Kyra Queensha, seorang dokter muda yang ditugaskan di sebuah desa lereng pegunungan menggantikan pendahulunya yang dipindah tugaskan karena hampir memasuki masa pensiunnya.
Kyra yang terbiasa hidup di hingar bingar keramaian kita, juga sifat Kyra yang sedikit arogan agak menyulitkan dia untuk beradaptasi dengan kesahajaan dan kearifan lokal penduduk desa tersebut.
Akankah Kyra bertahan ditempat yang sangat bertolak belakang dengan kesehariannya tersebut walau sudah bertemu dengan petani yang mencuri hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anie_laks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan Kekasih
Sesuai kesepakatan, bunga pesanan Kyra diantar saat ia belum lama pulang dari tempat kerjanya, saat Kyra sedang menekuni sosial medianya, terdengar suara panggilan dari luar, Kyra membuka pintu untuk mempersilahkan masuk pengantar bunga.
"Selamat sore bu dokter." Sapa pengantar bunga yang ternyata Agus.
"Loh mas Agus yang antar? tidak anak buahnya saja?" Tanya Kyra heran.
"Disana saya juga anak buah dok, jadi status kami sama, sama-sama sebagai pekerja." Jelas Agus ramah.
"Ooh, kirain mas Agus mandor atau malah bos, kayaknya yang lain pada hormat banget." Entah mengapa Kyra menjadi seorang yang ingin tahu banyak tentang Agus dan lingkungan kerjanya.
"Itu perasaan dokter saja, oh iya bunganya mau ditaruh di mana ini?" Agus mengalihkan pembicaraannya.
"Di meja saja mas, nanti mau aku rangkai." Kata Kyra menunjuk meja yang ada di teras rumahnya sambil masuk kerumah dan Agus menuruti apa yang dikatakan Kyra.
"Ini kurangan pembayaran yang kemarin ya mas." Kyra menyerahkan beberapa lembar uang yang baru saja diambil dari dalam rumah untuk melengkapi pembayaran bunga.
"Kalau saya menolak?" Tanya Agus
"Aku marah." Sahut Kyra dengan air muka berubah, Agus yang menyadari perubahan itu pun segera mengambil uang yang disodorkan Kyra.
"Dokter paling suka warna apa dari bunga-bunga ini?" Tanya Agus saat dilihatnya wajah Kyra tak segarang barusan, ia ingin membangun mood Kyra yang sempat dirusaknya tadi.
"Aku suka warna merahnya rose, lalu yang putih. Rose bunga favorit aku, tapi aku juga suka bunga yang lain." Jelas Kyra.
"Bunga kesukaan dokter sama dengan kesukaan ibuku. Ya sudah aku pamit dulu, tidak enak kalau lama-lama, nanti bagaimana pandangan orang." Kata Agus berpamitan.
"Iya mas, khawatir pacar aku tahu juga, dia cemburuan banget orangnya." Kata Kyra sambil memilah bunganya tanpa memandang Agus.
"Ooh, ya sudah permisi dok." Belum nendapat jawaban Agus sudah berlalu dan tak lama terdengar deru suara motornya meninggalkan tempat itu.
Kyra segera mempersiapkan peralatan untuk merangkai bunga, akhir pekan ini ia seakan enggan untuk pulang kembali, sejak ia dan Dito kekasihnya jarang ada komunikasi karena alasan Dito yang sedang sibuk, Kyra lebih suka menghabiskan akhir pekannya di lereng gunung ini, tempat yang awalnya tidak disukainya karena terlalu jauh dari kota.
Tring!
Pesan masuk di ponsel Kyra, rupanya Alena mengundangnya untuk makan siang bersama esok hari, bahkan Alena siap menjemput Kyra, dan Kyra hanya ikut saja kemauan Alena.
Setelah selesai berkirim pesan dengan Alena, Kyra kembali melanjutkan kegiatan merangkai bunga, tetapi belum juga ia selesai dengan satu rangkaian bunga, didengarnya suara deru mobil masuk ke halaman rumahnya, segera Kyra melihat siapa yang datang, karena ia masih asing dengan mobil tersebut.
Setelah mesin mobil dimatikan, tak lama keluarlah seorang lelaki muda yang begitu familiar dimata Kyra.
"Dito!" Seru Kyra seakan tak percaya kekasihnya akan datang ke tempat ini tanpa pemberitahuan dahulu.
"Kejutan!" Seru Dito sambil membentangkan kedua tangannya dengan senyum merekah di bibirnya, lalu Kyra segera beranjak untuk menyambut kedatangan lelaki yang sangat ia rindukan.
Saat Kyra telah berada didekat Dito, dan lelaki itu hendak memeluknya Kyra seakan enggan menerima perlakuan kekasihnya itu, dan entah kenapa Dito pun tidak keberatan saat Kyra tidak mau dia peluk untuk meluapkan rindunya selama ini.
Kyra mengajak Dito duduk di beranda tempat ia sedang merangkai bunga.
"Duduk dulu di sini, aku mau ambil minum dahulu." Kata Kyra sambil menunjuk sebuah kursi.
"Sayang, bolehlah aku masuk ke dalam, aku ingin peluk kamu, rindu ini seakan sudah menggunung buat kamu." Rayu Dito.
"Tidak boleh masuk, cukup duduk di situ, okey?!" Seru Kyra dengan tegas, akhirnya Dito yang paham dengan sifat Kyra hanya mampu mengiyakan kemauan kekasihnya itu, tak lama Kyra datang dengan membawa dua gelas teh panas.
"Ini minum dulu selagi masih hangat, disini udara sangat dingin." Kyra menyerahkan satu gelas teh untuk Dito, dan lelaki itu pun segera menyeruput teh yang tidak terlalu panas itu.
"Mobil baru?" Tanya Kyra.
"Begitulah" Jawab Dito.
"Sejak kapan?"
"Baru sekitar dua bulanan, bonus dari perusahaan karena dedikasiku selama ini." Cerita Dito penuh kebanggaan.
"Wow! perusahaan tempat kamu bekerja sangat sukses ya? sehingga tidak tanggung-tanggung memberikan bonus kepada karyawannya." Entah kenapa Kyra seperti tak percaya begitu saja.
"Kamu tidak percaya ya?" Tanya Dito saat melihat raut wajah Kyra yang seolah mencemooh.
"Aku tidak bilang apa-apa loh Dit." Kata Kyra menampik tatapan selidiknya.
"Tapi perkataanmu tadi... Aahh sudahlah, tidak usah dilanjutkan daripada akan merusak suasana." Dito mengalah dan tidak mempermasalahkan lagi pandangan remeh Kyra.
Ya, Dito terlahir dari keluarga sederhana, hingga saat kuliah dia berkenalan dengan Kyra yang beda jurusan dengannya, waktu itu Dito menolong Kyra yang kesusahan di tempat parkir saat hendak pulang dari kampus dikarenakan ada masalah dengan mobilnya, Dito yang tadinya anak SMK teknik otomotif sedikit banyak tahu tentang permesinan, walau saat ini ia kuliah dibidang ekonomi, tapi keahlian otomotifnya tidak perlu diragukan lagi. Dito hendak mengambil motornya saat dia melihat Kyra bermasalah dengan mobilnya, segera ia mendekati Kyra dan menyuruh gadis itu membuka kap mobilnya, diceknya segala yang berhubungan dengan starter mobil, rupannya ada satu kabel busi yang kurang kencang, setelah itu Dito menyuruh Kyra menghidupkan mesin mobilnya, dan sekali starter mobil sudah bisa nyala kembali.
Kyra begitu gembira dengan pertolongan Dito, apalagi melihat sosok Dito yang selalu rendah hati membuat Kyra jatuh hati, dan mereka resmi pacaran sejak setahun sebelum kelulusan mereka, tetapi sejak Dito mencapai kesuksesannya saat ini, lelaki itu seolah melupakan Kyra yang sudah membantunya mendapatkan pekerjaan di perusahaan bonafid dan mendapat posisi yang strategis, apalagi sejak Kyra pindah kerja di tempat yang jauh dari hingar bingar kehidupan kota ini, sikap Dito yang cenderung mengabaikan Kyra begitu jelas, karena ia jarang sekali untuk menyempatkan diri menyapa, bahkan pesan sapaan Kyra saja sering diabaikan, saat Kyra pulang diakhir pekan hanya ditemui dengan sangat singkat dengan dalih kesibukannya.
Kyra yang semula sangat percaya dengan alasan Dito, kini seolah tak mau tahu lagi, ia biarkan Dito dengan dunianya, karena entah sejak kapan rasa hati Kyra buat Dito seakan mulai luntur, walau kadang Kyra berusaha untuk membangun rasa percaya kepada lelaki itu tatapi sulit, semakin Kyra berusaha, semakin sulit pula dirinya untuk percaya.
"Malam ini nginep dimana?" Tanya Kyra sambil merangkai bunga dengan cekatan.
"Di sini lah." Jawab Dito santai.
"Di luar rumah kalau kamu mau, aku tidak mau penduduk berpikir buruk tentang kita." Kali ini Kyra menatap mata Dito.
"Bercanda sayang, aku langsung pulang, kalau tidak ya cari penginapan di atas sana." Terdengar hembusan nafas lega Kyra.
Tiba-tiba terdengat suara mesin motor yang digeber begitu keras, tetapi Kyra kurang paham siapa pelakunya.
Beberapa menit kemudian, datang Aryo dengan sepeda motornya masuk halaman rumah Kyra.
"Sepertinya sudah waktunya pulang untuk tamu anda bu dokter." Tegur Aryo sambil mendekati Kyra dan Dito.
"Masih sore ini mas, santai aja kali." Terlihat Kyra tidak senang dengan kedatangan Aryo.
" Kalau begitu biar saya menemani, karena saat dua orang lelaki perempuan berduaan yang ketiga adalah setan, dan kalian boleh menganggap aku setan, tapi aku bukan akan menjerumuskan kalian tapi aku akan ganggu lelaki itu untuk segera pergi dari rumah ini." Perkataan Aryo membuat geli Kyra tapi tidak dengan Dito, ia begitu terganggu.
" Ini cowok yang menggodamu kemarin? Aku hafal suaranya walau kemarin hanya lewat ponsel." Selidik Aryo.
"Kalau iya kenapa?" Tanya Aryo dengan membusungkan dadanya.
"Jauhi dia, karena aku adalah tunangannya." Perintah Dito pongah.
"Selama janur belum melengkung, semua masih bisa ditikung. Sekarang sebaiknya anda pergi karena hari sudah beranjak senja." Perintah Aryo.
"Oke, aku pergi bukan takut sama kamu, tapi biar calon istriku bebas dari pandangan liar lelaki seperti kamu!" seru Dito sambil berdiri.
"Sialan kamu!" Aryo seolah tak terima dengan ucapan Dito.
"Ya sudah sayang, aku pergi cari penginapan, besok kita ketemu lagi, segera masuk supaya mata ****** itu tidak menatapmu liar." Dito langsung masuk mobil menghindari pertikaian dengan Aryo, tak berapa lama terdengar mesin dihidupkan dan Dito segera pergi dari pekarangan rumah Kyra, setelah Dito pergi, Kyra segera masuk membawa semua perlengkapan merangkai bunga, dan untung sebagian bunga sudah dibawanya masuk, jadi ia tidak harus keluar masuk rumah, dan menjadi tatapan liar Aryo.
"Sudah sekarang mas Aryo yang pergi, sudah hampir malam, permisi." Tanpa menunggu jawaban Kyra menutup semua pintu juga korden jendela, terlihat Aryo menghela nafasnya dalam, seolah menyesal dengan perlakuan Kyra.
...****************...
aku suka ceritanya mengingatkan kita tentang kekuasaan ,jabatan dan sikap rendah hati terhadap seseorang
cerita ini ada sedikit pesan untuk kita bahwa diatas langit msh ada langit maka jgn kah kita bersikap sombong dgn apa yg kita punya
lanjut up lagi ya thor.
lanjut