YOU MUST MARRY ME

Morning 10

"Ini tak berat, apakah isinya kain kanvas?" tanya Lucian ketika Dew membuka lemari.

"Bajuku," jawab Dew.

"Baju melukis?" tanya Lucian.

"Ya, semacam itu," jawab Dew.

"Seharusnya tak perlu membawanya karena kau bisa membelinya di sini. Pasti baju baju itu sudah kotor dengan cat," kata Lucian.

"Tidak, aku selalu menjaganya dengan baik dan baju baju itu masih bersih," sahut Dew.

"Kau keluarlah dulu, aku akan membuka kotak ini terlebih dulu karena sepertinya di dalamnya lembab," ucap Dew.

"Aku akan membukanya agar cepat, Luca menunggu kita di bawah," ucap Lucian membuka kotak karton itu.

"Hei, jangan," sahut Dew dan menahan tangan Lucian agar tak membuka kotak itu.

Itu membuat tangan mereka bersentuhan kemudian mata mereka saling bertatapan.

"Ups, sorry," kata Lucian dan tak melepaskan tangannya dari kotak itu.

"Aku akan menunggu di bawah," ucap Lucian.

Dew mengangguk dan dadanya sedikit berdebar ketika tangan mereka bersentuhan. Meskipun dulu mereka pernah bercinta, tapi itu sama sekali tak membekas di ingatan keduanya karena mereka sama sama mabuk kala itu.

Lucian turun ke bawah dan menuju meja makan.

"Kalian menginap di sini malam ini?" tanya Lucian.

"Ya, Uncle," jawab Lean yang sudah memakan makan malamnya.

"Mana Mommy, Dad?" tanya Luca.

"Sedang menata baju melukisnya," jawab Lucian.

Luca hanya mengangguk dan kembali menyantap makan malamnya.

"Mungkin baju itu memiliki kenangan besar hingga dia tak mau membeli yang baru meskipun Daddy sudah menawarkannya," kata Lucian yang kini duduk di sebelah Luca.

"Itu bukan baju biasa karena Mommy membelinya cukup mahal," sahut Luca.

"Baju apa, Luca? Itu artinya aku harus memakai baju itu juga nanti karena aku akan diajari melukis oleh Aunty Dew," kata Reia.

"Itu bukan pakaian anak - anak, Reia. Kau tak boleh memakainya," jawab Luca.

"Luca, mungkin ada ukuran untuk Reia nanti. Pasti ada celemek melukis untuk anak kecil juga, bukan?" sahut Lucian yang mulali mengambil makanannya itu.

Lalu Luca membisikkan sesuatu pada Lucian yang membuat Lucian hampir tersedak.

"Mommy memakai baju itu ketika melukis?" tanya Lucian pelan.

Luca mengangguk.

"Kenyamanan diperlukan untuk mencari inspirasi. Begitulah kata Mommy," sahut Luca yang cara bicaranya tampak biasa saja.

Lucian hanya mengangguk saja dan mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Luca.

Tak lama kemudian, Dew tiba di ruang makan dan menyapa semuanya.

"Bagaimana bajunya? Apakah masih bagus?" tanya Lucian.

"Ya, aku hanya tinggal mencucinya saja karena sedikit bau lembab," jawab Dew tersenyum dan mencium kening Luca.

Ya, Dew akan sangat berbeda jika berada di depan Luca. Setidaknya itu lah yang dilihat oleh Lucian saat ini dan itu membuatnya ada rasa penasaran akan sosok ibu dari anaknya itu.

"Aku bisa membelikanmu yang baru lagi jika kau mau," kata Lucian yang seakan tertarik pembahasan ini.

"Kurasa apa yang dikatakan Daddy benar, Mom. Mommy sudah lama tak mengganti baju baju itu meskipun baju itu masih terlihat bagus. Meskipun masih bagus, tapi baju itu pasti bau cat," sahut Luca.

"Bisakah kita tak membahas masalah baju?" kata Dew yang merasa ini pembahasan yang tak terlalu penting.

"Aku sudah mengatakan pada Daddy tadi," kata Luca.

"What???" sahut Dew yang merasa sedikit malu dengan hal itu.

"Aku ingin tahu baju apa yang kalian bicarakan?" tanya Lean sambil mengunyah.

"Baju melukis, Lean," sahut Reia.

"Kids, ayo kita lanjutkan makan malam ini," ucap Dew menghentikan pembahasan tentang baju melukisnya.