Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9# Party
Wajah Ravka tampak segar setelah mengguyur tubuhnya dengan air dingin setelah sauna tadi. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tadi dikenakan saat datang ke pusat kebugaran.
Ditemani oleh Dandi dan Zai yang selalu mengekorinya, mereka menghampiri dua temannya yang lain di sebuah cafetaria di dalam Mall yang sama.
"Udah selesai ritual ceweknya?" Ledek Beni saat melihat ketiga temannya datang.
"Heh, sauna itu bagus buat kesehatan lu. Bisa juga buat ngecilin perut buncit lu tuh," Sambar Dandi meledek balik Beni.
"Ah, ga asik lu. Maenan fisik," Jawab Beni.
Ketiganya kemudian bergabung dengan Beni dan Rifzan kemudian memesan minuman kepada pelayan.
"Apa yang sebetulnya terjadi Rav?" Tanya Zai yang sudah tidak dapat menahan diri bertanya kepada Ravka. Sejak di tempat sauna tadi, dia hendak menanyakan banyak hal kepada Ravka, tapi tidak berani mengganggu temannya itu.
"Jangan buat kita mati penasaran," Dandi ikut menimpali.
Ravka hanya menenggak minumannya. Biasanya dia adalah orang yang banyak bicara dan senang berkelakar. Namun, saat ini mulutnya seolah terkunci rapat. Dia sama sekali tidak berniat menjawab apapun yang membuat teman-temannya itu begitu penasaran.
"Nih masalahnya," Ucap Rifzan menyodorkan telpon pintarnya kepada Zai dan Dandi.
Saat menunggu ketiga temannya di sauna, Rifzan dan Beni mencari tahu perihal pernikahan Ravka melalui media sosial milik Sherly.
"Seriusan Rav, Sherly nikah sama Alex?" Ucap Dandi spontan.
"Kalau kalian pada kepo, kenapa ga dateng aja ke nikahannya sih?" Ucap Ravka kesal.
"Ya ga gitu juga Rav. Kita cuma pengen tau apa yang sebetulnya terjadi," Ucap Rifzan.
"Ya lu udah tau kan?! Gue ga jadi nikah sama Sherly. Dia nikahnya sama abang gue," Jawab Ravka mulai jengah. Niat kabur dari rumah untuk menghindari segala hal yang berkaitan dengan mantan tunangannya itu, sepertinya gagal total.
"Ya kok bisa gitu? apa masalahnya sih?" Cecar Zai.
"Udah lah gue males bahas ini,"
"Tapi kan Rav...." Ucapan Zai menggantung saat melihat Rifzan menggelengkan kepala. Memberi kode kepada Zai untuk tidak lagi mendesak Ravka.
"Okay deh bro, terserah lu aja. Tapi kapanpun lu mau cerita, kita semua siap dengerin lu," Ucapan Dandi diangguki oleh ketiga temannya yang lain.
"Yaudah, kalau begitu case closed. Sekarang gimana kalau kita party? Kita seneng-seneng malam ini. Ga usah mikirin yang berat-berat, okay," Timpal Beni bersemangat.
"Elu mah party mulu isi otaknya," Sambar Zai.
"Ayolah, supaya temen kita ini ga kusut mulu mukanya," Ucap Beni sembari menepuk bahu Ravka.
"Hayok," Jawab Ravka membuat teman-temannya sempat terheran karena Ravka bukanlah orang yang suka berpesta. Namun, mengingat apa yang sedang terjadi pada Ravka membuat teman-temannya yang lain langsung ikut menyetujui ajakan Beni.
"Ben, jangan lupa ajak semua kenalan cewek lu buat party," Ucap Dandi kemudian.
"Nah, yang kaya gini gue demen nih. Tenang Man pokoknya lu terima beres. Cewek yang model gimana yang lu mau?" Jawab Beni.
"Lu demen yang model gimana Rav? Lu milih pertama dah. Gue sisaan lu juga ga papa dah," Jawab Dandi lagi.
"Ah, bacot lu pada. Buruan berangkat yuk," Timpal Ravka langsung beranjak berdiri dari kursinya yang langsung diikuti oleh temannya yang lain.
"Sabar Bro," Ucap Beni menyeruput habis sisa minuman di gelasnya. Kemudian bergegas beranjak menyusul teman-teman yang sudah meninggalkannya.
************
Alea bergerak malas di dalam kamar yang masih sangat asing bagi dirinya. Sudah lebih dari dua jam Ravka pergi dan belum kembali. Begitu pula dengan kedua mertuanya. Dia sempat melihat dari balkon kamar, mertuanya meninggalkan rumah tidak lama setelah Ravka.
Gadis itu maaih berada dalam kebingungan menghadapi situasi seperti sekarang. Dia baru saja menjadi seorang istri dan diboyong ke rumah sang suami. Namun, dia seolah tidak diterima di rumah itu. Ditelantarkan begitu saja sehingga membuat gadis itu tidak tahu harus berbuat apa.
Suara ketukan pintu membuat Alea tersentak, dengan segera dia beranjak dari kasur yang ditidurinya, berharap suaminya sudah kembali.
"Sudah hampir waktunya makan malam Non. Non Alea mau dibuatkan apa untuk makan malam ini?" Tanya Bi Mimah ketika Alea membuka pintu kamar, yang membuat raut wajah gadis itu seperti menelan kekecewaan.
"Apa aja deh Bi," Ucap Alea seraya melemparkan senyum ramah.
"Baik Non, saya permisi dulu. Kalau sudah siap saya akan panggil Non Alea," Ucap Bi Mimah.
"Eh, tunggu dulu Bi," Panggil Alea saat Bi Mimah hendak meninggalkannya. "Boleh Al ikut ke bawah?" Tanyanya dengan keraguan menggangung di nada suaranya.
"Tentu saja Non. Ini kan sekarang rumahnya Non Alea juga. Jadi Non Alea bebas mau kemana saja," Jawab Bi Mimah.
"Saya kesepian sendiri disini Bi. Saya mau ikut nemenin Bibi nyiapin makan malam aja ya"
"Boleh Non, ayo ikut saya ke bawah. Tapi sebetulnya yang nyiapin makan malam juga bukan saya Non, ada koki profesional yang setiap harinya menyiapkan makanan di rumah ini," Ucap Bi Mimah berjalan pelan mengimbangi Alea.
Wow, makanan setiap hari disiapin sama koki profesional?! Sepertinya emang betul mereka ini bukan keluarga sembarangan - Alea merasa takjub dengan i formasi yang baru didengarnya. Namun, perasaan risih juga turut menghinggapi hatinya. Menjadi bagian dari keluarga seperti ini bukanlah hal yang mudah untuk hidupnya yang lebih menyukai kesederhanaan.
"Oia nanti sekalian saya kenalkan kepada seluruh pekerja di rumah ini yah Non," Ucap Bi Mimah membuat gadia itu kembali mengernyit.
"Emang ada banyak Bi?" Tanya Alea.
"Kalau yang tinggal di rumah ini seluruhnya ada Sembilan orang termasuk saya Non. Selain itu ada dua orang supir yang datang pagi hari dan biasanya pulang pada malam hari. Terus ada empat orang satpam yang kerjanya shift-shifan," Jelas Bi Mimah.
"Banyak banget yah Bi," Ucap Alea terperangah.
"Yah kan yang dilayani di rumah ini juga banyak orangnya Non. Yang tinggal di rumah ini seluruh keluarga besar Tuan Dinata Non, kakeknya Den Ravka,"
"Siapa aja Bi keluarganya Ravka?"
"Non Alea belum pernah dikenalkan dengan anggota keluarga Den Ravka?" Tanya Bi Mimah heran.
"Belom Bi," Alea menggelengkan kepala dengan senyum salah tingkah.
Banyak hal yang mengganjal bagi wanita paruh baya yang sudah mengabdi pada keluarga Dinata ini selama belasan tahun lamanya. Ia hanya sempat diberitahu mengenai pernikahan Ravka dengan Alea dengan sekilas. Apa dan bagaimana dia tidak diberi tahu. Karena memang yang perlu dia dan pekerja lain ketahui adalah, gadis yang berada di hadapannya ini adalah majikannya sekarang.
Namun, rasanya aneh melihat sikap orang tua Ravka terhadap menantunya itu. Mereka yang biasanya penuh kelembutan dan keramahan seolah tidak menyambut kehadiran Alea di rumah itu.
Bahkan Alea sama sekali tidak diajak untuk menghadiri pernikahan Alex. Bi Mimah sempat berfikir itu karena yang menjadi pendamping Alex adalah mantan tunangan suami gadis itu. Namun, saat mengetahui kalau gadia yang menjadi menantu si rumah mewah ini tidak mengenal siapapun dalam keluarga ini membuat Bi Mimah merasa heran. Wanita paruh baya itu berusaha menepis pikiran yang mengganggunya. Ia tidak mau berfikir terlalu jauh tentang keluarga majikannya
"Yasudah nanti Bibi akan memberitahu Non Alea siapa saja anggota keluarga Den Ravka yang tinggal di rumah ini,"
"Makasih yah Bi," Ucap Alea canggung. Merasa bahwa tidak sewajarnya dia sama sekali tidak mengenal anggota keluarga suaminya. Namun, inilah kenyataan yang harus bisa ia terima. ia harua bisa belajar menerima segala sesuatu yang terjadi kepadanya dengan ikhlas dan lapang dada.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler