma?"

"Mama minta aku bantu? Hati mama masih ada? Gak hilang, bukan?"

Wajah Nisa langsung berubah kesal bukan kepalang. Menantu penurut itu sudah menjadi sangat pembangkang. Dulunya, Nindi hanya akan melakukan apa yang Nisa ucap. Sekali ucap, wanita itu langsung pergi tanpa membantah. Lah sekarang, uh ... bukan hanya membantah. Malah langsung mengeluarkan kata-kata tajam tanpa ampun lagi.

Kesal Hana bukan kepalang saat mendengarkan jawaban Nindi. Dia pun langsung bangun dari duduknya. "Anindia! Kamu lancang banget ya sekarang. Semakin gak tertolong lagi ucapan mu itu. Sadar gak sih? Yang kamu ajak bicara itu mama mertua kamu. Di mana kesopanan yang sebelumnya kamu perlihatkan pada kami, ha? Kok cepat banget ngilangnya."

"Aku rasa, kamu juga bicara dalam kondisi yang gak sadar, Han. Karena jika kamu sadar, kamu gak akan ikut-ikutan bicara dengan kata-kata sok tahu seperti barusan. Bisa-bisanya kamu tanya di mana sopan santun ku yang sebelumnya. Kamu lupa? Kalau kamu saja tidak punya sopan santun sejak kamu hidup?"

Mata Hana membulat. Hatinya semakin merasa kesal. Tapi Nindi tidak ingin mengakhiri ucapannya sekarang. Seolah, apa yang baru saja dia ucap masih tidak cukup untuk memukul adik iparnya yang memang sok pintar sejak lama.

"Ah, aku nyaris lupa dengan pertanyaan mu yang pertama, Han. Aku sadar kok siapa yang sedang aku ajak bicara. Tapi masalahnya, yang ngajak aku bicara itu pernah anggap aku menantunya atau tidak? Karena yang menghormati akan tetap di hormati. Begitu pula sebaliknya. Manusia itu akan menerima apa yang dia tanam."

1
yuni ati
Mantap/Good/
Jumiah
bs jd itu lain anakx ali suamix ..
anak selingkuhan desy..
Jumiah
ntt desy selingkuh hamil baru tau rasa mm x afi...
Jumiah
nindi ajukan sdh gugat ceremu ...
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
Jumiah
anin pergilah sejauh mungkin ...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
Jumiah
nindi kmu hrus tegas jangau mau di dua kan ..
Jumiah
gk usag banyak gaya afi klo memang mau nikah lg cerekan dulu nindi...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
Patrick Khan
.emak km sukses bikin mental afi down... desi km gk sadar afi gk doyan km😏😏😏
Lee Mbaa Young
Semoga cpt cerai, kl pun hanafi gk bisa balik lagi ma mantan semoga dpt wanita yg baik gk kayak Desi.
Lee Mbaa Young
Lah pelakor merusak rumah tangga orang kok mau bhgia. mimpi saja kau.
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
.akhir nya nenek lampir ketauan jg kan😏😏belom tau busuk nya desi km nek lampir..
Lee Mbaa Young
eh laporkan dokter nya ke polisi krn mau mmbuat laporan palsu.
Lee Mbaa Young
Semoga nnti beneran sakit parah tu tua bangka.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
aku suka😍😍😍
Patrick Khan
.kak anin apa nindi si.. typo ya.. 🙏😁😁anindia kadang anin kadang nindi ..
Patrick Khan: ayo up lg aja kak..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!