Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detik-detik Pertemuan Aluna-Bryan
Kediaman Alexander
Pukul lima pagi, seperti biasa Aluna bangun terlebih dahulu. Dia pagi-pagi sudah disibukan dengan pekerjaan rumah mulai dari bersih-bersih, menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan memasak. Sebagai anak perempuan tunggal dia harus bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Setinggi apapun pendidikan seorang wanita tetap pada akhirnya dia akan kembali dengan kodratnya yaitu menjadi seorang istri dan seorang ibu. Jadi sejak kecil Alexander sudah mendidik Aluna untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan baik.
"Aluna, kamu sudah bangun sayang?"
"Sudah pa." Jawab Aluna dengan masih menggenggam alat pel.
"Om Reymond sudah kasih kabar kalau kamu akan bertemu dengan Bryan di cafe xx di daerah Jakarta Selatan pukul satu siang. Diusahakan jangan terlambat karena Bryan tidak suka orang yang tidak disiplin."
"Baik pa. Lagipula aku buka tipe orang yang hobi terlambat. Papa lihat sendiri kan setiap kali kuliah selalu berangkat lebih awal. Papa masih meragukan kedisiplinanku?" Jawab Aluna sambil memincingkan mata kanan ke arah papanya.
Alexandar yang menyadari itu segera berjalan menuju kamar mandi. Dia tahu saat ini anaknya sedang merasa kesal akibat kegiatan bersih-bersih yang sedang dilakukan diganggu olehnya.
"Aih, papa nih selalu saja meragukanku." Omel Aluna dengan tetap menggenggam alat pel ditangan kanannya.
Kegiatan mengepel sudah selesai kini saatnya Aluna memasak. Menu sarapan kali ini adalah nasi pecel, tempe dan tahu goreng. Menu favorit keluarga Alexander. Terlihat sangat sederhana tapi bagi Alexander dan Aluna menu ini terasa nikmat apalagi ditambah dengan bakwan jagung. Baik Aluna maupun Alex pasti akan menambah porsi makan jika menu ini disajikan diatas meja makan.
"Pa, sarapan sudah siap nih. Ayo makan dulu." Teriak Aluna dari ruang makan.
Alex yang mendengar teriakan Aluna segera berjalan menuju meja makan. Mereka segera mengambil nasi dipiring masing-masing kemudian menambahkan lauk pauk sesuai selera.
"Masakanmu semakin hari semakin enak Aluna. Kelak Bryan pasti akan sangat menyukaimu nak. Papa yakin, rumah tangga kalian akan langgeng sampai maut memisahkan." Puji Alex sambil tetap mengunyah makanan dimulut.
"Memangnya papa yakin, kalau Bryan akan langsung menyukai Luna? Bisa saja kan malah sebaliknya. Aku tidak percaya dengan istilah "cinta pada pandangan pertama" itu hanya omong kosong."
"Ha-ha-ha, kamu ini ada-ada saja Luna. Kenapa kamu bisa beranggapan seperti itu? Bukankah kamu belum pernah menyukai seseorang?"
"Dih, papa tidak tahu ya. Dulu aku pernah menyukai seseorang loh."
"Aku menyukai seorang pria itu wajar pa, karena aku gadis normal tapi kalau pacaran sih belum. Kan papa melarang aku untuk berpacaran." Ucap Aluna sambil mengkerucutkan bibir mungilnya kedepan.
Sontak Alex kaget mendengar kejujuran putri kesayangannya. Dia tidak menyangka bahwa gadis kecil yang disayanginya pernah menyukai seseorang.
"Kamu pernah menyukai siapa? Kenapa kamu tidak pernah cerita ke papa? Apa dibelakang papa, kamu diam-diam berpacaran? Tanya Alex penuh kecemasan.
"Aiyo, papa nih mulai deh mirip wartawan. Mencecar berbagai pertanyaan sampai informasi yang dibutuhkan tergali dengan jelas. Dulu aku pernah menyukai ketua OSIS di SMA ku pa. Habis dia handsome, baik dan populer. Seluruh murid SMA menyukainya termasuk aku tapi hanya sebatas suka saja. Aku tidak pernah diam-diam berpacaran dibelakang papa karena aku selalu ingat nasihat papa. Agar selalu menjaga kehormatan seorang wanita lagipula aku belum mau berpacaran. Aku masih ingin fokus belajar. Kalau aku pacaran, nanti waktu untuk papa berkurang. Papa pasti akan kesepian."
Tiba-tiba Aluna memasang raut wajah sedih. Dia jadi kepikiran nasib papa nya jika dia sudah menikah nanti. Siapa yang akan menemani papanya. Ini lah sebabnya dari dulu Aluna meminta Alexander untuk menikah agar ketika dia menikah akan ada seseorang yang menemani Alexander dihari tua.
"Aluna sayang, kamu kenapa? Apa yang kamu pikirkan?"
"Jika aku menikah, papa akan tinggal dengan siapa?" Tanya Aluna dengan bibir yang mulai bergetar. Dia tidak bisa membayangkan hari-hari yang akan dilalui mereka kedepan seperti apa jika Aluna menikah.
"Papa akan tinggal disini, kamu tidak usah mencemaskan papa. Kamu masih bisa berkunjung kesini jika punya waktu luang. Sudah habiskan makananmu. Kamu kan harus berangkat kuliah." Alexander mengusap lembut wajah putri kesayangannya.
Aluna mengusap bening kristal yang jatuh di kedua pipinya kemudian melanjutkan makan dan segera berangkat ke kampus.
Universitas xx
"Aluna, sepulang dari sini kamu mau kemana? Kita hang out yo, aku punya tempat nongkrong cozy di dekat kampus." Ajak Rossa ketika mereka sudah memulai praktikum pagi itu.
"Tidak bisa Ocha, siang ini aku mau ketemu seseorang." Sebetulnya Aluna sungkan menolak ajakan Rossa tapi dia terpaksa menolaknya karena sudah janji dengan papa dan om Reymond untuk ketemuan dengan Bryan.
"Maaf ya, lain kali saja kita kesana."
"Baiklah. Ngomong-ngomong kamu mau ketemuan dengan siapa? Setahuku kamu tidak punya pacar. Atau jangan-jangan kamu berpacaran dibelakang papamu?" Tanya Rossa penuh selidik.
"Ih, kamu. Aku diminta papa menemui calon suamiku." Ucap Aluna berbisik sambil melirik kanan-kiri berharap tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.
"Apa?" Tanya Rossaa tidak percaya.
"Sst, kecilkan suaramu. Kita bisa kena tegur karena kamu mengganggu yang lain." Ucap Aluna sambil mengangkatkan jari telunjuk kanan kearah mulutnya.
"Nanti kalau ada waktu, ku ceritakan semua tapi untuk sekarang please jangan ribut aku mau fokus belajar."
"Ok."
"Ingat Ocha, ini rahasia kita. Tolong jangan sampai bocor. Kalau sampai bocor, aku tak mau lagi berteman denganmu." Ancam Aluna.
"Dih, Aluna sadis sekali. Mentang-mentang mau nikah jadi sensi!" Ledek Rossa.
"Ish, apaan sih Cha. Aku jalan duluan ya takut telat. Bisa berabe kalau sampai telat. Bye Ocha!"
Aluna meninggalkan Rossa sendirian di koridor kampus dan segera menuju parkiran. Menyalakan motor bebek kesayangannya menuju cafe tempat ketemuan dia dengan Bryan.
Wah-wah, Aluna keren. Tidak pernah berpacaran tapi sekalinya dekat dengan pria langsung di-halal-in.
"Kapan aku akan bertemu dengan pangeranku juga thor? Jiwa jombloku meronta nih."
"Aku mau juga dong seperti Aluna." Lanjut Rossa.
Sabar ya Cha, nanti ada PART Khusus untukmu kok. ^_^
Author akan memberikanmu seorang pangeran yang sangat baik dan pastinya bucin setengah mati ke kamu. Jadi untuk saat ini kamu bersabar aja ya. Tugasmu saat ini adalah memberikan semangat dan menjadi wadah penampungan curhatan dari Aluna.
Jangan lupa like dan vote ya guys. Bantu author untuk terus semangat menulis novel ini. Terima kasih. #salam sehat untuk kalian semua. 😊
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan