Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sengaja Menyakiti Diri Sendiri.
Mata Tuan besar Bernard berbinar melihat siapa yang datang, itu adalah cucu dari Teman dekatnya Patrick, dia hanya mengenal cucunya Soppie karena hubungan wanita itu dengan Vard. Pemuda itu mengenalkan diri di pesta ulang tahun Queena, ia sangat puas dengan attitude pemuda bernama Rick itu.
"Nak Rick, kemari lah."
Rick mendengar namanya dipanggil oleh kakek Queena, dia tersenyum lalu berjalan menghampiri untuk menyapa. Saat sudah berada di depan Tuan besar dia menunduk memberi hormat. "Selamat malam, kek. Anda mendapatkan salam dari kakek saya."
"Hahaha, kamu sangat tampan juga sangat sopan tak seperti kakekmu. Kami sudah berteman selama bertahun-tahun, tak menyangka dia punya cucu seperti kamu. Dia hanya mengatakan mempunyai 8 cucu, aku hanya mengenal satu cucunya, yaitu Soppie."
"Calon Papa mertua, selamat malam." Sapa Soppie di samping Rick.
"Ya, ya ya. Kamu juga datang, Soppie. Ayo duduklah bergabung bersama kami, kamu juga nak." Ucap kakek pada Rick.
Tuan besar menatap tajam pada putranya, Vard. "Kau duduk bergeser, biar Soppie duduk di sampingmu."
Vard menurut, dia bangun dari duduknya pindah ke samping kanan Queena mengosongkan kursi di samping sang Ayah.
"Rick, duduklah di samping kakek dan Queena. Kamu Soppie duduklah di samping kanan Vard."
Soppie mengangguk, dia berjalan ke kursi ke-empat dalam jajaran meja makan.
Rick segera duduk di kursi bekas duduk Vard, disamping kiri Queena dan samping kanan sang kakek.
"Pelayan, segera hidangkan makanan pembuka." Perintah Ibu Rossi.
Rick mencuri pandang pada Queena, tangannya dibawah meja membelai tangan gadis itu menarik dan menggenggamnya meskipun Queena menarik tangannya ingin melepas, tapi Rick tak menyerah, dengan kuat dia menggenggam tangan Queena.
Queena menenangkan diri, tak ingin sang Daddy menyadari kegugupannya atau kelakuan Rick dibawah meja akan disadari Daddy-nya.
"Sayang, malam ini jangan terlalu banyak makan. Kamu masih belum sembuh, hm?" Ucap Vard pada Queena.
"Ya, Dad. Aku tau."
"Vard, kalau Queena masih sakit besok aku akan luangkan waktuku dan merawatnya. Tadi siang kata Rick, Queena tidak masuk sekolah."
"Terima kasih, tapi aku sendiri bisa mengurus Queena. Kau tak perlu ikut campur." Jawab Vard dingin.
"Vard! Jangan bicara seperti itu pada Soppie, dia adalah calon istrimu! Dia tentu saja berhak mencampuri urusanmu, termasuk mengurus Queena." Teriak sang Ayah.
Vard hanya diam tak ingin menjawab atau membantah Ayahnya, dia belum ingin mengatakan jika dia sudah putus dengan Soppie. Karena Soppie bisa menjadi kedok yang bisa menutupi perilaku abnormal nya pada Queena.
"Tidak apa-apa, Pah. Maksud Vard baik, aku tau itu. Iya kan, Vard." Soppie mengelus lengan Vard.
"Sudah, sudah. Makanan datang, nikmat hidangan nya." Sekali lagi Ibu Rossi meng-interupsi.
Saat sudah mulai makan Vard melirik Queena, sejak tadi gadis itu hanya menggunakan tangan kanan mengambil minum dan makanan. Dia lalu melirik Rick, pemuda itu hanya menggunakan tangan kiri.
Degh! Vard memundurkan kursinya sedikit ke belakang, melihat tangan Rick dan Queena saling menggenggam.
Kurang ajar! Berani-beraninya!
Saat memajukan kursinya kembali tak sengaja sikut Vard menyenggol gelas di meja, gelas terjatuh ke lantai dan pecah.
Genggaman tangan Rick dan Queena terlepas, Queena menoleh ke arah sang Daddy. Saat tatapan mereka bertemu, gadis itu bergidik ngeri melihat tatapan dingin Daddy-nya.
Vard bangun dari kursinya, ia jongkok lalu dengan tangan kosong memunguti pecahan gelas. Darah mengucur dari telapak tangannya, ia memejamkan mata saat menggenggam pecahan gelas itu sengaja menyalurkan amarah nya dengan menyakiti dirinya sendiri.
"Vard!!!" Soppie berteriak histeris melihat darah bercucuran dari telapak tangan Vard.
Tuan besar Bernard bangun dari kursinya melihat apa yang terjadi. "Cepat bawa kotak obat kesini." Teriaknya.
Vard lalu melepaskan pecahan-pecahan beling dari telapak tangan, tapi pecahan-pecahan kecil beling masih menancap.
Saking shock, Queena bahkan tak mengeluarkan suara, wajahnya pucat pasi.
ada lagi?🙃