BALASAN UNTUK SUAMI PENGKHIANAT.

" Loh? Aku kan ngak ngomong kayak gitu, kenapa kamu jadi marah dan ngebentak aku? Aku juga ngak ada bilang kamu selingkuh, apa lagi nuduh."

" Kamu sendiri yang bilang, kalau kamu pergi bareng Dina. Berarti kamu kerja sama perempuan dong."

Ku lihat wajah mas Gio menegang dia pun segera mengalihkan pandangan nya ke arah lain.

***********

" Aku ngantuk, mau tidur." Ucap nya lalu berbaring dan membelakangi ku.

Aku acuh saja, dan ikut berbaring.

Pagi nya aku bangun kemudian turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar dari kamar mandi aku melihat mas Gio sudah bangun, dia duduk di sisi ranjang sambil memainkan ponsel nya. Aku berjalan menuju meja rias, kemudian aku memakai make up tipis, kulihat mas Gio masih memainkan ponsel nya sambil sesekali melirik ke arah ku.

Aku tidak mempedulikan nya.

Akhir nya dia meletakkan ponsel nya di atas ranjang, kemudian dia berjalan masuk ke kamar mandi.

Setelah aku selesai dengan aktifitas ku, aku segera turun ke bawah untuk sarapan.

Tak lama kemudian mas Gio pun menyusul.

Pagi ini kami sarapan dalam diam, hanya dentingan sendok yang terdengar.

" Hari ini kamu pergi ke restoran." Tanya mas Gio.

" Iya." Jawabku singkat.

" Oh, baiklah."

Kembali hening tidak ada pembicaraan di antara kami.

" Mas waktu kamu keluar kota, kamu ketemu klien yang mana.?

Kok Ayah ngak ada ngomong sama aku ya.? Pada hal kalau ada pertemuan penting, Ayah pasti selalu kasi tau aku."

" Uhuuk...Uhuuuk." mas Gio segera segera meneguk air gelas nya sampai tandas.

" Maka nya pelan-pelan kalau makan, kayak habis kepergok melakukan kesalahan aja."

" Mungkin Ayah lupa buat kasi tau kamu sayang." Jawab mas Gio gugup.

" Oh, mungkin saja, nanti aku tanya langsung sama ayah saja."

" Eh, ngak usah sayang, kan semua urusan nya sudah di selesaikan."

Aku menatap dalam mata nya, dia segera berpaling melihat kearah lain.

" Kenapa? Ada yang coba kamu sembunyikan dari ku mas.?" Tanya ku sambil menatap nya tajam.

" E-ngak ada yang aku sembunyikan sayang." Jawab nya.dia berusaha bersikap tenang.

" Oh ya, mas berangkat dulu yah, mau bareng ngak? Biar mas anter kamu ke restoran sekalian.?"

" Ngak usah, aku bisa berangkat sendiri."

" Ya sudah, kalau gitu mas duluan ya." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

*****

Beberapa bulan berlalu, hubungan ku dan mas GIo semakin renggang. Mas Gio juga jarang pulang kerumah, dengan alasan yang ngak jelas. Tapi aku tidak peduli, malah jauh lebih baik begitu.

Dan yang lebih mengejuk kan lagi, Dina orang kepercayaan ku tiba-tiba di pindahkan menjadi staf ke uangan.

Posisi nya sebagai sekretaris di gantikan oleh orang lain, tanpa konfirmasikan dengan ku. Aku jelas ngak terima dong, dengan keputusan mas Gio yang seenak nya menggantikan orang kepercayaanku dengan orang belum tentu kinerja nya seperti apa, tanpa berunding dengan ku.

Setelah aku di beri tahu oleh Dina kemarin kalau dia sudah di turunkan jabatan nya. Dan posisi nya di gantikan orang lain.

Dan hari ini aku memutuskan untuk datang keperusahaan, ingin melihat siapa yang berani menggantikan orang kepercayaanku.

Setelah sampai, aku segera berjalan dengan anggun masuk kedalam.

Di sana terlihat Dina yang sudah menunggu di pintu masuk.

" Pagi bu." Sapa nya dengan ramah sambil sedikit membungkuk kan badan nya.

" Pagi Din, bapak belum datang.?" Tanya ku.

" Belum bu, sudah seminggu ini bapak sering masuk siang." Jawab Dina.

" Baiklah, kamu ikut saya keruangan dan jelaskan semua nya."

Dina hanya mengangguk dan menyusul langkah ku dari belakang.

Sesampai di depan ruangan Ceo aku membuka pintu ruangan itu lalu masuk dan langsung duduk di kursi yang selama ini menjadi tempat duduk mas Gio selama dia memimpin perusahaan.

" Jelas kan." Ucap ku sambil menatap ke arah Dina.

" Seminggu yang lalu bapak datang bersama seorang perempuan, pak Gio menemui saya. Tanpa banyak bicara dan langsung menurunkan jabatan saya. Awal nya saya ingin bertanya apakah saya membuat kesalahan, sehingga jabatan saya di turun kan dan di gantikan orang lain. Tapi bapak tidak memberikan saya kesempatan untuk bertanya, bapak langsung mengancam saya, kalau saya banyak bertanya, dan kalau saya lapor ke ibu, bapak akan pecat saya tanpa pesangon." Jelas Dina panjang lebar.

" Kenapa kamu ngak bilang dari awal ke saya hah? Kenapa kamu baru memberi tahukan semua ini kemarin.?" Ucap ku geram.

Aku yang sudah di kuasai emosi repleks berteriak, hungga membuat Dina menunduk ketakutan.

" B-bukan begitu bu, saya hanya takut di pecat dan kehilangan pekerjaan saya." Ucap nya.

" Yang punya kekuasaan di perusahaan ini adalah saya bukan suami saya, yang boleh mengatur semua karyawan di perusahaan ini adalah saya. Karena saya adalah pemilik SAH perusahaan ini." Ucap ku dengan tegas.

" Maafkan saya bu, saya tau saya salah. Seharus nya saya memberitahukan ini ke ibu dari awal."

" Ya memang kamu salah, jadi hukuman apa yang pantas kamu dapatkan hah.?"

Dina segera mendongak kan ke pala nya menatap ke arah ku, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Belum sempat Dina menjawab, pintu ruangan terbuka menampilkan kedua sosok yang tidak tahu diri masuk bersamaan.

Mas Gio tampak shock melihat aku duduk di kursi yang selama ini dia banggakan. Begitupun dengan wanita jal*ng itu, yang wajah mya sudah pucat.

Rasa nya ingin ku buang penghianat itu di laut biar di telan sama ikan hiu atau buaya.

"S-sayang k-kamu kok bisa ada di sini.?" Tanya nya.

Aku beranjak dari kursi dan menghampiri nya.

PLAAAK..

Tangan ini mendarat di pipi mas Gio, dia pun langsung memegang pipi nya yang baru saja aku tampar. Sedangkan wanita sund*l itu gemetar ketakutan.

" Berani sekali kamu menggantikan orang kepercayaan aku tanpa memberi tau aku dulu."

" Bu-bukan begitu sayang, aku belum sempat memberi tau kamu soal ini, kamu tau sendiri kalau selama ini mas sibuk"

Ucap nya membela diri.

" Sibuk apa mas? Datang kekamtor saja sudah siang, dan apa tadi? Kamu nanya kenapa aku ada di sini, memangnya kenapa, kalau aku ada di sini.? Inikan perusahaan ku dan selama nya menjadi milik ku." Ucapku.

Mas Gio bungkam, begitu pun dengan gund*k nya.

" Aku cuma mau meluruskan. Kenapa jabatan Dina di ganti menjadi staf ke uangan.?"

Tampak mas Gio sedang berfikir untuk mencari alasanyang tepat untuk menjawab pertanyaan ku, sambil menggaruk belakang kepala nya.

" Eh itu, soal nya mas sudah menemukan seseorang yang jauh lebih profesional."

" Profesional? Jadi maksud kamu orang pilihan ku tidak profesional begitu.? Bukan kah selama ini Dina selalu profesional dalam menjalan kan tugas nya ?"

" Tapi dia jauh lebih profesional sayang." Ucap mas Gio masih membela orang pilihan nya itu.

" Oh ya? Coba kamu ke sini" Henny mendekat dan berdiri tepat di depan ku.

" jadi kamu sekretaris baru pak Gio.?"

Henny menunduk dan mengangguk kan kepala nya.

" Nama kamu siapa.?"

" H-Henny bu." Jawab nya terbata.

" Lulusan dari Universitas mana.?"

"S-saya hanya lulusan SMA bu."

"Aapaaa..?"

" E-eh s-say."

BRAAAK...

Aku memukul meja yang ada tepat di depan ku, terlihat Henny dan Dina terlonjak kaget. Dan mas Gio hanya diam mematung.

" Saya memilih karyawan yang sigap dalam berbicara, sedangkan kamu berbicara dengan saya saja gagap. Apalagi kalau kamu ketemu kolega bisnis.

Kamu ingin membuat perusahaan saya bangkrut? ." Cecar ku.

" S-sayang"

" Pak Gio, tolong bersikap profesional, kita di sini bukan suami istri." Aku menyela ucapan mas Gio. Terlihat wajah nya memerah.

" Bisa-bisa nya anda menjadikan lulusan SMA sebagai sekretaris, lalu Dina? Dina adalah lulusan Universitas ternama, anda bilang dia kurang profesional? Dan yang seperti dia anda bilang lebih profesional.?"

"Perusahaan ini adalah perusahaan yang ketat dalam menerima karyawan, walaupun mereka mempunyai orang dalam. Jadi maksud dan tujuan anda menggantikan posisi sekretaris tanpa berunding dengan saya dulu apa.?"

Tampak wajah mas Gio terlihat memerah, ntah marah atau malu. Bodoh amat..

...****************...

.......Bersambung....