Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI H
Hari yang ditunggu pun tiba. Hari ini Farhana, Dzaki dan Radit akan pergi ke SMA Unggulan untuk mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris.
Sejak pagi buta Tuan Pratama dan Bang Atta sudah tiba di depan asrama. Meski mereka tidak bisa mengantar langsung ke tempat acara, namun mereka masih bisa memberikan semangat sebelum berangkat.
Karena acara dilakukan sejak pagi, maka Farhana dan yang lainnya juga harus datang lebih pagi.
Hari ini Farhana sudah memutuskan untuk tidak menggunakan kursi roda lagi. Saat Dzaki tiba di asrama ia tidak bisa menahan keterkejutannya.
"Kamu sudah bisa berjalan! " serunya dengan antusias. Kemudian pandangannya jatuh kepada Bang Reza yang masih berdiri di sampingnya. Tidak ada raut terkejut seperti yang dialaminya. Sudah pasti ia sudah tahu lebih dulu.
"Seperti yang Kamu lihat, " jawab Farhana dengan tenang.
"Baguslah kalau begitu. Aku turut senang melihatnya, " kata Dzaki dengan tulus.
"Mau sarapan dulu apa tidak? " lanjutnya. Sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi mereka sarapan bersama.
"Apa nanti tidak kesiangan? bagaimana kalau Kita beli roti saja. Nanti bisa Kita makan saat didalam mobil, " kata Farhana memberi usulan.
"Tidak perlu beli. Papa sudah siapin buat bekal dalam perjalanan. Buat Dzaki juga ada."
Tuan Pratama sudah akrab dengan Dzaki. Beberapa kali datang ke apartemen Dzaki untuk bertemu dengan Bang Reza.
"Terimakasih Paman, " kata Dzaki dengan tulus.
Bang Atta memberikan satu kotak makanan buat Farhana dan satu kotak lagi buat Dzaki. Ia dan Tuan Pratama mengantarkan Farhana hingga gerbang sebelum masuk mobil mereka dan berangkat ke kantor.
Ternyata Bu Firda sudah menunggu kedatangan mereka. Hari ini Bu Firda dan Bu Eva bertugas untuk mendampingi mereka bertiga.
"Akhirnya Kalian datang juga. Loh Hana...Kamu sudah bisa berjalan!"
"Alhamdulillah ...'" jawab Farhana sambil tersenyum.
"Syukurlah kalau begitu. "
Sebenarnya masih banyak yang ingin Nu Firda tanyakan pada Farhana. Namun ia sadar waktunya tidak tepat.
"Apa Kalian sudah sarapan? "
"Belum Bu, " jawab Farhana dan Dzaki dengan kompak.
"Mau pergi ke kantin dulu buat sarapan? "
"Tidak perlu. Tadi Papa sudah bawakan Kami bekal buat sarapan." Farhana menjawab sambil menunjukkan bekal makanan yang masih ada di tangannya.
"Baguslah kalau begitu. Kalian bisa makan dulu bekal yang Kalian bawa sekalian menunggu kedatangan Radit. Entah kemana anak itu kok masih belum juga datang. Padahal biasanya ia tidak pernah telat sama sekali."
"Kalau Ibu mau tau jawabannya langsung saja hubungi nomernya."
"Kita tunggu lima menit lagi. Kalau dia belum datang juga baru Ibu hubungin nomernya."
Dzaki dan Farhana menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Farhana menarik tangan Dzaki untuk duduk. Di dekat situ ada kursi yang biasa diduduki para siswa untuk bersantai.
"Kita makan disini saja bagaimana? " tanya Farhana meminta persetujuan dari Dzaki. Lagi pula ada wastafel yang bisa mereka pakai untuk mencuci tangan.
"Boleh, " jawab Dzaki dengan singkat.
Akhirnya mereka sarapan di kursi tersebut. Bekal yang dibawa Tuan Pratama berupa nasi, tumis buncis telur, dan daging cincang. Mereka makan dengan cepat.
Setelah selesai sarapan keduanya kembali menghampiri Bu Firda yang nampak panik. Entah apa yang terjadi selama mereka pergi.
"Ada apa Bu? "
"Ibu barusan dapat telpon dari orang tua Radit. Katanya ia tidak bisa datang. Sejak semalam perutnya sakit. Saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Padahal sudah waktunya Kita berangkat. Bagaimana ini? "
"Bukankah masih ada Kenzo sama Dwi? "
"Betul juga. Tapi Ibu bingung mau pilih siapa."
Mungkin karena tegang dan juga panik membuat Bu Firda kebingungan menemukan solusinya.
"Bu Evanya mana? "
"Ada sesuatu yang tertinggal. Sambil menunggu beliau tolong panggilkan Kenzo sama Dwi. Tolong usahakan lebih cepat. Eh.... Hans tunggu disini saja. Biar Ibu sama Dzaki saja yang mencari mereka. Kasihan kakimu yang baru sembuh. "
Farhana tidak perkataan Bu Firda. Saat Dzaki dan Bu Firda pergi ia duduk dengan tenang di samping mobil.
Tak lama kemudian Dzaki tiba bersama Kenzo. Sedangkan Bu Firda sendirian dengan muka cemberut. Entah apa lagi yang membuatnya seperti itu. Tapi melihat tidak ada Dwi diantara mereka, sepertinya ia bisa menebak.
"Dwi tidak masuk sekolah. Ia juga mengalami hal yang serupa. Semalam Radit dan Dwi keluar. bersama. Keduanya mengalami hal yang sama. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Kita harus segera berangkat."
"Baik Bu."
mga hana bsa mnolong,mskpn bnyak orng yg mragukn...
sprti biasa....orng jht yg iri,trs mlkukn brbgai cra biar tjuannya trcpai....tp syangnya dia ga bsa mnemukn apa yg dia cari....kl pelakunya udh kthuan sm hana,kira2 bkln d apain y????
jd pgn ikutan jg sm hana....😁😁😁
🤭🤭